mohon DOA. – 2009/07/15

0

Forum Majelis Rasulullah

lemah mohon DOA. – 2009/07/15 05:08 [i]assalamualaikum

habib munzir yang saya cintai mudah perlindungan dan kasih sayng
nya selalu menyertai hari-hari HABIB Maaf ya HABIB saya tidak bisa
membuat kata-kata yg lebih bagus lg tp,saya tulis ini dr hati saya
untuk HABIB MUNZIR.

Y… HABIB saya C pendosa ini ingin D angkat menjadi murid HABIB

hamba ingin TAUBAT Y…ALLAH…..

maaf HABIB saya terbawa emosi ketika menulis ini saya benci dengan
diri saya sendiri.
hamba mohon bibingannya Y HABIB.
hamba selalu berburuk sangka terhadap org lain sampai kepada kedua
org tua saya sendiri,maafkan hamba Y… ALLAH…
lasung saja saya ceritakan masalah nya Y HABIB
awalmula masalah nya ketika adik saya ingin mengikuti pendidika
ABRI d magelang,sejak awal jg saya sudah tidak setuju dengan
rencana kedua org tua saya.
karena cara untuk bisa masuk pendidikan itu harus nyogok 50jt,saya
memberikan alasan kepada k dua org tua saya bahwa cara itu salah
(HARAM)kata saya, terus kedua org tua saya menanyakan kepada ahli
agama D daerah saya dan kata nya, G apa2 emang caranya harus kaya
gitu sekarang mah D INDONESIA katanya.
dan saya pun menyangupinya karena takut mengecewakan kedua org tua
saya,
tapi sekarng batin saya tersiksa karena bulan depan kata nya harus
d tranfer uang nya
Saya d tempat kerja jadi setresz karena saya kerja cape2 buat
siapa karena uang yg sudah saya lama tabung harus d kasih begitu
saja padahal saya jg punya mimpi punya cita2. untuk menghilangkan
setrez saya melakukan dosa lg dan saya sangat benci klu melihat
org.
Y HABIB saya mohon amalannya untuk menenangkan HATI dan FIKIRAN
saya

supaya anak muda seperti saya yg selalu berbuat dosa dan kufur ini
bisa berubah menjadi baik dan lebih baik.

SEMOGA HABIB MUNZIR DI PANJANGKAN UMURNYA AMIN….

Syukran Y HABIB.

↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓

munzir Re:mohon DOA. – 2009/07/16 09:39 Alaikumsalam warahmatullah
wabarakatuh,

kebahagiaan dan Kesejukan Rahmat Nya semoga selalu menaungi hari
hari anda,

Saudaraku yg kucintai…..,
boleh saya cerita sedikit..?

Bu Mina sedang hamil tua, ia sedang berjalan tertatih tatih
disebuah jalan, seraya selalu terbebani oleh kandungannya yang
sudah besar, kemanapun ia melangkahkan kakinya, ia dibebani oleh
kandungannya, dijalan, dirumah, berdiri, duduk bahkan tidurpun ia
selalu terganggu oleh perutnya, hanya satu harapan yang selalu
menghiburnya siang dan malam, “aku akan mendapatkan seorang anak
yang akan menjadi kebanggaanku kelak”, tak ada seorang ibu yang
tidak bercita-cita seperti ini, iapun terus bersabar menahan
segala penderitaan yang menimpanya, hingga saat-saat melahirkanpun
tiba.

Malam itu hujan turun dengan derasnya, Bu Mina merasakan bahwa
kandungannya akan segera lahir, suaminya, Imron berlari
dikegelapan malam mencari bidan yang rumahnya agak jauh dan harus
ditempuh dengan berjalan kaki, tiada yang mendorongnya untuk
berlari di derasnya hujan selain keselamatan bayinya, kalau ia
harus melewati lautan apipun akan ditempuhnya asalkan bayinya
selamat, iapun sampai dirumah bidan yang sudah terlelap tidur, ia
memaksa bidan untuk mau menolong istrinya, ia rela mengorbankan
semua hartanya asalkan bidan mau menolongnya.

Bidan itu dengan enggan mengikuti Imron kerumahnya, ia melayani
bidan itu lebih dari pelayanan seorang ajudan terhadap rajanya, ia
memayungi bidan seakan-akan jangan sampai setetespun air hujan
membasahi tubuh sang bidan, dengan penuh cemas kalau-kalau sang
bidan berubah pikiran untuk membatalkan niatnya, dibiarkannya
tubuh yang basah kuyup oleh derasnya hujan, mungkin apabila air
hujan itu berupa batu sekalipun ia tak akan memperdulikannya.

