Saqqaf Tentang Ziarah Kubra di Palembang – 2007/08/06 16:27 HAUL DAN
ZIARAH KUBRA ULAMA DAN AULIYA PALEMBANG DARUSSALAM 2007
———— ——— ——— ——— ——— ———
——-
Tiap tahun menjelang Bulan Suci Ramadhan, Kota Palembang dibanjiri
ulama, habaib dan kyai dari penjuru tanah air dan luar negeri yang
menyempatkan diri menghadiri Haul dan Ziarah Kubra Ulama dan
Auliya Palembang Darussalam.
Suasana berbeda seringkali terjadi pada hari-hari terakhir Bulan
Sya ban. Hari-hari tersebut dimanfaatkan oleh kaum muslimin untuk
berziarah, baik menziarahi makam anggota keluarga yang telah
mendahului, maupun ke makam ulama dan para wali Allah. Suasana
tersebut juga dirasakan di Kota Palembang, terlebih dengan
digelarnya Ziarah Kubra Ulama dan Auliya Palembang Darussalam yang
biasanya diadakan seminggu menjelang masuknya Bulan Ramadhan.
Pada tahun ini Ziarah Kubra akan dilaksanakan pada Hari Minggu, 2
September 2007 M / 20 Sya ban 1428 H. Namun sehari sebelumnya
yaitu Hari Sabtu, 1 September 2007 M / 19 Sya ban 1427 H di kota
ini juga akan digelar Haul seorang Waliyullah besar yang menjadi
penghulu sebagian nasab keturunan Alawiyyin. Beliau adalah
Al-Faqihil Muqaddam Tsani Al-Habib Abdurrahman As-Seggaf bin
Muhammad Maula Ad-Dawilaih R.A. yang merupakan salah seorang tokoh
para wali dan ulama dari Ahlil Bait Alawiyyin. Beliau wafat dan
dimakamkan di pemakaman Zanbal di kota Tarim (Hadramaut Yaman)
pada tahun 819 H.
Acara Ziarah Kubra merupakan salah satu tradisi turun temurun,
terutama bagi kaum alawiyyin yang bermukim di Kota Palembang
maupun masyarakat pencinta ulama dan wali-wali Allah. Acara ini
juga melibatkan keluarga Kesultanan Palembang Darussalam mengingat
eratnya hubungan kekeluargaan kaum alawiyyin dengan para sultan di
Kesultanan Palembang Darussalam.
Sebagai acara pertama dari rangkaian ziarah kubra ini adalah Haul
Al- Arif Billah Al-Habib Abdullah bin Idrus Shahab dan Al- Arif
Billah Al-Habib Abdurrahman bin Hamid. Al-Habib Abdullah bin Idrus
merupakan salah satu tokoh kebanggaan masya-rakat Palembang,
semasa hidupnya ia mempunyai kedudukan yang tinggi disebabkan ilmu
dan akhlaknya yang mulia, itu terjadi dimanapun ia berada, bahkan
di Hadhramaut sendiri pun ia mendapatkan penghormatan yang lebih
dari para habib disana.
Didalam kitab Tuhfatu Al-Ahbab fi Manaqib Al-Habib Alwi bin
Abdullah bin Idrus bin Shahab disebutkan bahwa setiap kali Habib
Ali bin Muhammad Al-Habsyi, Seiwun datang ke kota Tarim, beliau
selalu berusaha untuk memuliakan dan mengutamakan Habib Abdullah
untuk menjadi imam shalat baik di majlis-majlis umum maupun
khusus. Beliau berkata Aku melihat semua hati manusia
mencintainya dan tidak ada satupun yang memusuhinya . Habib
Abdullah bin Idrus adalah ayah dari Habib Alwi Qolbu Tarim,
Hadramaut. Makamnya yang terletak di Gubah Duku yang merupakan
tanah wakaf Habib Syech bin Ahmad bin Shahab ini sering diziarahi
oleh masyarakat baik dari dalam maupun luar kota Palembang, bahkan
tamu-tamu dari Pulau Jawa dan Hadramaut.
Sedangkan Al-Habib Abdurrahman bin Ahmad Al-Bin Hamid merupakan
seorang habib yang mulia, ia banyak menimba ilmu pengetahuan dari
para habib baik di Palembang maupun dari Hadramaut, diantaranya
Habib Abdullah bin Idrus bin Shahab. Adapun tokoh habaib yang
banyak menimba ilmu pengetahuan darinya antara lain putranya
sendiri Habib Ahmad, Habib Ahmad bin Zein bin Shahab dan Habib
Muhammad bin Hamid bin Syech Abubakar.
