AbuNajiyah Thoriqot Shufiyah Dan Perkembangannya Kemudian – 2007/06/03 20:57
Assalammu^alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Fadhilatusy Syaikh Habib Mundzir hafizhahullahu, Saya mau tanya
tentang femahaman saya yang suka berubah-rubah mengenai tentang
Shufiyah ( kadang percaya kadang mengingkarinya) maklumlah karena
keawaman dan informasi yang saya dapatkan begitu adanya. Nah yang
setahu saya ini yang tertera di bawah ini, gimana pendapat Habib
sendiri ?
Tentang asal munculnya thoriqot Shufiyah, telah di terangkan oleh
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam kitab beliau
Majmu^ Fatawa Jilid 11 halaman 6. Bahwa Shufiyah adalah model
pengamalan agama yang dilakukan oleh seorang yang bernama Abdul
Wahid bin Zayd muridnya Al Imam Al Hasan Al Bashri. Orang yang di
sebutkan di sini mempunyai murid-murid dalam majlis ilmu yang
sangat kuat dalam beribadah dan bersikap zuhud (yakni tidak
mempunyai ambisi kepada dunia karena sibuk dengan kerinduannya
kepada akhirat) dalam kehidupan serta takut melanggar larangan
agama.
Menurut catatan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ini, Shufiyah asalnya
ialah sebagai simbul ketaatan kepada agama Allah yang sangat kuat,
yang dilakukan oleh para Ulama di zaman Tabi^in dari kota Bashrah,
dengan sikap zuhud dan semangat beribadah yang luar biasa
berdasarkan pengetahuan dan pemahaman mereka yang benar terhadap
Al Qur^an dan As Sunnah. Thoriqot Shufiyah yang demikian ini di
namakan Shufiyatul Haqo^iq (Majmu^ Fatawa Jilid 11 halaman. 18
)
Kemudian datanglah setelah itu kelompok-kelompok Ahlul Bid^ah yang
menampilkan lambang-lambang zuhud dan ibadah dalam rangka menipu
ummat Islam untuk menebarkan racun bid^ahnya di kalangan muslimin.
Seperti Al-Hallaj yang mengkampanyekan pemahaman Hululiyah yaitu
keyakinan bahwa Allah Ta^ala telah menyatu dengan alam sehingga
segala bentuk penyembahan terhadap unsur-unsur alam ini (bintang,
bulan, matahari dan sebagainya) di anggap sebagai peribadatan
kepada Allah Ta^ala. Pemahaman Hululiyah ini sesungguhnya berasal
dari animisme yang di kemas dengan berbagai atribut-atribut
keislaman.
Kemudian muncul pula tokoh-tokoh filsafat yang memakai atribut
thoriqot Shufiyah dan memasukkan racun pemahamannya kepada umat
Islam dengan lambang-lambang thoriqot Shufiyah seperti zuhud,
waro^ dan lainnya. Maka muncul-lah dari tokoh-tokoh itu semacam
Muhyiddin Ibnu Arobi yang mengkampanyekan pemahaman wihdatul
wujud dimana pemahaman ini membagi derajat pengamalan Islam itu
dalam tiga bagian yaitu Syari^at, Ma^rifat dan Hakikat. Dimana
kalau seseorang telah mencapai derajat Hakikat berarti dia telah
menyatu dengan Allah.
Pemahaman ini di ambil dari Budhisme, yakni konsep peribadatan
Hindu yang di perbaharui oleh sidhartagautama yang meyakini bahwa
orang yang telah mencapai tingkat hakikat Ilahiyah (ketuhanan)
maka dia telah menjadi seorang Budha yang menyatu dengan Allah,
pemahaman yang demikian sama kafirnya dengan pemahaman Hululiyah.
Melalui thoriqot Shufiyah ini pula di lansir berbagai
bid^ah-bid^ah (kesesatan) dalam bidang Aqidah seperti Jabriyah.
Yaitu pemahaman sesat yang menyatakan bahwa karena seluruh alam
ini telah di taqdirkan oleh Allah Ta^ala, maka semua perbuatan
makhluk mukallaf (manusia dan jin) adalah sama dengan gejala alam
yang lainnya yaitu menjalankan apa saja yang di kehendaki oleh
Allah. Sehingga semuanya di anggap taat kepada Allah meskipun
melakukan berbagai kekafiran, kemusyrikan dan kemaksiatan karena
menurut pemahaman ini semua itu hanya menjalankan kehendak Allah
sebagaimana matahari terbit dari timur dan tenggelam di barat.
Sehingga menurut pemahaman sesat ini, syari^at Allah itu harus di
kesampingkan bila orang meyakini hakikat konsep taqdir, tentu
pemahaman ini sama kafirnya dengan pemahaman yang sebelumnya.