Ketika mereka tiba ditujuan, bidanpun menyiapkan segala sesuatunya
sementara Bu Mina sudah menjerit jerit menahan sakit. Waktupun
berjalan dengan lambatnya, sang suami bercucuran keringat dingin
menunggu keadaan yang sangat kritis, terlintas dalam pikirannya
betapa indahnya kalau kepedihan sang istri dipindahkan kepadanya.
Tak lama terdengarlah tangis seorang bayi yang melengking memecah
kesunyian malam yang baru saja reda dari hujan lebat, tak lama
bidanpun keluar memeluk sesosok bayi mungil yang masih merah,
sementara sang ibu masih tak sadarkan diri, Imron menangis sambil
memeluk bayi mungilnya, iapun menghadapkan dirinya kekiblat, lalu
mendekatkan mulutnya ketelinga sang bayi, “Allahu Akbar.. Allahu
Akbar, Allahu Akbar.. Allahu Akbar.., Asyhadu An Laa Ilaaha
Illallah.., Asyhadu an Laa Ilaaha Illallah.., Asyhadu anna
Muhammadurrasulullah..”, ia mengadzankan bayinya sambil bercucuran
airmata kegembiraan.

Bayi mungil itu terus diasuh oleh ibunya tanpa mengenal waktu,
sang ibu mengatur segala-galanya demi kesehatan bayinya, mengatur
kapan waktu bayi itu dimandikan, dengan air yang tak terlalu panas
dan tidak pula terlalu dingin, mengatur waktu agar bayi itu
terkena matahari dipagi hari, memakaikan pakaiannya, membersihkan
tubuhnya, membedakinya, dan segala-galanya lebih dari perhatiannya
pada dirinya sendiri, dengan penuh kasih sayang. Sepasang suami
istri itu terus mengayomi anak mereka tanpa mengenal bosan,
seringkali sang bayi mengganggu tidur mereka, tapi itu semua tidak
mengurangi kasih sayang mereka, Mereka menuntunnya berbicara,
mengenal nama-nama benda, menuntunnya berjalan, dan mengajarinya
semua perilaku kehidupan.

Sang ibu sudah kehilangan waktu untuk merias dirinya, sang ayahpun
lupa waktu dalam bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan bayinya.
Anak merekapun tumbuh semakin besar, tidaklah sang ayah pergi
meninggalkan rumah terkecuali terbayang canda anaknya dirumah…

diriwayatkan dalam suatu riwayat yg kuat, ketika Rasul saw
didatangi oleh seorang pemuda, ia berkata : ayahku ingin memaksa
minta hartaku wahai Rasulullah saw.., maka Rasul saw memanggil
ayahnya yg sudah tua, dan memberinya kesempatan bicara, ayahnya
tertunduk dihadapan Rasul saw, dan berkata : “aku menangis ketika
bayiku lahir, aku memeluknya dg cintaku sepenuhnya, bagiku nyawa
dan semua milikku adalah debu demi keselamatan bayiku, kukorbankan
semua waktu istirahatku dan hartaku demi keselamatan dan
pertumbuhannya, tiada yg kudambakan melebihi terjaganya bayi
mungilku, sampai ia menjadi bocah, aku menjaganya dari bara api
dan bahaya, ia buang air dibajuku dan aku tertawa senang
memaafkannya, tidak terlintas kekesalan dihatiku.., dan setelah
bayi mungilku dewasa, dan kuminta bantuan dari hartanya ia berkata
ayahnya ingin merampas hartanya..,
Rasul saw tertunduk dan mengalirkan airmata, seraya berkata, wahai
anak.., berilah kebutuhan ayahmu..

saudaraku tercinta, sungguh biasa seorang anak marah pada ayahnya,
namun itu karena lupa saja, semua orang mempunyai sifat lupa,

saran saya, bantu ayah anda, anggap uang itu adalah tanda bakti
kita pada ayah, katakan pada ayah bahwa anda tidak setuju cara
itu, uang ini saya berikan bukan untuk berbuat dosa, tapi untuk
permintaan ayah, untuk bakti saya pada ayah, terserah ayah
menggunakannya untuk apa, dan jangan libatkan saya dalam dosa,
saya mencintai ayah dunia dan akhirat, dan saya akan terus
berbakti pada ayah..

nah.. demikian saran hamba pada saudaraku yg kucintai..

Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu,
semoga sukses dg segala cita cita,

Wallahu a^lam

↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓

sumber
http://arsip.majelisrasulullah.org/index.php?option=com_simpleboard&Itemid=34&func=view&id=22478

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments