Mengenai Ibn Wahab –

0

Qudamah Mengenai Ibn Wahab – 2008/03/26 02:30 Assalamu^alaikum,,
Habib yang saya muliakan,,disalah satu artikel internet, saya
menemukan kalau ibn wahab itu suka mengkafirkan orang lain, dan
dalam karangan beliau Kasyfu Subhat telah tertulis takfir yang
beliau lakukan.

Bib, saya jadi ingin tau gimana takfir yang dilakukan ibn wahab
(pencetus wahaby) dalam karangannya itu, mohon bantuannya ya bib,
agar teman-teman salafy saya bisa lihat dengan jelas takfir yang
dilakukan oleh beliau..

jazakallah

↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓

adminII Re:Mengenai Ibn Wahab – 2008/03/26 06:03 SEJARAH WAHABI

Menanggapi banyaknya permintaan pembaca tentang sejarah berdirinya
Wahabi maka kami berusaha memenuhi permintaan itu sesuai dengan
asal usul dan sejarah perkembangannya semaksimal mungkin
berdasarkan berbagai sumber dan rujukan kitab-kitab yang dapat
dipertanggung-jawabkan, diantaranya, Fitnatul Wahabiyah karya
Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, I^tirofatul Jasus AI-Injizy pengakuan
Mr. Hempher, Daulah Utsmaniyah dan Khulashatul Kalam karya Sayyid
Ahmad Zaini Dahlan, dan lain-lain. Nama Aliran Wahabi ini diambil
dari nama pendirinya, Muhammad bin Abdul Wahab (lahir di Najed
tahun 1111 H / 1699 M). Asal mulanya dia adalah seorang pedagang
yang sering berpindah dari satu negara ke negara lain dan diantara
negara yang pernah disinggahi adalah Baghdad, Iran, India dan
Syam. Kemudian pada tahun 1125 H / 1713 M, dia terpengaruh oleh
seorang orientalis Inggris bernama Mr. Hempher yang bekerja
sebagai mata-mata Inggris di Timur Tengah. Sejak itulah dia
menjadi alat bagi Inggris untuk menyebarkan ajaran barunya.
Inggris memang telah berhasil mendirikan sekte-sekte bahkan agama
baru di tengah umat Islam seperti Ahmadiyah dan Baha^i. Bahkan
Muhammad bin Abdul Wahab ini juga termasuk dalam target program
kerja kaum kolonial dengan alirannya Wahabi.
Mulanya Muhammad bin Abdul Wahab hidup di lingkungan sunni
pengikut madzhab Hanbali, bahkan ayahnya Syaikh Abdul Wahab adalah
seorang sunni yang baik, begitu pula guru-gurunya. Namun sejak
semula ayah dan guru-gurunya mempunyai firasat yang kurang baik
tentang dia bahwa dia akan sesat dan menyebarkan kesesatan. Bahkan
mereka menyuruh orang-orang untuk berhati-hati terhadapnya.
Ternyata tidak berselang lama firasat itu benar. Setelah hal itu
terbukti ayahnya pun menentang dan memberi peringatan khusus
padanya. Bahkan kakak kandungnya, Sulaiman bin Abdul Wahab, ulama^
besar dari madzhab Hanbali, menulis buku bantahan kepadanya dengan
judul As-Sawa^iqul Ilahiyah Fir Raddi Alal Wahabiyah. Tidak
ketinggalan pula salah satu gurunya di Madinah, Syekh Muhammad bin
Sulaiman AI-Kurdi as-Syafi^i, menulis surat berisi nasehat: “Wahai
Ibn Abdil Wahab, aku menasehatimu karena Allah, tahanlah lisanmu
dari mengkafirkan kaum muslimin, jika kau dengar seseorang
meyakini bahwa orang yang ditawassuli bisa memberi manfaat tanpa
kehendak Allah, maka ajarilah dia kebenaran dan terangkan dalilnya
bahwa selain Allah tidak bisa memberi manfaat maupun madharrat,
kalau dia menentang bolehlah dia kau anggap kafir, tapi tidak
mungkin kau mengkafirkan As-Sawadul A^dham (kelompok mayoritas)
diantara kaum muslimin, karena engkau menjauh dari kelompok
terbesar, orang yang menjauh dari kelompok terbesar lebih dekat
dengan kekafiran, sebab dia tidak mengikuti jalan muslimin.