Thoriqot Shufiyah di akhir-akhir perjalanannya sampai di masa kita
ini, telah jauh menyimpang dari sejarah thoriqot Shufiyah itu
sendiri. Dimana gerakan thoriqot Shufiyah cenderung untuk
menjauhkan ummat Islam dari keharusan tafaqquh fid diin (memahami
agama) dengan proses belajar yang di namakan ta^allum (mempelajari
Al Qur^an dan As Sunnah dengan bimbingan guru dari kalangan
Salafus Shalih). Ummat Islam di alihkan dari ilmu dengan berbagai
cerita khurofat (kedustaan) dan takhayul (khayalan-khayalan) dan
berbagai kejadian aneh para guru thoriqot dengan bantuan para jin
melalui ilmu sihir, serta berbagai penipuan-penipuan terhadap
orang-orang yang jahil tentang agamanya. Sehingga jadilah para
guru thoriqot itu sebagai dukun-dukun para normal yang melayani
pengikut thoriqot itu dengan ilmu-ilmu sihir. Akhirnya
berkembanglah satu anggapan bahwa belajar thoriqot Shufiyah
identik dengan belajar ilmu sihir atau ilmu perdukunan.
Perkembangan thoriqot Shufiyah yang demikian tentu sangat
bertentangan dengan para Imam-imam thoriqot Shufiyah terdahulu
seperti Junayd bin Muhammad Al Baghdadi, Sahl bin Abdullah At
Tastuuri, Abu Nu^aim Al Asfahani dan para Imam yang lainnya yang
mereka sangat mengingkari berbagai kebid^ahan dan selalu
menganjurkan untuk berpegang dengan As Sunnah An Nabawiyah serta
keharusan untuk mencapai ketaqwaan tertinggi kepada Allah dengan
belajar Al Qur^an Was Sunnah dengan merujukkan pemahaman keduanya
kepada Salafus Shalih dan kemudian beramal dengan ilmu tersebut.
Wallahu a^lam Bishshowab
Wassalammu^alaikum warahmatullahi wabaraktuh
↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓
munzir Re:Thoriqot Shufiyah Dan Perkembangannya Kemudian – 2007/06/04
21:56 Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,
Rahmat dan kasih sayang Nya swt semoga selalu menerangi hari hari
anda,
saudaraku yg kumuliakan,
ucapan semacam itu hanya fitnah dari kalangan wahabiy saja, mereka
memang gemar menuduh sesat pada siapapun,
mengenai Al Hallaj bukanlah orang sesat, cuma kesalahannya adalah
memberikan ucapan yg membuat orang awam salah menafsirkan,
sebagaimana ucapan : Aku adalah Alhaqq, ucapan semacam ini kufur
bila diucapkan dengan makna dhohirnya, namun Al hallaj
mengucapkannya dg maksud bahwa Allah swt yg mengucapkannya,
sebagaimana kita membaca firman Nya swt : “Laa ilaaha illa Ana”
(tiada tuhan selain Aku)
ucapan semacam ini diulang ulang oleh AL Hallaj dalam ucapan
dzikirnya, dan menimbulkan fitnah bagi sebagian kalangan muslimin,
bukti bahwa Alhallaj dalam kebenaran adalah saat ia dipancung,
maka darahnya tumpah sebagian kepantai dan air laut bergelora dg
suara : “Ana Alhaq.. Ana Alhaq..”, dan sebagian darah yg tumpah
dipasir menuliskan kalimat : “Ana Alhaqq”
kalau seandainya ia ini penyihir maka tak mungkin alam ini bisa
demikian, karena sihir itu hanya sebatas kehidupan si penyihir,
setelah ia wafat maka semua sihir akan sirna, demikian pula
Istidraj
lalu mengapa lautan dapat menyuarakan dzikirnya?, lalu mengapa
darah itu menuliskan dzikir itu?,
Allah ingin membela fitnah yg menimpa Alhallaj, sebagaimana Allah
jadikan para lebah menutupi aurat salah seorang sahabat yg
ditelanjangi saat dibunuh, dan Allah menjadikan darah para sahabat
ada yg tercium wangi dlsb.
Alhallaj dibunuh karena dirisaukan akan meresahkan muslimin dg
ucapan dzikirnya.
mengenai fitnahan kelompok wahabiy atas para sufi adalah karena
kebodohan mereka sendiri, karena bila bicara mengenai penyimpangan
pada beberapa tarekat sufi maka sungguh penyimpangan itu bukan
hanya pada para sufi, tapi pada fuqaha dan ulama pun terjadi
penyimpangan, demikian keadaan ummat ini.
tentunya kita tidak memanut mereka yg menyimpang dari kalangan
sufi dan kalangan fuqaha, namun tak perlu menyudutkan kelompok
sufi yg dalam penyimpangan karena penyimpangan terjadi dimana
mana.
dan penyimpangan terbesar adalah pada kelompok wahabi itu sendiri.
demikian saudaraku yg kumuliakan,
wallahu a^lam
↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓
sumber
http://arsip.majelisrasulullah.org/index.php?option=com_simpleboard&Itemid=34&func=view&id=4515