[forum] home/content/77/3476277/html/arsip/includes/mambo.php on line 181
Multi Media
Tentang Kami home/content/77/3476277/html/arsip/includes/version.php on line 35
Laporan Dakwah
Gallery
home/content/77/3476277/html/arsip/includes/frontend.php on line 115
home/content/77/3476277/html/arsip/includes/frontend.php on line 179
dsulaiman Subehanallah – 2007/03/22 00:22 assalamualaikum warohmatullahi
wabarokatuh
Alhmadulillahi robbil alamin , shalawat serta salam semoga
tercurah limpah kepada junjungan alam nabi besar Muhammad SAW ,
semoga habib beserta keluarga selalau di rahmati oleh Allah SWT ,
amin
bib ane mau tanya nih , ada yg kirimin ane email isinya kaya
begini bib, tolong bib terangin apah bener Allah ada di satu
tempat klw Allah berada di satu tempat berarti Allah sama dengan
makhluk dong bib .
ane butuh jawapan dari habib banget .
Anak Bertanya ^dimana Allah Berada^, Bagaimana Jawabnya,,,,
Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh
Alhamdulillahi rabbil `alamin, washshalatu wassalamu `ala sayyidil
mursalin,
wa ba`du,
Allah itu adanya di langit dan di atas Arsy. Itulah keterangan
yang benar
sesuai dengan informasi yang Allah SWT tetapkan sendiri dalam
Al-Quran
Al-Kariem.
1. Allah Diatas Arsy
Keterangan bahwa Allah SWT ada di atas Arsy adalah firman Allah
SWT sendiri
yang ditetapkan di dalam Al-Quran Al-Kariem. Maka tidak ada
kesempatan
sedikitpun bagi manusia untuk menolak apa yang telah Allah SWT
tetapkan
sendiri tentang dirinya.
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit
dan bumi
dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ^Arsy . Dia
menutupkan malam
kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan matahari, bulan
dan
bintang-bintang tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan
dan
memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta
alam.(QS.
Al-Araf : 54)
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan
bumi dalam
enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ^Arsy untuk mengatur
segala
urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa^at kecuali
sesudah ada
izin-Nya. yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah
Dia.Maka
apakah kamu tidak mengambil pelajaran? (QS. Yunus : 3)
Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang yang kamu lihat,
kemudian Dia
bersemayam di atas ^Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan.
Masing-masing
beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan ,
menjelaskan
tanda-tanda , supaya kamu meyakini pertemuan dengan Tuhanmu. (QS.
Ar-Ra^d :
2)
Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas ^Arsy .(QS. Thaha
: 5)
Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya
dalam enam
masa, kemudian dia bersemayam di atas Arsy , Yang Maha Pemurah,
maka
tanyakanlah kepada yang lebih mengetahui tentang Dia. (QS.
Al-Furqan : 59)
Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di
antara
keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ^Arsy .
Tidak ada
bagi kamu selain dari padaNya seorang penolongpun dan tidak
seorang pemberi
syafa^at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?(QS. As-Sajdah : 4)
Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian
Dia
bersemayam di atas ^arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam
bumi dan apa
yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa
yang naik
kepada-Nya . Dan Dia bersama kamu di mama saja kamu berada. Dan
Allah Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan.(QS. Al-Hadid : 4)
2. Allah Di Langit
Selain itu di dalam Al-Quran Al-Kariem juga ada keterangan bahwa
Allah SWT
itu ada di langit.
“Tidakkah kamu merasa aman dari Allah yang berada DI LANGIT bahwa
Dia akan
menjungkir-balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba
bumi itu
berguncang. Atau apakah meraa aman terhadap Allah yang DI LANGIT
bahwa Dia
akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan
mengetahui
bagaimana (akibat) mendustakan peringatan-Ku”. ( QS Al-Mulk :
16-17).
Selain itu ada hadits dari Rasulullah SAW yang juga menjelaskan
tentang
dimanakah Allah SWT itu .
Dari Abdullah bin Amr bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Kasihanilah
yang bumi
maka kamu akan dikasihani oleh Yang DI LANGIT”. (HR. Tirmiziy).