Sebagaimana diketahui bahwa madzhab Ahlus Sunah sampai hari ini
adalah kelompok terbesar. Allah berfirman : “Dan barang siapa yang
menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti
jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa
terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu (Allah biarkan
mereka bergelimang dalam kesesatan) dan kami masukkan ia ke dalam
jahannam, dan jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali (QS:
An-Nisa 115)
Salah satu dari ajaran yang (diyakini oleh Muhammad bin Abdul
Wahab, adalah mengkufurkan kaum muslim sunni yang mengamalkan
tawassul, ziarah kubur, maulid nabi, dan lain-lain. Berbagai dalil
akurat yang disampaikan ahlussunnah wal jama^ah berkaitan dengan
tawassul, ziarah kubur serta maulid, ditolak tanpa alasan yang
dapat diterima. Bahkan lebih dari itu, justru berbalik
mengkafirkan kaum muslimin sejak 600 tahun sebelumnya, termasuk
guru-gurunya sendiri.
Pada satu kesempatan seseorang bertanya pada Muhammad bin Abdul
Wahab, Berapa banyak Allah membebaskan orang dari neraka pada
bulan Ramadhan?? Dengan segera dia menjawab, “Setiap malam Allah
membebaskan 100 ribu orang, dan di akhir malam Ramadhan Allah
membebaskan sebanyak hitungan orang yang telah dibebaskan dari
awal sampai akhir Ramadhan” Lelaki itu bertanya lagi “Kalau begitu
pengikutmu tidak mencapai satu person pun dari jumlah tersebut,
lalu siapakah kaum muslimin yang dibebaskan Allah tersebut? Dari
manakah jumlah sebanyak itu? Sedangkan engkau membatasi bahwa
hanya pengikutmu saja yang muslim. Mendengar jawaban itu Ibn Abdil
Wahab pun terdiam seribu bahasa. Sekalipun demikian Muhammad bin
Abdul Wahab tidak menggubris nasehat ayahnya dan guru-gurunya itu.
Dengan berdalihkan pemurnian ajaran Islam, dia terus menyebarkan
ajarannya di sekitar wilayah Najed. Orang-orang yang pengetahuan
agamanya minim banyak yang terpengaruh. Termasuk diantara
pengikutnya adalah penguasa Dar^iyah, Muhammad bin Saud (meninggal
tahun 1178 H / 1765 M) pendiri dinasti Saudi, yang dikemudian hari
menjadi mertuanya. Dia mendukung secara penuh dan memanfaatkannya
untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Ibn Saud sendiri sangat
patuh pada perintah Muhammad bin Abdul Wahab. Jika dia menyuruh
untuk membunuh atau merampas harta seseorang dia segera
melaksanakannya dengan keyakinan bahwa kaum muslimin telah kafir
dan syirik selama 600 tahun lebih, dan membunuh orang musyrik
dijamin surga.
Sejak semula Muhammad bin Abdul Wahab sangat gemar mempelajari
sejarah nabi-nabi palsu, seperti Musailamah Al-Kadzdzab, Aswad
Al-Ansiy, Tulaihah Al-Asadiy dll. Agaknya dia punya keinginan
mengaku nabi, ini tampak sekali ketika ia menyebut para pengikut
dari daerahnya dengan julukan Al-Anshar, sedangkan pengikutnya
dari luar daerah dijuluki Al-Muhajirin. Kalau seseorang ingin
menjadi pengikutnya, dia harus mengucapkan dua syahadat di
hadapannya kemudian harus mengakui bahwa sebelum masuk Wahabi
dirinya adalah musyrik, begitu pula kedua orang tuanya. Dia juga
diharuskan mengakui bahwa para ulama? besar sebelumnya telah mati
kafir. Kalau mau mengakui hal tersebut dia diterima menjadi
pengikutnya, kalau tidak dia pun langsung dibunuh. Muhammad bin
Abdul Wahab juga sering merendahkan Nabi SAW dengan dalih
pemurnian akidah, dia juga membiarkan para pengikutnya melecehkan
Nabi di hadapannya, sampai-sampai seorang pengikutnya berkata : ?
Tongkatku ini masih lebih baik dari Muhammad, karena tongkat-ku
masih bisa digunakan membunuh ular, sedangkan Muhammad telah mati
dan tidak tersisa manfaatnya sama sekali. Muhammad bin Abdul Wahab
di hadapan pengikutnya tak ubahnya seperti Nabi di hadapan
umatnya. Pengikutnya semakin banyak dan wilayah kekuasaan semakin
luas. Keduanya bekerja sama untuk memberantas tradisi yang
dianggapnya keliru dalam masyarakat Arab, seperti tawassul, ziarah
kubur, peringatan Maulid dan sebagainya. Tak mengherankan bila
para pengikut Muhammad bin Abdul Wahab lantas menyerang
makam-makam yang mulia. Bahkan, pada 1802, mereka menyerang
Karbala-Irak, tempat dikebumikan jasad cucu Nabi Muhammad SAW,
Husein bin Ali bin Abi Thalib. Karena makam tersebut dianggap
tempat munkar yang berpotensi syirik kepada Allah. Dua tahun
kemudian, mereka menyerang Madinah, menghancurkan kubah yang ada
di atas kuburan, menjarah hiasan-hiasan yang ada di Hujrah Nabi
Muhammad.
Keberhasilan menaklukkan Madinah berlanjut. Mereka masuk ke Mekkah
pada 1806, dan merusak kiswah, kain penutup Ka?bah yang terbuat
dari sutra. Kemudian merobohkan puluhan kubah di Ma?la, termasuk
kubah tempat kelahiran Nabi SAW, tempat kelahiran Sayyidina Abu
Bakar dan Sayyidina Ali, juga kubah Sayyidatuna Khadijah, masjid
Abdullah bin Abbas. Mereka terus menghancurkan masjid-masjid dan
tempat-tempat kaum solihin sambil bersorak-sorai, menyanyi dan
diiringi tabuhan kendang. Mereka juga mencaci-maki ahli kubur
bahkan sebagian mereka kencing di kubur kaum solihin tersebut.
Gerakan kaum Wahabi ini membuat Sultan Mahmud II, penguasa
Kerajaan Usmani, Istanbul-Turki, murka. Dikirimlah prajuritnya
yang bermarkas di Mesir, di bawah pimpinan Muhammad Ali, untuk
melumpuhkannya. Pada 1813, Madinah dan Mekkah bisa direbut
kembali. Gerakan Wahabi surut. Tapi, pada awal abad ke-20, Abdul
Aziz bin Sa?ud bangkit kembali mengusung paham Wahabi. Tahun 1924,
ia berhasil menduduki Mekkah, lalu ke Madinah dan Jeddah,
memanfaatkan kelemahan Turki akibat kekalahannya dalam Perang
Dunia I. Sejak itu, hingga kini, paham Wahabi mengendalikan
pemerintahan di Arab Saudi. Dewasa ini pengaruh gerakan Wahabi
bersifat global. Riyadh mengeluarkan jutaan dolar AS setiap tahun
untuk menyebarkan ideologi Wahabi. Sejak hadirnya Wahabi, dunia
Islam tidak pernah tenang penuh dengan pergolakan pemikiran, sebab
kelompok ekstrem itu selalu menghalau pemikiran dan pemahaman
agama Sunni-Syafi?i yang sudah mapan.
Kekejaman dan kejahilan Wahabi lainnya adalah meruntuhkan
kubah-kubah di atas makam sahabat-sahabat Nabi SAW yang berada di
Ma?la (Mekkah), di Baqi^ dan Uhud (Madinah) semuanya diruntuhkan
dan diratakan dengan tanah dengan mengunakan dinamit penghancur.
Demikian juga kubah di atas tanah Nabi SAW dilahirkan, yaitu di
Suq al Leil diratakan dengan tanah dengan menggunakan dinamit dan
dijadikan tempat parkir onta, namun karena gencarnya desakan kaum
Muslimin International maka dibangun perpustakaan. Kaum Wahabi
benar-benar tidak pernah menghargai peninggalan sejarah dan
menghormati nilai-nilai luhur Islam. Semula AI-Qubbatul Khadra
(kubah hijau) tempat Nabi Muhammad SAW dimakamkan juga akan
dihancurkan dan diratakan dengan tanah tapi karena ancaman
International maka orang-orang biadab itu menjadi takut dan
mengurungkan niatnya. Begitu pula seluruh rangkaian yang menjadi
manasik haji akan dimodifikasi termasuk maqom Ibrahim akan digeser
tapi karena banyak yang menentangnya maka diurungkan.
Pengembangan kota suci Makkah dan Madinah akhir-akhir ini tidak
mempedulikan situs-situs sejarah Islam. Makin habis saja bangunan
yang menjadi saksi sejarah Rasulullah SAW dan sahabatnya. Bangunan
itu dibongkar karena khawatir dijadikan tempat keramat. Bahkan
sekarang, tempat kelahiran Nabi SAW terancam akan dibongkar untuk
perluasan tempat parkir. Sebelumnya, rumah Rasulullah pun sudah
lebih dulu digusur. Padahal, disitulah Rasulullah berulang-ulang
menerima wahyu. Di tempat itu juga putra-putrinya dilahirkan serta
Khadijah meninggal.
Islam dengan tafsiran kaku yang dipraktikkan wahabisme paling
punya andil dalam pemusnahan ini. Kaum Wahabi memandang
situs-situs sejarah itu bisa mengarah kepada pemujaan berhala
baru. Pada bulan Juli yang lalu, Sami Angawi, pakar arsitektur
Islam di wilayah tersebut mengatakan bahwa beberapa bangunan dari
era Islam kuno terancam musnah. Pada lokasi bangunan berumur 1.400
tahun Itu akan dibangun jalan menuju menara tinggi yang menjadi
tujuan ziarah jamaah haji dan umrah.
“Saat ini kita tengah menyaksikan saat-saat terakhir sejarah
Makkah. Bagian bersejarahnya akan segera diratakan untuk dibangun
tempat parkir,” katanya kepada Reuters. Angawi menyebut setidaknya
300 bangunan bersejarah di Makkah dan Madinah dimusnahkan selama
50 tahun terakhir. Bahkan sebagian besar bangunan bersejarah Islam
telah punah semenjak Arab Saudi berdiri pada 1932. Hal tersebut
berhubungan dengan maklumat yang dikeluarkan Dewan Keagamaan
Senior Kerajaan pada tahun 1994. Dalam maklumat tersebut tertulis,
?Pelestarian bangunan bangunan bersejarah berpotensi menggiring
umat Muslim pada penyembahan berhala.
Nasib situs bersejarah Islam di Arab Saudi memang sangat
menyedihkan. Mereka banyak menghancurkan peninggalan-peninggalan
Islam sejak masa Ar-Rasul SAW. Semua jejak jerih payah Rasulullah
itu habis oleh modernisasi ala Wahabi. Sebaliknya mereka malah
mendatangkan para arkeolog (ahli purbakala) dari seluruh dunia
dengan biaya ratusan juta dollar untuk menggali
peninggalan-peninggalan sebelum Islam baik yang dari kaum
jahiliyah maupun sebelumnya dengan dalih obyek wisata. Kemudian
dengan bangga mereka menunjukkan bahwa zaman pra Islam telah
menunjukkan kemajuan yang luar biasa, tidak diragukan lagi ini
merupakan pelenyapan bukti sejarah yang akan menimbulkan suatu
keraguan di kemudian hari.
Gerakan wahabi dimotori oleh para juru dakwah yang radikal dan
ekstrim, mereka menebarkan kebencian permusuhan dan didukung oleh
keuangan yang cukup besar. Mereka gemar menuduh golongan Islam
yang tak sejalan dengan mereka dengan tuduhan kafir, syirik dan
ahli bid?ah. Itulah ucapan yang selalu didengungkan di setiap
kesempatan, mereka tak pernah mengakui jasa para ulama Islam
manapun kecuali kelompok mereka sendiri. Di negeri kita ini mereka
menaruh dendam dan kebencian mendalam kepada para Wali Songo yang
menyebarkan dan meng-Islam-kan penduduk negeri ini.
Mereka mengatakan ajaran para wali itu masih kecampuran
kemusyrikan Hindu dan Budha, padahal para Wali itu telah
meng-Islam-kan 90 % penduduk negeri ini. Mampukah wahabi-wahabi
itu meng-Islam-kan yang 10% sisanya? Mempertahankan yang 90 % dari
terkaman orang kafir saja tak bakal mampu, apalagi mau menambah 10
% sisanya. Justru mereka dengan mudahnya mengkafirkan orang-orang
yang dengan nyata bertauhid kepada Allah SWT. Jika bukan karena
Rahmat Allah yang mentakdirkan para Wali Songo untuk berdakwah ke
negeri kita ini, tentu orang-orang yang menjadi corong kaum wahabi
itu masih berada dalam kepercayaan animisme, penyembah berhala
atau masih kafir. (Naudzu billah min dzalik).
Oleh karena itu janganlah dipercaya kalau mereka mengaku-aku
sebagai faham yang hanya berpegang teguh pada Al-Qur^an dan
As-Sunnah. Mereka berdalih mengikuti keteladanan kaum salaf
apalagi mengaku sebagai golongan yang selamat dan sebagainya, itu
semua omong kosong belaka. Mereka telah menorehkan catatan hitam
dalam sejarah dengan membantai ribuan orang di Makkah dan Madinah
serta daerah lain di wilayah Hijaz (yang sekarang dinamakan
Saudi). Tidakkah anda ketahui bahwa yang terbantai waktu itu
terdiri dari para ulama yang sholeh dan alim, bahkan anak-anak
serta balita pun mereka bantai di hadapan ibunya. Tragedi berdarah
ini terjadi sekitar tahun 1805. Semua itu mereka lakukan dengan
dalih memberantas bid?ah, padahal bukankah nama Saudi sendiri
adalah suatu nama bid?ah? Karena nama negeri Rasulullah SAW
diganti dengan nama satu keluarga kerajaan pendukung faham wahabi
yaitu As-Sa^ud.
