Re:Nikah Misywar – 2007/12/07 14:47Terima kasih Habib atas jawabannya, sebagai tambahan informasi, perbedaan dengan mut’ah adalah tidak adanya batas waktu (tempo), hanya hak2 suami-istri hanya sekedar tanggung jawab seksual semata, berdasarkan kesepakatan. Saya tampilkan dua kutipan di Internet:
Baru-baru ini 12 April yang lalu Perhimpunan Perundangan Islam yang berpusat di Makkah meluluskan ketetapan untuk membenarkan lelaki Islam Sunnah (atau wahabi?) untuk mengamalkan perkahwinan misyar. Perkahwinan ini berbeza sekali dengan Mutaah yang diamalkan lelaki Islam Syiah iaitu perkahwinan secara kontrak yang akan menyatakan secara jelas tarikh perceraian dalam perjanjian perkahwinan mereka. Misyar pula adalah satu bentuk perkahwinan sementara tetapi tidak memerlukan perjanjian sebagaimana perkahwinin mutaah dan perceraian tetap akan berlaku yang hanya akan diputuskan si suami tanpa atau dengan pengetahuan si isteri. Cuma tarikhnya saja tidak ditetapkan atau disebut dalam perjanjian kerana jika tidak ia akan dikira mutaah yang tidak boleh diamalkan bagi pengikut Sunni. Perkahwinan ini boleh berlaku tanpa pengetahuan si isterinya yang lain dan lelaki boleh mengahwini perempuan mengikut ketetapan berpoligami sehingga 4. Si suami boleh menceraikan isteri walaupun selepas sekali persetubuhan atau sehari saja. Si Lelaki boleh mengahwini pula semula perempuan di tempat yang lain. Mengenai tanggungjawab si suami pula,ia mungkin terlepas dari memberi nafkah sara hidup kerana si isteri akan tetap tinggal bersama ibu-bapanya. Si suami boleh datang bila-bila masa pada isterinya dan si isteri tidak boleh menuntut cerai. Ini kerana si isteri telah tahu kedudukan si suaminya Perkahwinan misyar masih memerlukan syarat-syarat dan rukun nikah sepetimana kawin biasa ni. masih ada wali dan saksi, sedangkan muta’ah ada yg kata perlu wali ada yang kata tak perlu. Lelaki yang kawin misyar masih lagi tertakluk kepada jumlah maksima isteri 4 termasuk yang misyar, sedangkan muta’ah boleh balun berapa dia suka. perceraian kawin misyar pun masih tertakluk kepada perundangan islam sunnah waljamaah. yang bezanya cuma ada niat bercerai oleh pasangan yang kawin misyar. Satunya dari kompas, malah sudah ada makelarnya di website:
Situs Khusus untuk Peminat Nikah Misyar SANA’A, RABU — Nikah ’misyar’ atau tidak jauh beda dengan nikah siri alias secara sembunyi-sembunyi yang hanya diketahui oleh orang-orang tertentu, kini menjadi pilihan bagi sebagian warga Arab di kawasan Teluk. Seperti pernikahan biasa, nikah misyar juga harus dilakukan sesuai dengan syarat-syarat pernikahan biasa, seperti wali, saksi dan ijab kabul. Bedanya hanya tidak dilakukan secara terbuka atau pesta yang dihadiri tamu undangan dan juga tidak dicatat secara resmi di catatan sipil. Untuk memudahkan menghubungi para peminat nikah jenis itu baik di kalangan pria maupun wanita, para pemerhati nikah siri tersebut membuat situs khusus yang ternyata mendapat respon besar. “Dalam tiga bulan saja sebanyak 8 ribu peminat menyatakan keinginan untuk melangsungkan nikah tersebut,” ujar Sheikh Ridwan Al-Hamadi, pemilik situs tersebut seperti dikutip harian Al-Sharqul Awsat, Rabu (31/1). Menurut Hamadi, sebagian besar peminat berasal dari Saudi dan negara-negara Teluk lainnya. Sebagian lainnya berasal dari warga Arab yang mukim di Amerika, Australia dan Eropa. “Bagi peminat di Amerika dan Eropa, memang sangat butuh jenis pernikahan ini agar terhindar dari fitnah (zina, red.) dan mereka dapat menyalurkan kebutuhan biologis secara halal,” katanya lagi. Pihak pengelola situs tersebut menentukan sejumlah syarat bagi para peminat, baik dari kaum Adam maupun Hawa, meliputi nafkah, pekerjaan, status sosial dan pendidikan secara transparan. Para pengelola bukan bertugas sebagai penghulu untuk mengawinkan mereka, tapi lebih bersifat sebagai mediator sehingga pernikahan bisa berlangsung sesuai dengan tradisi masing-masing dan tidak melanggar ketentuan syariat (hukum Islam). “Hingga saat ini, baru sembilan pasangan yang telah berhasil melangsungkan nikah misyar lewat situs tersebut, dan dalam waktu-waktu mendatang diperkirakan akan melonjak,” ujar Hamadi lagi. Bagi peminat nikah tersebut dari kaum pria dikenakan iuran sebesar 200 riyal (sekitar Rp500 ribu) untuk setahun, dan 150 riyal (sekitar Rp375 ribu) untuk enam bulan. Uang tersebut digunakan pihak pengelola untuk mencarikan calon istri yang siap disunting secara misyar. Saya baca-2 beberapa ulama (seperti Yusuf Qardawi) menghalalkan perkawinan jenis ini, karena memenuhi syarat ijab kabul, wali, dll. Cuma dari pengamatan saya, kok seperti mengakali “perselingkuhan” menjadi “halal”. Mohon pencerahan dari Habib Munzir. |