Namun tentang bagaimana tentang keberadaan Allah SWT di langit dan
di asry,
kita tidak punya keterangan pasti. Maka kita imani keberadaannya
sedangkan
teknisnya seperti apa, itu majhul. Dan bertanya tentang seperti
apa
teknisnya adalah bid^ah. Ini adalah jawaban paling aman dan inilah
yang
diajarkan Imam Ahmad kepada kita.
3. Tidak Ada Keterangan Bahwa Allah Ada Dimana-mana
Sebaliknya, tentang keterangan bahwa Allah SWT itu ada
dimana-mana, sama
sekali kita tidak mendapatkan dalil yang sharih.
Paling jauh ada ayat berikut ini saja :
Dan Dia bersama kamu di mama saja kamu berada. Dan Allah Maha
Melihat apa
yang kamu kerjakan. (QS. Al-Hadid : 4)
Namun kata ma^a tidak berarti menunjukkan tempat seseorang berada.
Sebab
dalam percakapan kita bisa mengatakan bahwa aku menyertaimu, meski
pada
kenyataannya tidak berduaan. Sebab kebersamaan Allah SWT dalam
ayat ini
adalah berbentuk muraqabah atau pengawasan.
Seperti ketika Rasulullah SAW berkata kepada Abu Bakar ra di dalam
gua,”Jangan kamu sedih, Allah beserta kita”. Ini tidak berarti
Allah SWT
ikut masuk gua. Juga ketika Musa as berkata,”bersamaku tuhanku”,
tidak
berarti Allah SWT ada di pinggir laut merah saat itu.
Jikalau kamu tidak menolongnya maka sesungguhnya Allah telah
menolongnya
ketika orang-orang kafir mengeluarkannya sedang dia salah seorang
dari dua
orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata
kepada
temannya: “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta
kita.”(QS. At-Taubah : 40)
Musa menjawab: “Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya
Tuhanku
besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku”.(QS.
As-Syu^ara : 62)
Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.
semoga habib selalu bertambah ilmu dan berkah dengan mengamalkan
ilmu
↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓
munzir Re:Subehanallah – 2007/03/22 16:33 Alaikumsalam warahmatullah
wabarakatuh,
Limpahan Rahmat Nya swt semoga selalu tercurah pada anda dan
keluarga,
saudaraku yg kumuliakan,
Mengenai ayat mutasyabih yg sebenarnya para Imam dan Muhadditsin
selalu berusaha menghindari untuk membahasnya, namun justru sangat
digandrungi oleh sebagian kelompok muslimin sesat masa kini,
mereka selalu mencoba menusuk kepada jantung tauhid yg sedikit
saja salah memahami maka akan terjatuh dalam jurang kemusyrikan,
seperti membahas bahwa Allah ada dilangit, mempunyai tangan, wajah
dll yg hanya membuat kerancuan dalam kesucian Tauhid ilahi pada
benak muslimin, akan tetapi karena semaraknya masalah ini diangkat
ke permukaan, maka perlu kita perjelas mengenai ayat ayat dan
hadits tersebut.
Sebagaimana makna Istiwa, yg sebagian kaum muslimin sesat sangat
gemar membahasnya dan mengatakan bahwa Allah itu bersemayam di
Arsy, dengan menafsirkan kalimat ISTIWA dengan makna
BERSEMAYAM, entah darimana pula mereka menemukan makna kalimat
Istawa adalah semayam, padahal tak mungkin kita katakan bahwa
Allah itu bersemayam disuatu tempat, karena bertentangan dengan
ayat ayat dan Nash hadits lain, bila kita mengatakan Allah ada di
Arsy, maka dimana Allah sebelum Arsy itu ada?, dan berarti Allah
membutuhkan ruang, berarti berwujud seperti makhluk, sedangkan
dalam hadits qudsiy disebutkan Allah swt turun kelangit yg
terendah saat sepertiga malam terakhir, sebagaimana diriwayatkan
dalam Shahih Muslim hadits no.758, sedangkan kita memahami bahwa
waktu di permukaan bumi terus bergilir,
maka bila disuatu tempat adalah tengah malam, maka waktu tengah
malam itu tidak sirna, tapi terus berpindah ke arah barat dan
terus ke yang lebih barat, tentulah berarti Allah itu selalu
bergelantungan mengitari Bumi di langit yg terendah, maka semakin
ranculah pemahaman ini, dan menunjukkan rapuhnya pemahaman mereka,
jelaslah bahwa hujjah yg mengatakan Allah ada di Arsy telah
bertentangan dg hadits qudsiy diatas, yg berarti Allah itu tetap
di langit yg terendah dan tak pernah kembali ke Arsy, sedangkan
ayat itu mengatakan bahwa Allah ada di Arsy, dan hadits Qudsiy
mengatakan Allah dilangit yg terendah.
Berkata Al hafidh Almuhaddits Al Imam Malik rahimahullah ketika
datang seseorang yg bertanya makna ayat : Arrahmaanu alal
Arsyistawa , Imam Malik menjawab : Majhul, Ma qul (tdk diketahui
maknanya, dan tidak boleh mengatakannya mustahil), percaya akannya
wajib, bertanya tentang ini adalah Bid ah Munkarah, dan kulihat
engkau ini orang jahat, keluarkan dia..! , (Tafsir imam Qurtubi
Juz 1 hal 254, Fathul Bari ALmasyhur Juz 13 hal 407) demikian
ucapan Imam Malik pada penanya ini, hingga ia mengatakannya :
kulihat engkau ini orang jahat , lalu mengusirnya, tentunya
seorang Imam Mulia yg menjadi Guru Imam Syafii ini tak sembarang
mengatakan ucapan seperti itu, kecuali menjadi dalil bagi kita
bahwa hanya orang orang yg tidak baik yg mempermasalahkan masalah
ini.
Lalu bagaimana dengan firman Nya : Mereka yg berbai at padamu
sungguh mereka telah berbai at pada Allah, Tangan Allah diatas
tangan mereka (QS Al Fath 10), dan disaat Bai at itu tak pernah
teriwayatkan bahwa ada tangan turun dari langit yg turut berbai at
pada sahabat.
Juga sebagaimana hadits qudsiy yg mana Allah berfirman :
Barangsiapa memusuhi waliku sungguh kuumumkan perang kepadanya,
tiadalah hamba Ku mendekat kepada Ku dengan hal hal yg fardhu, dan
Hamba Ku terus mendekat kepada Ku dengan hal hal yg sunnah baginya
hingga Aku mencintainya, bila Aku mencintainya maka aku menjadi
telinganya yg ia gunakan untuk mendengar, dan matanya yg ia
gunakan untuk melihat, dan menjadi tangannya yg ia gunakan untuk
memerangi, dan kakinya yg ia gunakan untuk melangkah, bila ia
meminta pada Ku niscaya kuberi permintaannya…. (shahih Bukhari
hadits no.6137)
Maka hadits Qudsiy diatas tentunya jelas jelas menunjukkan bahwa
pendengaran, penglihatan, dan panca indera lainnya, bagi mereka yg
taat pada Allah akan dilimpahi cahaya kemegahan Allah, pertolongan
Allah, kekuatan Allah, keberkahan Allah, dan sungguh maknanya
bukanlah berarti Allah menjadi telinga, mata, tangan dan kakinya.
Masalah ayat/hadist tasybih (tangan/wajah) dalam ilmu tauhid
terdapat dua pendapat dalam menafsirkannya.
1.Pendapat Tafwidh ma a tanzih
2.Pendapat Ta wil
1. Madzhab tafwidh ma a tanzih yaitu mengambil dhahir lafadz dan
menyerahkan maknanya kpd Allah swt, dg i tiqad tanzih (mensucikan
Allah dari segala penyerupaan)
Ditanyakan kepada Imam Ahmad bin Hanbal masalah hadist sifat, ia
berkata Nu;minu biha wa nushoddiq biha bilaa kaif wala makna ,
(Kita percaya dg hal itu, dan membenarkannya tanpa menanyakannya
bagaimana, dan tanpa makna) Madzhab inilah yg juga di pegang oleh
Imam Abu hanifah.
dan kini muncullah faham mujjassimah yaitu dhohirnya memegang
madzhab tafwidh tapi menyerupakan Allah dg mahluk, bukan seperti
para imam yg memegang madzhab tafwidh.
2. Madzhab takwil yaitu menakwilkan ayat/hadist tasybih sesuai dg
keesaan dan keagungan Allah swt, dan madzhab ini arjah (lebih baik
untuk diikuti) karena terdapat penjelasan dan menghilangkan awhaam
(khayalan dan syak wasangka) pada muslimin umumnya, sebagaimana
Imam Syafii dll. (syarah Jauharat Attauhid oleh Imam Baajuri)
Pendapat ini juga terdapat dalam Al Qur an dan sunnah, juga banyak
dipakai oleh para sahabat, tabiin dan imam imam ahlussunnah
waljamaah.
seperti ayat :
Nasuullaha fanasiahum (mereka melupakan Allah maka Allah pun
lupa dengan mereka) (QS Attaubah:67),
dan ayat : Innaa nasiinaakum . (sungguh kami telah lupa pada
kalian QS Assajdah 14).
Dengan ayat ini kita tidak bisa menyifatkan sifat lupa kepada
Allah walaupun tercantum dalam Alqur an, dan kita tidak boleh
mengatakan Allah punya sifat lupa, tapi berbeda dg sifat lupa pada
diri makhluk, karena Allah berfirman : dan tiadalah tuhanmu itu
lupa (QS Maryam 64)
Dan juga diriwayatkan dalam hadtist Qudsiy bahwa Allah swt
berfirman : Wahai Keturunan Adam, Aku sakit dan kau tak menjenguk
Ku, maka berkatalah keturunan Adam : Wahai Allah, bagaimana aku
menjenguk Mu sedangkan Engkau Rabbul Alamin?, maka Allah menjawab
: Bukankah kau tahu hamba Ku fulan sakit dan kau tak mau
menjenguknya?, tahukah engkau bila kau menjenguknya maka akan kau
temui Aku disisinya? (Shahih Muslim hadits no.2569)
apakah kita bisa mensifatkan sakit kepada Allah tapi tidak seperti
sakitnya kita?
Berkata Imam Nawawi berkenaan hadits Qudsiy diatas dalam kitabnya
yaitu Syarah Annawawiy alaa Shahih Muslim bahwa yg dimaksud sakit
pada Allah adalah hamba Nya, dan kemuliaan serta kedekatan Nya
pada hamba Nya itu, wa ma na wajadtaniy indahu ya niy wajadta
tsawaabii wa karoomatii indahu (dan makna ucapan : akan kau temui
aku disisinya adalah akan kau temui pahalaku dan kedermawanan Ku
dengan menjenguknya)
Dan banyak pula para sahabat, tabiin, dan para Imam ahlussunnah
waljamaah yg berpegang pada pendapat Ta wil, seperti Imam Ibn
Abbas, Imam Malik, Imam Bukhari, Imam Tirmidziy, Imam Abul Hasan
Al Asy ariy, Imam Ibnul Jauziy dll (lihat Daf ussyubhat Attasybiih
oleh Imam Ibn Jauziy).
Maka jelaslah bahwa akal tak akan mampu memecahkan rahasia
keberadaan Allah swt, sebagaimana firman Nya : Maha Suci Tuhan Mu
Tuhan Yang Maha Memiliki Kemegahan dari apa apa yg mereka
sifatkan, maka salam sejahtera lah bagi para Rasul, dan segala
puji atas tuhan sekalian alam . (QS Asshaffat 180-182).
Demikian saaudaraku yg kumuliakan,
Wallahu a lam
Forum silahturahmi jama^ah Majelis Rasulullah, klik disini http://
groups.yahoo.com/group/majelisrasulullah
Peduli Perjuangan Majelis Rasulullah saw
No rekening Majelis Rasulullah saw:
Bank Syariah Mandiri
Atas nama : MUNZIR ALMUSAWA
No rek : 061-7121-494
↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓
sumber
http://arsip.majelisrasulullah.org/index.php?option=com_simpleboard&Itemid=34&func=view&id=3047