Sungguh Nabi SAW telah memberitakan akan datangnya Faham Wahabi
ini dalam beberapa hadits, ini merupakan tanda kenabian beliau SAW
dalam memberitakan sesuatu yang belum terjadi. Seluruh
hadits-hadits ini adalah shahih, sebagaimana terdapat dalam kitab
shahih BUKHARI & MUSLIM dan lainnya. Diantaranya: “Fitnah itu
datangnya dari sana, fitnah itu datangnya dari arah sana,” sambil
menunjuk ke arah timur (Najed). (HR. Muslim dalam Kitabul Fitan)
“Akan keluar dari arah timur segolongan manusia yang membaca
Al-Qur^an namun tidak sampai melewati kerongkongan mereka (tidak
sampai ke hati), mereka keluar dari agama seperti anak panah
keluar dari busurnya, mereka tidak akan bisa kembali seperti anak
panah yang tak akan kembali ketempatnya, tanda-tanda mereka ialah
bercukur (Gundul).” (HR Bukho-ri no 7123, Juz 6 hal 20748). Hadis
ini juga diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Majah, Abu Daud, dan Ibnu
Hibban
Nabi SAW pernah berdo^a: “Ya Allah, berikan kami berkah dalam
negara Syam dan Yaman,” Para sahabat berkata: Dan dari Najed,
wahai Rasulullah, beliau berdo^a: Ya Allah, berikan kami berkah
dalam negara Syam dan Yaman, dan pada yang ketiga kalinya beliau
SAW bersabda: “Di sana (Najed) akan ada keguncangan fitnah serta
di sana pula akan muncul tanduk syaitan.”, Dalam riwayat lain dua
tanduk syaitan.
Dalam hadits-hadits tersebut dijelaskan, bahwa tanda-tanda mereka
adalah bercukur (gundul). Dan ini adalah merupakan nash yang jelas
ditujukan kepada para penganut Muhammad bin Abdul Wahab, karena
dia telah memerintahkan setiap pengikutnya mencukur rambut
kepalanya hingga mereka yang mengikuti tidak diperbolehkan
berpaling dari majlisnya sebelum bercukur gundul. Hal seperti ini
tidak pernah terjadi pada aliran-aliran sesat lain sebelumnya.
Seperti yang telah dikatakan oleh Sayyid Abdurrahman Al-Ahdal:
“Tidak perlu kita menulis buku untuk menolak Muhammad bin Abdul
Wahab, karena sudah cukup ditolak oleh hadits-hadits Rasulullah
SAW itu sendiri yang telah menegaskan bahwa tanda-tanda mereka
adalah bercukur (gundul), karena ahli bid^ah sebelumnya tidak
pernah berbuat demikian. Al-Allamah Sayyid AIwi bin Ahmad bin
Hasan bin Al-Quthub Abdullah AI-Haddad menyebutkan dalam kitabnya
Jala?udz Dzolam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abbas bin
Abdul Muthalib dari Nabi SAW: “Akan keluar di abad kedua belas
nanti di lembah BANY HANIFAH seorang lelaki, yang tingkahnya
bagaikan sapi jantan (sombong), lidahnya selalu menjilat bibirnya
yang besar, pada zaman itu banyak terjadi kekacauan, mereka
menghalalkan harta kaum muslimin, diambil untuk berdagang dan
menghalalkan darah kaum muslimin”. AI-Hadits.
BANY HANIFAH adalah kaum nabi palsu Musailamah Al-Kadzdzab dan
Muhammad bin Saud. Kemudian dalam kitab tersebut Sayyid AIwi
menyebutkan bahwa orang yang tertipu ini tiada lain ialah Muhammad
bin Abdul Wahab. Adapun mengenai sabda Nabi SAW yang
mengisyaratkan bahwa akan ada keguncangan dari arah timur (Najed)
dan dua tanduk setan, sebagian, ulama mengatakan bahwa yang
dimaksud dengan dua tanduk setan itu tiada lain adalah Musailamah
Al-Kadzdzab dan Muhammad Ibn Abdil Wahab.
Pendiri ajaran wahabiyah ini meninggal tahun 1206 H / 1792 M,
seorang ulama^ mencatat tahunnya dengan hitungan Abjad: “Ba daa
halaakul khobiits” (Telah nyata kebinasaan Orang yang Keji) (Masun
Said Alwy)

↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓

sumber
http://arsip.majelisrasulullah.org/index.php?option=com_simpleboard&Itemid=34&func=view&id=13079

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments