reihanu | Re:Allah Azza wa-Jalla – 2007/10/29 23:22Waalaikumsalam, untuk beberapa jawaban saya memahaminya, tapi maaf jika saya lancang bertanya lagi, tapi ini dikarenakan kekurangan ilmu saya untuk ventura b]ventura1982 tulis:[/b]
Wa'Alaikum Salaam Warahmatullahi Wa Barakaatuh…. 2. Semua memang Hakekatnya kembali kepada Alloh, tapi Alloh menciptakan manusia dengan begitu sempurna dari makhluk lainnya semuanya itu tidak sia²,manusia diberi akal & pikiran untuk berpikir agar bisa membedakan mana yang benar & mana yang salah, tapi tidak semuanya kita bisa sandarkan segala sesuatunya disebabkan karena Alloh (walaupun hakekatnya dari Alloh) sebab sebagai adab segala sesuatu yang baik itu datangnya dari Alloh dan yang buruk itu dari diri kita sendiri.sebagai Contohnya adalah seperti ini, Sebuah pabrik mobil membuat mobil dengan bagus & sempurna ,setelah itu dijual kepada seseorang lalu orang itu mengendarai mobil dan menabrak yang mengakibatkan mobil itu menjadi rusak, lalu apakah yang disalahkan itu pabriknya ? maka jawabannya adalah tidak ,yang harus disalahkan itu orangnya mengapa mobil itu bisa nabrak.
contohnya dari bapak, memang sejatinya mobil adalah hasil dari pabrik, dan manusia yang mengendarainya apakah juga bukan dari suatu produk pabrik? akal pikiran kita datangnya dari Allah, Allah yang tidak terbatas waktu dan tempat, yang maha mengetahui, saya tidak ingin memahami bahwa saya menabrakan mobil adalah diluar sepengetahuan Allah sebelumnya, bahwasanya saya menabrakan mobil karena teledor dan kemudian masuk RS, maka itulah akibat dari sebab dari apa yang saya lakukan, tapi tetap bahwa kuasa Allah sebagai yang maha kuasa lah yang menentukan itu terjadi, maka maaf tolong dijelaskan tentang perihal ini munzir tulis:
1. Sabda Rasul saw : sembahlah Allah seakan kau melihat Nya, jika tak mampu kau melihat Nya maka Dia itu Melihat Mu. (shahih Muslim) berkata Al Hafidh Al Imam Nawawi dalam Syarh Nawawi Ala shahih Muslim, bahwa maksud dan tujuan hadits adalah keikhlasan seseorang dalam ibadah, melupakan seluruh hamba dan makhluk, memuncakkan paerhatiannya pada sang pencipta. maka jelaslah bahwa yg dimaksud adalah bukan harus melihat Allah swt dalam ibadah shalatnya, melihat atau tidak melihat namun seakan akan tak melihat yg lain lagi, konsentrasinya hanya kepada Maha Raja Alam semesta, tanpa perlu membayangkan dzat Nya swt, namun menghadirkan makna setiap ucapan ucapannya yg ia ucapkan saat shalatnya.
melupakan seluruh hamba dan makhluk, memuncakkan perhatian pada sang pencipta dengan menghadirkan makna setiap ucapan saat shalat hakikatnya kita telah melihatNya ? maaf, apakah bisa disimpulkan seperti ini Habib! munzir tulis:
2. Allah swt Maha Menentukan dan Maha Mengatur, tidak seorangpun bisa lepas dari aturan Allah swt, namun aturan ilahi itu juga disertai kebebasan, namun kebebasan yg terikat dg ketentuan, mudahnya seperti ini : anda menginap dirumah teman anda, teman anda telah menyiapkan ruangan untuk anda, menyiapkan makanan didapur, selimut di kamar, air panas di kamar mandi, dan telepon di ruang tamu, maka anda boleh memanfaatkan yg anda inginkan, anda bisa makan, tidur, mandi air hangat, dlsb, namun anda tak akan menemukan makanan di kamar tidur, karena pemilik rumah sudah menyiapkannya didapur dan bukan diruangan lainnya, anda dapat mandi air hangat namun anda tak akan mendapatkannya di ruangan tamu, karena sang pemilik rumah telah menyiapkannya di kamar mandi, anda dapat menelepon siapa saja, namun pemilik rumah tak menyediakan untuk anda sarana hubungan SLI dan fax di telepon yg anda gunakan, maka bagaimanapun anda tak akan bisa menggunakannya untuk SLI dan Fax karena sarana tak tersedia dari pemilik rumah. nah.. demikian pula kita dengan Allah swt, Allah menyediakan segala galanya dan menentukan segala galanya, namun kita bisa memilih mana yg kita pilih, namun yg kita pilihpun tak bisa melebihi apa yg telah ditentukannya, misalnya dirumah tadi sang pemilik hanya menyiapkan satu ember air hangat, maka anda tak akan mendapat lebih dari itu kecuali dg izin dan keinginan pemilik rumah. demikian kita dg Allah swt.
apakah kebebasan kita untuk memilih lepas dari KuasaNya Allah? munzir tulis:
3. Rasul saw bersabda : Cintailah Allah karena kenikmatan kenikmatan yg dilimpahkan Nya padamu".
nah.. jelaslah sudah, tubuh anda yg anda miliki adalah bukti kedermawanan Nya pada anda, tak ada yg mampu memberi anda seperti itu dan apalagi lebih dari itu selain Allah swt. maka anda melihat Allah dengan menyaksikan kenikmatan Nya, misalnya anda mendapat hadiah kiriman uang, rumah, mobil, dari seorang raja yg belum anda temui, maka anda akan mencintainya dan memuliakannya sebelum anda jumpa dengannya, dan anda akan rindu untuk jumpa dengan Nya, demikianlah. Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu, Wallahu a'lam
saat kita didera derita, musibah, juga pemberian Allah berupa sakit, apakah ini juga nikmat yang kita kembalikan ke Allah, sehingga bisa mencintaiNya maaf jika ada kata2 saya yang tidak berkenan di hati habib dan Bapak Hartono di mangga besar, sungguh saya tidak inggin berdebat tapi merusaha mencari ilmu, atas penjelasan dan jawaban yang lain saya tidak bahas bukan karena ketidaksopanan saya tapi karena insyaAllah saya telah memahami atas jawaban yang diberikan Wassalam Burhan |