PENDIDIKAN ANAK – 2006/06/27

0

NURYADIN PENDIDIKAN ANAK – 2006/06/27 00:24 Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat
yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan. [Qs. At-Tahrim: 6]

Anak adalah permata. Permata yang tiada tandingnya. Tapi adakah
kita menyayanginya? Bagaimana bentuk kasih-sayang orangtua kepada
anak menurut Islam?
Ada tiga tugas seorang ayah berkenaan dengan anaknya. Pertama,
memberinya ibu yang baik. Kedua, memberinya lingkungan yang baik.
Ketiga, memberinya pendidikan yang baik. Maka dari itu, menikahlah
dengan wanita yang sholihah dan cerdas, atau didiklah isteri Anda
agar menjadi isteri dan ibu yang sholihah. Kemudian carilah tempat
tinggal yang kondusif, atau ajaklah tetangga-tetangga Anda untuk
bersama-sama memperbaiki diri. Dan yang terutama, berilah
pendidikan kepada anak dengan pendidikan yang baik menurut Islam.

PENDIDIKAN AKADEMIK

Pendidikan akademik anak merupakan tanggungjawab seorang ayah.
Seorang ayah yang baik akan melengkapi dirinya dengan ilmu-ilmu
agama. Sebab dalam ilmu agama terdapat ilmu dari berbagai aspek
kehidupan, termasuk ilmu mendidik anak. Itulah bedanya agama Islam
dengan agama-agama lainnya.
Jika memang seseorang tidak memiliki ilmu-ilmu agama yang cukup,
atau kurang memiliki waktu untuk mengajar anak, maka tugas
orangtua adalah menitipkannya kepada guru yang terpercaya.

PENDIDIKAN PRAKTIK

Pendidikan praktik juga merupakan tanggungjawab orangtua. Salah
satu pendidikan praktik ini contohnya adalah seperti dalam salah
satu hadits yang mana Nabi bersabda, ?Perintahkanlah anak-anakmu
yang telah berumur 7 tahun untuk mendirikan shalat. Dan pukullah
anakmu jika dia meninggalkan sholat, padahal umurnya sudah 10
tahun.?
Tapi sayangnya, tidak banyak orangtua yang menyayangi anaknya.
Mereka tidak peduli apakah anaknya cinta kepada Allah atau tidak.
Tetapi jika anaknya merusak perabot rumah barulah mereka angkat
bicara. Padahal ?mutiara? lebih mahal dari perabot rumah apa pun.
Tetapi mereka tidak peduli jika ?mutiara? itu jatuh dan rusak.
Apakah mereka tidak berfikir? Apakah mereka tidak menggunakan aqal
mereka?
Jika Nabi saaw telah selesai mendirikan shalat Ashar berjamaah di
Masjid, beliau saaw pulang menemui puteri-puterinya dan menanyakan
apakah mereka telah mendirikan shalat. Jika sudah, maka Nabi
mengajak mereka berkumpul dengan sebaik-baik pakaian dan mengajak
mereka untuk berdzikir dan bershalawat serta mengajar mereka
hingga maghrib.
Tapi para orangtua di zaman ini, mereka membiarkan anak-anak
mereka menonton televisi selama yang mereka mau. Tidak ada
teguran, tidak pula contoh tauladan. Bahkan mereka juga ikut
menonton televisi atau justeru sibuk bergosip.
Mereka membiarkan anak-anak mereka meninggalkan shalat. Membiarkan
anak-anak mereka mencontoh gaya berpakaian orang kafir. Membiarkan
anak-anak mereka bergaul di luar tata kehidupan Islami. Membiarkan
puteri-puteri mereka keluyuran di malam hari sambil membuka aurat
mereka dan menantang Allah. Betapa tak berharganya ?mutiara? di
zaman ini. Anehnya, ?kotoran anjing? dan ?kotoran babi? menjadi
begitu mahal dan digandrungi. Dan para orangtua membiarkan ?
mutiara-mutiara? mereka terjatuh di kubangan kotoran anjing dan
babi. Tidakkah mereka berfikir?

↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓

sumber
http://arsip.majelisrasulullah.org/index.php?option=com_simpleboard&Itemid=34&func=view&id=833

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments