AhmadHabibii dimana Allah – 2010/07/26 14:21 asslm.
Habib Mundzir yg dirhmti Allah,
alfaqir ada baca dri diskusi org2 di facebook,yg mana mereka itu
adalh golongn yg mngku salafy.
sy minta pnjlsn dr Habib.
“[i]jarak antara kursyi Allah dan Arsy sejarak 700 tahun
perjalanan, dan jarak antara arsy Allah dengan air sejarak itu
pula. Besarnya langit dan bumi dibanding kursyi Allah bagaikan
sebuah cincin dilempar ke padang pasir. Dan berbagai sifat yg
telah dijelaskan Nabi. Lalu…kenapa bisa mereka mengatakan
Allah tidak berada …di atas arsy? Sedangkan tentang hal ini
telah dijelaskan dan kita tinggal BERIMAN!!!,,ebagaimana Hadits
riwayat Abu Dz…ar hadits ini merupakan hadits Shahih beliau
bertanya kepada Rasulullah:
“Ya, Rasulullah ayat apa yang paling besar dan paling agung
didalam Al-Qur^an ? Rasulullah menjawab :Ayat kursi ,
perbandingan 7langit dengan kursi seperti satu gelang yang
dilemparkan ditengah-tengah bumi ini dan perumpamaan keutamaan
arsy Allah dengan kursi seperti perumpamaan bumi ini dengan
gelang besi itu
(lihat surat Al-Baqarah ayat 255) yang dimaksud dengan kursi
menurut penafsiran yang shahih dari Ibnu Abbas bahwa kursi itu
adalah tempat kedua Kaki Allah/tempat Allah meletakkan kedua
Kaki-Nya dan Arsy(tempat Allah bersemayam) tidak ada yang mampu
mengukurnya kecuali Allah sendiri.
Hadits lain:
Diriwayatkan oleh Ibnu Mahdi dari Hamad bin Salamah dari ^Ashim
dari Zirr dari Abdullah bin Mas^ud beliau berkata :
“Antara langit yang paling bawah dengan langit berikutnya
jaraknya 500 tahun, dan antara setiap langit jaraknya 500 tahun,
antara langit yang ketujuh dengan kursi jaraknya 500 tahun dan
antara kursi dan samudra air jaraknya 500 tahun sedangkan Arsy”
berada diatas samudra air itu, dan Allah berada diatas Arsy
tersebut, tidak tersembunyi bagi Allah suatu apapun dari
perbuatan kamu sekalian”
dan diriwayatkan dengan lafadzh seperti ini oleh Al-Mas^udi dari
^ashim dari Abu Wa^il dari Abdullah bin Mas^ud demikian
dinyatakan oleh Imam Adz-Dzahabi lalu katanya ; atsar tersebut
diriwayatkan melalui beberapa jalan dan beliau menshahihkan
hadits ini begitu pula Ibnu Qayyim dalam kitabnya(ijtima aljuyus
Alislamiyah hal 100) dan Alhaitsami (1/65) dan Imam Thabrani
beliau berkata :Bahwa rijal yang meriwayatkannya shahih/
terpercaya (ibid, hal 379)
Ibnu Hatim meriwayatkan dengan sanadnya dari Jabir bahwa
Rasulullah bersabda:
“Aku diidzinkan untuk memberitahukan kepada kamu tentang
malaikat yang memikul Arsy bahwa jarak antara daun telinga dan
lehernya adalah sejauh 700 tahun perjalanan burung terbang
(hadits shahih riwayat Imam Abu Dawud dan Syaikh Nashiruddin
Albani menshahihkan hadits ini dalam Shahih Abu Dawud dan
Silisilah Hadits Shahih di juz pertama)
Hadits ini menunjukkan bahwa Arsy merupakan makhluk Allah yang
terbesar dimana Arsy ini akan dijunjung oleh beberapa malaikat
sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya
ketika beliau menafsirkan surat Al Haaqqah ayat 17;
“Dan pada hari itu delapan malaikat menjunjung Arsy Rabbmu
diatas mereka”
Diriwayatkan dari sa^ad bin Jubair bahwa jumlah malaikat pemikul
Arsy adalah delapan shaf demikian pula berita yang diterima dari
Ibnu Abbas. Dan dalam satu shaf tidak terkira jumlahnya. (Tafsir
Ibnu Katsir 4/796)”
dan Habib dsitu mngtkan bhwa arsy itu adlh t4 kaki allah,apkh
benar bib.
mohon maaf bib,sya org sangat awam.
mhon pnjlsnnya,
↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓
munzir Re:dimana Allah – 2010/07/27 05:59 Alaikumsalam warahmatullah
wabarakatuh,
kebahagiaan dan Kesejukan Rahmat Nya semoga selalu menaungi hari
hari anda,
Saudaraku yg kumuliakan,
ayat ayat dan hadits itu disebut mutasyabih, tidak jelas maknanya
karena banyak ayat lain yg bertentangan, dan mustahil ayat
bertentangan satu sama lain.
mereka mengatakan 500 tahun, 700 tahun dlsb, kita bertanya : 500
tahun yg mana?, dalam Alqur^an surat Al Ma^arij Allah swt
berfirman : Naiknya para malaikat itu kepada Nya dalam satu hari
dg perhitungan 50.000 tahun.
dalam ayat lain Allah mengatakan 1 hari dilangit adalah 1000
tahun,
lalu 500 tahun itu yg mana ?, apa yg 1 harinya 50.000 tahun X 365
hari X 500?
atau 1000 tahun X 365 hari X 500 ?
jika Allah swt ada di Arsy maka dimana Allah sebelum Arsy itu ada?
berikut penjelasan saya secara mendetail yg membungkam semua
pemahaman mereka, dg dalil Aqur^an, hadits hadits shahih dan
syarah fatwa para sahabat dan para Imam mengenai ayat mutasyabih,
saya nukilkan dari buku saya kenalilah akidahmu edisi 2.
II.1. AYAT TASYBIH
Mengenai ayat mutasyabih yang sebenarnya para Imam dan Muhadditsin
selalu berusaha menghindari untuk membahasnya, namun justru sangat
digandrungi oleh sebagian kelompok muslimin yang melenceng dari
kebenaran dan makin banyak muncul masa kini, mereka selalu mencoba
menusuk kepada jantung tauhid yang sedikit saja salah memahami
maka akan terjatuh dalam jurang kemusyrikan, seperti membahas
bahwa Allah ada di langit, mempunyai tangan, wajah dll, yang hanya
membuat kerancuan dalam kesucian Tauhid Ilahi pada benak muslimin,
akan tetapi karena semaraknya masalah ini diangkat ke permukaan,
maka perlu kita perjelas mengenai ayat ayat dan hadits tersebut.
Sebagaimana makna Istiwa, yang sebagian kaum muslimin sesat sangat
gemar membahasnya dan mengatakan bahwa Allah itu bersemayam di
Arsy, dengan menafsirkan kalimat ISTIWA dengan makna BERSEMAYAM
atau ADA DI SUATU TEMPAT . Entah darimana pula mereka menemukan
makna kalimat Istiwa adalah semayam, padahal tak mungkin kita
katakan bahwa Allah itu bersemayam disuatu tempat, karena
bertentangan dengan ayat ayat dan nash hadits lain.
Bila kita mengatakan Allah ada di Arsy, maka dimana Allah sebelum
Arsy itu ada? Dan berarti Allah membutuhkan ruang, berarti
berwujud seperti makhluk, sedangkan dalam hadits qudsiy disebutkan
Allah Swt turun kelangit yang terendah saat sepertiga malam
terakhir, sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Muslim hadits
No.758, sedangkan kita memahami bahwa waktu di permukaan bumi
terus bergilir dan waktu sepertiga malam terakhir terus bergeser
ke arah bumi bagian lainnya.
Maka bila disuatu tempat adalah tengah malam, maka waktu tengah
malam itu tidak sirna, tapi terus berpindah ke arah barat dan
terus ke yang lebih barat, tentulah berarti Allah itu selalu
bergelantungan mengitari bumi di langit yang terendah, maka
semakin ranculah pemahaman ini dan menunjukkan rapuhnya pemahaman
mereka. Jelaslah bahwa hujjah yang mengatakan Allah ada di Arsy
telah bertentangan dengan hadits qudsiy diatas, yang berarti Allah
itu tetap di langit yang terendah dan tak pernah kembali ke Arsy,
sedangkan ayat itu mengatakan bahwa Allah ada di Arsy, dan hadits
qudsiy mengatakan Allah di langit yang terendah.