Acara yang diadakan di perkampungan Alawiyyin Sungai Bayas
Kelurahan Kuto Batu Palembang ini selain dihadiri oleh para ustadz
dan sesepuh habaib kota Palembang, juga dimeriahkan dengan
kedatangan beberapa ulama dan habaib dari luar kota Palembang
bahkan dari luar negeri, seperti dari Kota Mekkah, Madinah, Yaman,
Singapura, Malaysia dan Brunai Darussalam. Haul berakhir pada
pukul 09.00 dan dilanjutkan dengan ziarah bersama.
Perjalanan dari tempat haul ke tempat-tempat pemakaman dilakukan
dengan berjalan kaki dan disemarakkan tetabuhan hajir marawis dan
untaian qasidah, juga dengan membawa umbul-umbul yang bertuliskan
kalimat tauhid. Antusias yang begitu besar terlihat dari para
jemaah dalam mengikuti ziarah kubra ini meskipun perjalanan yang
ditempuh cukup jauh, selain mengharapkan berkah, juga dikarenakan
turut sertanya para habib dalam perjalanan tersebut.
Rangkaian ziarah dimulai di Pemakaman Al- Arif Billah Al-Habib
Pangeran Syarif Ali Syekh Abubakar yang berlokasi di Kelurahan 5
Ilir Boom Baru. Al-Habib Pangeran Syarif Ali, merupakan seorang
waliyullah yang alim dan berwibawa, sehingga ia disegani oleh
banyak orang. Syarif Ali dilahirkan di Palembang pada tahun 1795 M
dari seorang ibu yang bernama Syarifah Nur binti Ibrahim bin Zain
bin Yahya. Adapun ayahnya Habib Abubakar dilahirkan di kota Inat,
Hadramaut. Habib Abubakar datang ke kota Palembang bersama ayahnya
yaitu Habib Sholeh bin Ali sekitar tahun 1755 diakhir masa
kepemimpinan Sultan Mahmud Badaruddin I. Setelah itu Habib Sholeh
kembali ke Hadramaut dan meninggal di kota kelahirannya Inat.
Sebagaimana lazimnya para wali, disamping mendapatkan pendidikan
agama dari ayahnya, ia juga banyak menimba ilmu agama dari para
habib baik dari kota Palembang sendiri maupun dari Hadhramaut.
Selain terdidik dalam lingkungan keagamaan, pada usia dewasanya,
Syarif Ali giat melakukan pelayaran niaga, terutama ke Kalimantan
dan Jawa. Pelayaran dengan kapal kayu sederhana (Pinisi),
mengarungi lautan luas selama beberapa waktu dengan segala macam
rintangan, membentuk watak dan kepribadian yang kuat dalam jiwanya
sehingga ia dikenal sebagai seorang yang gagah berani, teguh
pendirian, tidak banyak berbicara dan bersikap tegas dalam
menangani persoalan.
Dari pergaulan yang luas dalam hubungannya dengan para pembesar
kesultanan, Syarif Ali memperoleh pengalaman diplomatik. Karena
itu ia tampil sebagai seorang yang berwibawa dan mendapat
kepercayaan Sultan. Pernah suatu ketika Syarif Ali melakukan misi
khusus ke Kalimantan untuk keperluan Sultan Husin Dhiauddin dan
misi tersebut berhasil dengan baik. Karena ini Sultan menikahkan
salah seorang putrinya yang bernama Laila dan dari perkawinan
inilah Syarif Ali diberi gelar Pangeran. Bahkan beliau meskipun
dalam usia yang relatif muda sudah dipercaya untuk menduduki
jabatan bendahara kesultanan. Pangeran Syarif Ali wafat pada
tanggal 27 Muharram 1295 H / 1877 M.
Selain makam Habib Pangeran Syarif Ali dan keluarganya, disini
juga dimakamkan Habib Umar bin Alwi bin Zain bin Syahab yang
merupakan ipar dari Pangeran Syarif Ali, beliau dimakamkan tepat
disebelah makam Pangeran Syarif Ali. Habib Umar adalah seorang
ulama yang banyak menyebarkan agama Islam ke pelosok-pelosok
terpencil, beberapa suku adat di pedalaman Palembang masuk Islam
berkat beliau, terutama di pesisir sungai Musi, antara lain daerah
Pegayut, Pemulutan, Muara Batun, Lingkis, Ulak Temago, Suko Darmo,
bahkan sampai saat ini banyak keturunannya tinggal di daerah
Bungin Kiaji yang lebih dikenal dengan dengan Desa Pegayut.
Dari Pemakaman Pangeran Syarif Ali, rombongan ziarah melanjutkan
perjalanan menuju ke Pemakaman Kesultanan Kawah Tengkurep yang
terletak di Kelurahan 3 Ilir Boom Baru Palembang. Pemakaman ini
dibangun pada tahun 1728 M oleh Sultan Mahmud Badaruddin I
(1724-1758 M), yang merupakan seorang pemimpin yang arif dan adil,
bahkan ia adalah seorang ulama yang hafal Al-Qur an. Didalam
pemerintahannya, Sultan Mahmud Badaruddin I banyak mengadakan
musyawarah terutama dengan para habib, iapun memiliki guru-guru
agama dari kalangan habaib. Bahkan hampir semua putrinya
dinikahkan dengan habaib.
Adapun Imam Kubur – istilah untuk penasehat agama kesultanan yang
biasanya dimakamkan bersebelahan dengan para sultan – dari Sultan
Mahmud Badaruddin I yaitu Al- Arif Billah Al-Habib Abdullah bin
Idrus Al-Idrus. Habaib lainnya yang dimakamkan di Pemakaman Kawah
Tengkurep ini antara lain Al- Arif Billah Al-Habib Abdurrahman bin
Husin Al-Idrus (Maula Taqooh) yang merupakan Imam Kubur Sultan
Ahmad Najamuddin (1758-1776 M), Al- Arif Billah Al-Habib Muhammad
bin Ali Al-Haddad (Datuk Murni) yang merupakan Imam Kubur Sultan
Muhammad Bahauddin (1776-1803 M), Al- Arif Billah Al-Habib
Muhammad bin Yusuf Al-Angkawi, Al- Arif Billah Al-Habib Agil bin
Alwi Al-Madihij (Penghulu Al-Madihij di Palembang) serta Al- Arif
Billah Al-Habib Muhammad dan Habib Ahmad bin Idrus Al-Habsyi, yang
merupakan ayah dan kakek dari Habib Nuh Al-Habsyi (Keramat Tanjung
Pagar Singapura).
Selain itu disini juga dimakamkan seorang waliyah bernama Hababah
Sidah binti Abdullah bin Agil Al-Madihij. Dikisahkan bahwa ia
pernah bertemu dengan Rasulullah SAW secara yaqozoh (dalam keadaan
sadar) dengan iringan tetabuhan rebana dan aroma harum wewangian,
sehingga seluruh perkampungan disekitar rumahnya pun dapat
mendengar suara tabuhan rebana tersebut. Hingga kini rumah tempat
tinggalnya masih ada dan terawat dengan baik.
Setelah melakukan perjalanan ke kedua pemakaman tersebut, rute
ziarah pun berakhir di Pemakaman Habaib Kambang Koci yang terletak
bersebelahan dengan Pemakaman Kawah Tengkurep. Konon, pada tahun
1151 H / 1735 M, Sultan Mahmud Badaruddin I mewakafkan sebidang
tanah yang cukup luas untuk pemakaman anak cucu serta menantunya.
Tanah pemakaman tersebut dinamakan Kambang Koci yang berasal dari
kata-kata kambang (kolam) dan sekoci (perahu), karena jauh
sebelumnya tempat itu merupakan tempat pencucian perahu.
Dalam sejarahnya, areal pemakaman ini telah beberapa kali berusaha
direbut oleh pihak-pihak yang merasa berkepentingan. Bermula pada
masa pendudukan Belanda sekitar tahun 1913 M, melihat posisinya
yang begitu strategis terletak di tepi Sungai Musi, di kawasan ini
dibangun Pelabuhan Boom Baru, dan berselang 11 tahun kemudian,
Pihak Belanda berusaha mengambil areal pemakaman ini, namun pihak
ahli waris mempertahankannya sehingga sampailah pada suatu
perundingan di Batavia (sekarang Jakarta) dengan dimenangkan oleh
pihak ahli waris. Demikian pula pada masa penjajahan Jepang,
upaya-upaya perebutan areal pemakaman tersebut masih terjadi namun
tetap tidak berhasil.
Pada masa kemerdekaan, tepatnya 16 Nopember 1974, Pemakaman
Kambang Koci ini diresmikan menjadi pemakaman anak, menantu, serta
cucu-cucu Sultan Mahmud Badaruddin, yang dihadiri oleh Bapak
R.H.A. Arifai Tjek Yan, Walikota Palembang kala itu serta pihak
dari Pelabuhan Boom Baru. Berselang setahun kemudian, kembali
terjadi persengketaan dengan pihak pelabuhan sehingga terjadi
pembagian luas areal pemakaman ini dari 5000 meter persegi dibagi
2/3 untuk pihak pelabuhan dan 1/3 untuk ahli waris, sehingga saat
ini keseluruhan luas area Kambang Koci ini tinggal 1400 meter
persegi.
Upaya-upaya pihak pelabuhan terus dilakukan untuk mendapatkan sisa
areal pemakaman yang ada. Pada tahun 1999 pihak ahli waris yang
diwakili Ketua Yayasan Kambang Koci, Habib Muhammad Ahmad Shahab
dan pihak pelabuhan melakukan pertemuan di Kantor Gubernur Sumsel
yang menghasilkan keputusan bahwa pihak pelabuhan harus memasang
kembali pagar yang telah mereka robohkan sebelumnya. Dan
dipenuhilah keputusan tersebut oleh pihak pelabuhan dengan
membangun pagar kokoh yang mengelilingi keseluruhan sisa areal
pemakaman Kambang Koci yang terdiri dari lebih kurang 300 makam.
Saat ini, hampir keseluruhan keturunan Alawiyyin yang tinggal di
Palembang memiliki silsilah bersambung dengan para habib yang
dimakamkan di pemakaman ini, paling tidak silsilah dari sebelah
ibu.
Beberapa penghulu habaib yang dimakamkan disini antara lain:
– Al- Arif Billah Al-Habib Syech bin Ahmad bin Syahab yang
merupakan ulama besar pada masanya dan dikarenakan kedekatannya
dengan Sultan Mahmud Badaruddin I, ia dianugerahi tanah yang
sangat luas oleh Sultan dari daerah Kuto sampai Kenten, yang
antara lain ia wakafkan sebagai tanah pemakaman kaum alawiyyin
Palembang serta tanah wakaf masjid Daarul Muttaqien.
-Al- Arif Billah Al-Habib Ibrahim bin Zein bin Yahya (w.1790 M),
merupakan seorang ulama besar yang memahami banyak masalah Ilmu
Fiqh, beliau adalah menantu Sultan Mahmud Badaruddin I yang
beristerikan Raden Ayu Aisyah binti Sultan Mahmud Badaruddin I.
-Al- Arif Billah Al-Habib Alwi bin Ahmad Al-Kaaf yang dikenal
sebagai seorang wali Quthb, diceritakan bahwa pernah suatu kali
saat ayahnya melakukan pelayaran ke Singapura dengan sebuah kapal.
Di dalam perjalanan, kapal tersebut mengalami kebocoran pada
lambungnya, ketika akan diperbaiki ternyata kapal tersebut telah
ditambal dari luar kapal dan setelah diperiksa ternyata didapati
sebuah sandal yang menutup rapat kebocoran tersebut. Setelah
sandal tersebut diambil dan dihadapkan kepada Habib Ahmad, maka
beliau mengenali sandal tersebut adalah milik anaknya, Habib Alwi.
Setibanya kembali di Palembang didapati Habib Alwi tengah menunggu
ayahnya dengan mengenakan sebelah sandal seraya meminta sandal
yang satunya lagi dari ayahnya yang digunakan untuk menambal kapal
tersebut. Masih banyak lagi keramat dari Habib Alwi ini, bahkan
tatkala ia wafat, maka datanglah surat dari Kampung Al-Hajrain,
Hadhramaut (setelah 6 bulan perjalanan laut dari Hadhramaut ke
Palembang) yang isinya menanyakan siapakah wali di Palembang yang
wafat sehingga di Kota Tarim, Hadhramaut terjadi gempa.
Selain itu, di pemakaman ini juga dimakamkan Habib Abdullah bin
Salim Al-Kaaf yang merupakan seorang ulama besar sekaligus
pengusaha yang sukses. Beliaulah yang membangun Masjid Sungai
Lumpur pada tahun 1287 H yang berlokasi di 11 Ulu Palembang, dan
Habib Abdullah bin Ali Al-Kaaf yang merupakan seorang wali yang
mastur (tersembunyi) . Adapun keturunannya banyak yang menjadi
orang sholeh dan ulama besar yang tersebar di Tegal, Jakarta,
Jeddah, dan Hadhramaut. Antara lain Habib Abdurrahman bin Ahmad
Al-Kaaf, Jeddah dan Habib Abdullah bin Ahmad Al-Kaaf, Jakarta
dengan anak-anaknya yang menjadi muballighin.
Banyaknya para wali yang dimakamkan disini membuat para peziarah
selalu menyempatkan diri untuk berziarah ke pemakaman ini, baik
dari kalangan awam maupun tokoh habaib. Tercatat sebagian kecil
diantaranya, yaitu Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdor (Bondowoso),
Habib Muhammad bin Husin Al-Idrus (Surabaya), Habib Salim bin
Ahmad bin Jindan (Jakarta), Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi
(Kwitang), Habib Ali bin Husin Al-Atthos (Bungur), Habib Sholeh
bin Muhsin Al-Hamid (Tanggul), Habib Abdul Qodir bin Ahmad Assegaf
(Jeddah), Habib Umar bin Hafizh BSA dan Habib Ali Zainal Abidin
Al-Jufri (Hadhramaut- Yaman).
Pernah suatu ketika dalam ziarahnya, Habib Sholeh bin Muhsin
Al-Hamid (Tanggul) diberitahu bahwasanya pemakaman ini akan
dibongkar, mendengar hal itu ia hening sesaat dan berkata bahwa
pembongkaran tidak akan terjadi, dikarenakan Allah SWT yang akan
selalu menjaganya, dan hal ini benar-benar terbukti. Sebagai
contoh tatkala ada usaha untuk memindahkan jenazah dari pemakaman
ini ke pemakaman lain dalam usaha mengambil alih areal pemakaman
pada tanggal 19 Desember 1997, setelah peti-peti jenazah yang
berjumlah lebih kurang 104 buah (dihitung berdasarkan jumlah nisan
yang nampak) disiapkan di Kambang Koci untuk memindahkan makam
yang ada, didapatlah kabar mengenai jatuhnya pesawat Boeing
737-300 Silk Air dari Singapura di Muara Makati, Perairan
Sungsang, Sumatera Selatan yang menewaskan seluruh penumpang dan
awak pesawat. Dan yang mengherankan jumlah korban tewas yang
dipastikan sebanyak peti yang disiapkan, yang terdiri dari 104
penumpang termasuk 7 awak. Mengingat keperluan yang lebih mendesak
akhirnya peti-peti yang telah disiapkan tersebut tidak jadi
digunakan, dan lahan pekuburan yang telah disediakan bagi jenazah
Kambang Koci diisi dengan jenazah korban tewas kecelakaan pesawat
tersebut.
Mengingat banyaknya para wali yang dimakamkan di Pemakaman Kambang
Koci serta di beberapa pemakaman lainnya di kota Palembang, maka
banyak dari pemuka habaib dari Hadhramaut menyebut Kambang Koci
sebagai Zanbal (pemakaman para wali di Kota Tarim, Hadhramaut)-
nya Palembang. Dan Kota Palembang sendiri sebagai Hadramaut Tsani
alias Hadramaut Kedua.
Insya Allah, Ziarah Kubra tahun ini akan dihadiri oleh banyak tamu
dari luar kota dan luar negeri, antara lain Ulama Pattani
(Thailand),Habib Hasan Al-^Atthas (Singapura), Syed Ibrahim bin
Ahmad bin Yahya (Pegawai Khas Menteri Besar Pahang, Malaysia)
beserta rombongan, Syed Agil bin Yahya dan rombongan tahfizul
Quran Malaysia,Jemaah Jenderami (Malaysia), tamu dari Brunei
Darussalam.Serta para ulama dan habaib dari Pulau Jawa,antara lain
Habib Sholeh bin Ahmad Al-Aidarus (Malang), Habib Sholeh
Al-Habsyi (Jakarta), dll.
Sumber :
o Kiswah Habaib, Mengungkap Figur Tokoh-Tokoh Sadah Ba alawi
Palembang, Edisi I, 2001.
o Ziarah Kubra & Sekilas Mengenai Ulama dan Auliya Palembang
Darussalam, Edisi II, S. Abdullah Syukri Shahab, 2004.
o Pangeran Syarif Ali Asal-Usul dan Keturunannya, S. Ahmad bin
Hamid BSA, 2004.
Penulis : Abubakar Rafiq BSA.
Email : Ibn_Hamas@yahoo. com
↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓
sumber
http://arsip.majelisrasulullah.org/index.php?option=com_simpleboard&Itemid=34&func=view&id=6100