MUHAMMADidris salam takzim dan perkenalan – 2013/12/20 04:17 Assalaamu
^alaikum warahmatullahi wabarakatuh
bismillah walhamdulillahi wa shollallohu ^ala sayyidina
muhammadin wa alihi wa shohbihi ajma^in
yaa habib Ahmad yaa sayyid Ahmad izinkan hamba memperkenalkan
diri kepada yang mulia habib Ahmad sebagai pengganti pengajar
di Majelis Rasulullah saw..
yaa habib Ahmad,
1. apakah yang dimaksud ta^alluq? (afwan bila keliru penulisan
latinnya). apakah ada kaitannya hati kita senantiasa mengingat2
orang2 shalih seperti HabibUmar bin Hafidh dan orang2 mulia
sepeerti murid2 beliau? tidak cuma mengingat tapi juga berusaha
ikuti pelajaran2 dari beliau.
apakah ta^alluq dengan orang2 shalih yang telah wafat masih
boleh yaa bib?
2. ya habib, hamba sedang berusaha dawamkan wirdul kabir dan
wirdul shaghir-nya Imam fakhrul wujud syaikh abi bakr bin
salim. mohon ijazah untuk wirid ini ya habib. serta doakan
hamba untuk istiqamah dan mendapat berkah serta rahasia apa
yang diniatkan shahib wirid ini (imam fakhrul wujud)
↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓
ahmadnoveljindan Re:salam takzim dan perkenalan – 2013/12/24 16:43 Waalaikum
Salam Warahmatullah Wa Barakatuh,
Mudah-mudahan Allah menjadikan kita saling mengenal di dunia
dan di Syurga nanti.
Saya selalu berharap doa antum semua agar Allah SWT selalu
membimbing saya dalam menjalankan amanat Majelis Rasulullah
SAW.
Ta^alluq adalah menjalin hubungan. Dan sebaik-baiknya
hubungan yang dijalin adalah menjalin hubungan dengan para
Ulama, Awliya dan Shalihin. Ada hadist shahih dalam Kitab
Riyadhus Shalihin, Al-Imam An-Nawawi, dikutip bahwa Nabi SAW
menceritakan tentang seseorang yang telah membunuh 99 jiwa
dan ingin bertaubat. Maka orang tersebut datang kepada
seorang ulama yang kurang pandai dalam berdakwah. Ketika
orang ini mengeluhkan kepadanya bahwa ia telah membunuh 99
jiwa dan ingin bertaubat, si orang Alim ini terperanjat dan
mengatakan kepadanya, Tidak ada taubat bagimu. Maka orang
itu marah dan dibunuhlah orang Alim itu hingga genap manjadi
100 jiwa. Tidak lama kemudian dia menyesal dan ingin
bertaubat, lalu dia mendatangi seorang Alim yang lain yang
pandai dalam membimbing umat dan penuh dengan kasih sayang.
Orang Alim kedua mengatakan, Pintu taubat selalu terbuka
untukmu, namun kamu harus pindah dari kampungmu yang penuh
dengan para pendosa ke kampung orang-orang shaleh. Orang
itupun menjalankan perintah si Alim ini dan berangkat untuk
pindah ke kampung orang-orang shaleh. Sayangnya di tengah
perjalanan ajal menjemput. Meninggallah orang yang ingin
bertaubat itu. Lalu datanglah malaikat Rahmat ingin
membawanya ke Syurga dan malaikat Azab ingin membawanya ke
Neraka. Kedua malaikat ini berselisih. Malaikat Azab
mengatakan, Orang ini telah membunuh 100 jiwa. Malaikat
Rahmat menjawab, Tetapi dia sudah bertaubat. Malaikat Azab
mengatakan, Namun dia belum melakukan satu kebaikan pun.
Maka dengan segala ilmu dan keagungan-NYA, Allah SWT
mengutus malaikat lain untuk menjadi penengah diantara kedua
malaikat tersebut. Malaikat yang menengahi itu mengatakan,
Allah SWT memerintahkan untuk mengukur jarak yang telah di
tempuh oleh orang itu. Apabila lebih dekat ke kampung
orang-orang shaleh maka yang berhak membawanya adalah
malaikat Rahmat ke Syurga. Tapi jika lebih dekat kepada
kampung para pendosa yang ia tinggalkan, maka yang berhak
membawanya adalah malaikat Azab ke dalam Neraka. Dan ketika
dihitung ternyata orang itu hanya sejengkal lebih dekat ke
kampung orang-orang shaleh. Selanjutnya malaikat Rahmat
membawanya ke Syurga yang penuh dengan kenikmatan.
Cobalah lihat apa yang diceritakan oleh nabi Muhammad SAW
tentang menjalin hubungan dengan orang shaleh. Jangankan
duduk berkumpul, mendengarkan dan mencintai mereka, sekedar
berniat kuat untuk pergi ketempat mereka saja, Allah SWT
masih membalas dengan kemuliaan yang yang luar biasa. Laa
ilaaha illallah. Dan masih banyak lagi hadits-hadist serupa
ini.
Menjalin hubungan dengan orang shaleh, baik yang masih hidup
maupun sudah wafat adalah hal yang dianjurkan dalam agama
Islam. Diantara caranya adalah dengan mencintai mereka
karena Allah dan dengan mengikuti apa yang mereka ajarkan.
Al-Imam Abdul Wahhab Asy-Sya rani memiliki beberapa kitab
yang menjelaskan tentang bagaimana cara menjalin hubungan
dengan orang-orang shaleh diantaranya; Al Anwar Al Qudsiyyah
fi Bayan Adab Al Ubudiyyah, dll.
Wirid As-Syeikh Abi Bakar bin Salim, sepengetahuan saya,
dahulu Kakenda AlHabib Salim bin Ahmad bin Jindan memiliki
andil besar dalam menyebarkan Wirid Shaghir As-Syeikh Abi
Bakar bin Salim, sebagaimana juga orang tua saya, Al-Habib
Novel bin Salim bin Jindan memiliki andil besar dalam
menyebarkan Wirid Kabir As-Syeikh Abi Bakar bin Salim.
Kedua Wirid tersebut sangat berkah dan bermanfaat.
Dan, jika sah saya memberikan ijazah, sebagaimana saya
mendapatkan ijazah kedua Wirid tersebut dan membacanya di
hadapan ayah saya, Al-Habib Novel bin Salim bin Jindan dan
sebagaimana beliau mendapatkannya dari ayah beliau, Al-Habib
Salim bin Ahmad bin Jindan dengan sanadnya sampai kepada
As-Syeikh Abi Bakar Bin Salim, maka saya ijazahkan kedua
Wirid tersebut untuk antum dan keluarga antum.
Mudah-mudahan segala harapan antum selalu Allah kabulkan
dengan penuh kemudahan dan keberkahan.
Wassalam
↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓
sumber
http://arsip.majelisrasulullah.org/index.php?option=com_simpleboard&Itemid=34&func=view&id=28507