Berkata Hujjatul Islam Almuhaddits Al Imam Malik rahimahullah
ketika datang seseorang yang bertanya makna ayat : Arrahmaanu
alal Arsyistawa , Imam Malik menjawab : Majhul, Ma qul, Imaan
bihi wajib, wa su al anhu bid ah (tidak diketahui maknanya, dan
tidak boleh mengatakannya mustahil, percaya akannya wajib,
bertanya tentang ini adalah Bid ah Munkarah), dan kulihat engkau
ini orang jahat, keluarkan dia..! .
Demikian ucapan Imam Malik pada penanya ini, hingga ia
mengatakannya : kulihat engkau ini orang jahat , lalu
mengusirnya, tentunya seorang Imam Mulia yang menjadi Muhaddits
Tertinggi di Madinah Almunawwarah di masanya yang beliau itu Guru
Imam Syafii ini tak sembarang mengatakan ucapan seperti itu,
kecuali menjadi dalil bagi kita bahwa hanya orang orang yang
tidak baik yang mempermasalahkan masalah ini.
Lalu bagaimana dengan firman Nya : Mereka yang berbai at padamu
sungguh mereka telah berbai at pada Allah, Tangan Allah diatas
tangan mereka (QS. Al Fath : 10),
dan disaat Bai at itu tak pernah teriwayatkan bahwa ada tangan
turun dari langit yang turut berbai at pada sahabat.
Juga sebagaimana hadits qudsiy yg mana Allah berfirman :
Barangsiapa memusuhi wali-Ku sungguh Ku-umumkan perang kepadanya,
tiadalah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan hal hal yang fardhu,
dan Hamba-Ku terus mendekat kepada-Ku dengan hal hal yang sunnah
baginya hingga Aku mencintainya, bila Aku mencintainya maka Aku
menjadi telinganya yang ia gunakan untuk mendengar, dan menjadi
matanya yang ia gunakan untuk melihat, dan menjadi tangannya yang
ia gunakan untuk memerangi, dan kakinya yang ia gunakan untuk
melangkah, bila ia meminta pada-Ku niscaya Ku-beri
permintaannya…. (Shahih Bukhari hadits No.6137)
Maka hadits Qudsiy diatas tentunya jelas jelas menunjukkan bahwa
pendengaran, penglihatan, dan panca indera lainnya, bagi mereka
yang taat pada Allah akan dilimpahi cahaya kemegahan Allah,
pertolongan Allah, kekuatan Allah, keberkahan Allah, dan sungguh
maknanya bukanlah berarti Allah menjadi telinga, mata, tangan dan
kakinya.
Masalah ayat atau hadist tasybih (kesaruan makna) dalam ilmu
tauhid terdapat dua pendapat dalam menafsirkannya.
1. Pendapat Tafwidh Ma attanzih
2. Pendapat Ta wil
III.1.1 Madzhab Tafwidh Ma attanzih
Madzhab Tafwidh Ma a Tanzih yaitu mengambil dhahir lafadz dan
menyerahkan maknanya kepada Allah swt, dengan I tiqad Tanzih
(mensucikan Allah dari segala penyerupaan)
Ditanyakan kepada Imam Ahmad bin Hanbal masalah hadist sifat, ia
berkata Nu minu biha wa nushoddiq biha bilaa kaif wala makna ,
(Kita percaya dengan hal itu, dan membenarkannya tanpa
menanyakannya bagaimana, dan tanpa makna) Madzhab inilah yang juga
dipegang oleh Imam Abu Hanifah (imam hanafi).
Dan kini muncullah faham mujjassimah yaitu dhohirnya memegang
madzhab tafwidh tapi menyerupakan Allah dengan mahluk, bukan
seperti para Imam yang memegang madzhab tafwidh ma^attanzih
II.1.2 Madzhab Takwil
Madzhab Takwil yaitu menakwilkan ayat atau hadist tasybih sesuai
dengan ke-Esaan dan Keagungan Allah swt, dan madzhab ini arjah
(lebih baik untuk diikuti) karena terdapat penjelasan dan
menghilangkan awhaam (khayalan dan syak wasangka) pada muslimin
umumnya, sebagaimana Imam Syafii, Imam Bukhari, Imam Nawawi dll.
(Syarah Jauharat Attauhid oleh Imam Baajuri)
Pendapat ini berlandaskan dalam Alqur an dan hadits hadits shahih,
juga banyak dipakai oleh para sahabat, tabiin dan imam – imam
ahlussunnah waljamaah.
Seperti ayat : Nasuullaha fanasiahum mereka melupakan Allah maka
Allah pun lupa dengan mereka, (QS. At-taubah : 67), dan ayat :
Innaa nasiinaakum sungguh kami telah lupa pada kalian, (QS.
Assajdah : 14).
Dengan ayat ini kita tidak bisa menyifatkan sifat lupa kepada
Allah walaupun tercantum dalam Alqur an, dan kita tidak boleh
mengatakan Allah punya sifat lupa, tapi berbeda dengan sifat lupa
pada diri makhluk, karena Allah berfirman : dan tiadalah Tuhanmu
itu lupa (QS. Maryam : 64)
Dan juga diriwayatkan dalam hadtist Qudsiy bahwa Allah swt
berfirman : Wahai Keturunan Adam, Aku sakit dan kau tak
menjenguk-Ku, maka berkatalah keturunan Adam : Wahai Allah,
bagaimana aku menjenguk-Mu sedangkan Engkau Rabbul Alamin?, maka
Allah menjawab : Bukankah kau tahu hamba-Ku fulan sakit dan kau
tak mau menjenguknya?, tahukah engkau bila kau menjenguknya maka
akan kau temui Aku disisinya? (Shahih Muslim hadits No.2569)
Apakah kita bisa mensifatkan sakit kepada Allah tapi tidak seperti
sakitnya kita?
Berkata Imam Nawawi berkenaan hadits qudsiy diatas dalam kitabnya
yaitu Syarah Nawawiy alaa Shahih Muslim bahwa yang dimaksud sakit
pada Allah adalah hamba-Nya, dan kemuliaan serta kedekatan-Nya
pada hamba-Nya itu. Wa ma na wajadtaniy indahu ya niy wajadta
tsawaabii wa karoomatii indahu dan makna ucapan : akan kau temui
aku disisinya adalah akan kau temui pahalaku dan kedermawanan-Ku
dengan menjenguknya (Syarh Nawawi ala Shahih Muslim Juz 16 hal
125)
Dan banyak pula para sahabat, tabiin, dan para Imam ahlussunnah
waljamaah yang berpegang pada pendapat Ta wil, seperti Imam Ibn
Abbas, Imam Malik, Imam Bukhari, Imam Tirmidziy, Imam Abul Hasan
Al Asy ariy, Imam Ibnul Jauziy dll (lihat Daf ussyubhat Attasybiih
oleh Imam Ibn Jauziy).
Maka jelaslah bahwa akal tak akan mampu memecahkan rahasia
keberadaan Allah swt, sebagaimana firman Nya : Maha Suci Tuhan-Mu
Tuhan Yang Maha Memiliki Kemegahan dari apa apa yang mereka
sifatkan, maka salam sejahtera lah bagi para Rasul, dan segala
puji atas Tuhan sekalian alam . (QS. Asshaffat : 180-182).
Walillahittaufiq
Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu,
semoga sukses dg segala cita cita,
Wallahu a^lam
Forum silahturahmi jama^ah Majelis Rasulullah, klik disini http://
groups.yahoo.com/group/majelisrasulullah
Peduli Perjuangan Majelis Rasulullah saw
No rekening Majelis Rasulullah saw:
Bank Syariah Mandiri
Atas nama : MUNZIR ALMUSAWA
No rek : 061-7121-494
↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓
sumber
http://arsip.majelisrasulullah.org/index.php?option=com_simpleboard&Itemid=34&func=view&id=25674