adminII Paham Salafy (Wahaby) – 2007/11/26 02:02 From: putraseitalang
Subject: kepada guru kita hab
assalamualaikum wr wb
kepada guru yang saya hormati habib munzir almusawa
mohon diberi penjelasan dari apa yang saya dapat dari email yang
dikirim dari teman saya yang berpaham salafy(wahaby)ini karena
saya tidak mempunyai cukup ilmu
Ulama adalah Sosok Penjaga dan Pembela Dien Allah
Penulis: Al Ustadz Abu Ishaq Muslim Al-Atsari
Manhaj, 13 Desember 2005, 12:15:37
Abu Ghalib berkata: Ketika didatangkan kepala orang-orang
Azariqah [1] dan dipancangkan di atas tangga Damaskus, datanglah
Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu ^anhu. Ketika melihat mereka, air
matanya pun mengalir dari kedua pelupuknya.
كِلاَبُ النَّارِ، كِلاَبُ النَّارِ، كِلاَبُ النَّارِ. هَؤُلاَءِ شَرَّ قَتْلَى قُتِلُوْا تَحْتَ أَدِيْمِ
السَّمَاءِ وَخَيْرَ قَتْلَى قُتِلُوا تَحْتَ أَدِيْمِ السَّمَاءِ الَّذِيْنَ قَتَلَهُمْ هَؤُلاَءِ
Anjing-anjing neraka, anjing-anjing neraka, anjing-anjing neraka!
kata Abu Umamah. Mereka ini sejelek-jelek orang yang dibunuh di
bawah naungan langit ini. Dan sebaik-baik orang yang terbunuh di
bawah naungan langit ini adalah orang-orang yang mereka bunuh,
lanjutnya.
Kata Abu Ghalib: Ada apa denganmu hingga mengalir air matamu?
Karena kasihan terhadap mereka, dulunya mereka itu termasuk ahlul
Islam, jawab Abu Umamah.
Abu Ghalib berkata: Kami bertanya: Apakah engkau mengatakan
mereka itu anjing-anjing neraka dengan pendapatmu sendiri atau
perkataan yang engkau dengar dari Rasulullah Shallallahu ^alaihi
wa sallam?
Kalau aku mengatakan dengan pendapatku sendiri, maka sungguh
betapa beraninya aku. Tapi perkataan seperti itu aku dengar dari
Rasulullah Shallallahu ^alaihi wa sallam tidak hanya sekali,
bahkan tidak hanya dua tiga kali, jawab Abu Umamah.
Hadits di atas diriwayatkan Al-Imam Ahmad rahimahullah dalam
Musnad-nya (5/253). Guru kami Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah
setelah membawakan hadits ini, beliau berkata: Hadits ini jayyid,
Abu Ghalib adalah rawi yang hasanul hadits. (Al Jami ush Shahih,
1/201)
Dalam riwayat At-Tirmidzi rahimahullah (Sunan At-Tirmidzi no.
4086), Abu Ghalib berkata: Abu Umamah melihat kepala-kepala yang
dipancangkan di atas tangga (masjid) Damaskus, ia pun berkata:
كِلاَبُ النَّارِ، شَرَّ قَتْلَى تَحْتَ أَدِيْمِ السَّمَاءِ وَخَيْرَ قَتْلَى مَنْ قَتَلُوْهُ
Anjing-anjing neraka. Mereka ini sejelek-jelek orang yang
terbunuh di bawah naungan langit ini. Dan sebaik-baik orang yang
terbunuh adalah orang yang mereka bunuh.
Kemudian Abu Umamah membaca ayat:
يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوْهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوْهٌ
Pada hari yang di waktu itu ada wajah-wajah yang putih berseri
dan ada pula wajah yang hitam muram. (Ali ^Imran: 106) Sampai
akhir ayat.
Abu Ghalib berkata kepada Abu Umamah: Apakah engkau mendengar
perkataan seperti itu dari Rasulullah Shallallahu ^alaihi wa
sallam?
Kalau aku tidak mendengarnya dari beliau, tidak hanya sekali, dua
kali, atau tiga, empat kali Abu Umamah sampai menyebut tujuh kali
niscaya aku tidak akan menyampaikannya kepada kalian.
Hadits ini dihasankan Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah dalam Al-Jami
us Shahih,1/201.
Ulama Al-Jarh wat Ta dil Penjaga Agama Allah
Al-Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah berkata: Segala puji bagi
Allah yang menjadikan adanya ahlul ilmi pada setiap zaman fatrah
[2] dari para rasul, yang mereka ini mengajak orang yang sesat
kepada petunjuk dan bersabar atas gangguan yang mereka terima dari
manusia. Mereka menghidupkan kitabullah yang telah ditinggalkan
manusia dan menjadikan orang yang buta (akan kebenaran) dapat
melihat dengan cahaya Allah Subhanahu wa Ta^ala.
Berapa banyak korban yang dibunuh oleh Iblis telah mereka hidupkan
dan berapa banyak orang yang sesat lagi tidak mengerti jalan telah
mereka bimbing. Alangkah bagusnya apa yang mereka perbuat terhadap
manusia, namun alangkah jeleknya apa yang diperbuat manusia
terhadap mereka. Mereka adalah orang-orang yang menolak
penyimpangan orang-orang yang berbuat ghuluw terhadap kitabullah,
demikian pula keyakinan orang-orang yang batil dan takwil
orang-orang jahil, di mana orang-orang sesat ini telah mengikat
bendera bid ah dan melepaskan tali kekang fitnah. Orang-orang yang
sesat ini berbeda-beda dalam memahami Kitabullah dan menyelisihi
Kitabullah, akan tetapi mereka bersepakat meninggalkan Kitabullah.
Mereka ini berucap terhadap Allah Subhanahu wa Ta^ala, tentang
Allah Subhanahu wa Ta^ala dan tentang Kitabullah tanpa ilmu.
Mereka berbicara dengan pembicaraan yang samar/ rancu dan
bermaksud menipu orang-orang yang bodoh dari kalangan manusia
dengan apa yang mereka samarkan. Kepada Allah semata kita
berlindung dari fitnah orang-orang yang menyesatkan. (Ar-Raddu
ala Az-Zanadiqah wal Jahmiyyah, hal. 1)
Berkaitan dengan ucapan Al-Imam Ahmad rahimahullah di atas, maka
kita mengetahui bahwa ulama al-Jarh (Mencela) wat Ta dil (Memuji)
termasuk sisa ahlul ilmi yang Allah Subhanahu wa Ta^ala tempatkan
di umat ini untuk menjaga dan membela agamanya (Aimmatul Jarhi wat
Ta dil Hum Hummatud Din min Kaidil Mulhidin, wa Dhalalil Mubtadi
in wa Ifkil Kadzdzabin, Asy-Syaikh Rabi Al-Madkhali
hafizhahullah, hal. 3)
Dengan keberadaan ulama ini, terbongkarlah kedok dan borok para
penyesat umat, sehingga tidak tersisa satu tempat persembunyian
pun bagi mereka melainkan telah diketahui dan telah
diporak-porandakan. Sehingga umat tidak lagi mudah ditipu oleh
mereka bahkan mereka dapat tertangkap basah oleh umat, dilucuti,
dan dibuka aib yang mereka miliki.
Demikianlah gambaran ahlul ahwa (para pengekor hawa nafsu) dan
ahlul bid ah yang telah dikritik pedas dan dibabat habis oleh
ulama al-Jarh wat Ta dil, sehingga tidak heran bila ahlul ahwa dan
bid ah ini sangat antipati dan benci sampai ke ulu hati terhadap
ulama al-Jarh wat Ta dil yang ada di tengah umat ini. Berbagai
tuduhan, ucapan kotor dan keji mereka lemparkan pada sang alim
untuk menjatuhkan kehormatannya dan menjauhkan umat darinya. Namun
pada akhirnya mereka harus gigit jari melihat hasil perjuangan
mereka. Karena Allah Subhanahu wa Ta^ala lah yang memberikan
penjagaan terhadap agama-Nya. Dan Dia terus melahirkan dan
memunculkan di tengah-tengah umat ini ulama yang membela
agama-Nya, Dia terus menampilkan dan memenangkan orang-orang yang
mengawal agama-Nya, karena memang Dialah Subhanahu wa Ta^ala yang
menghendaki agar Ath-Thaifah Al-Manshurah (kelompok yang ditolong)
ini tetap ada sampai saat berhembusnya angin sewangi misik yang
tidak meninggalkan satu jiwa mukmin pun melainkan akan meninggal
ketika menciumnya (hal ini terjadi menjelang datangnya hari kiamat
[3]), sebagaimana disabdakan oleh Rasul yang mulia Shallallahu
^alaihi wa sallam:
لاَ تَزَالُ طاَئِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظاَهِرِيْنَ عَلَى الْحَقِّ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ
أَمْرُ اللهِ وَهُمْ كَذَلِكَ
Akan terus menerus ada sekelompok dari umatku dalam keadaan
dzahir/ menang di atas al haq, tidak memudharatkan mereka orang
yang menyelisihi mereka. Demikian keadaan mereka sampai datang
perkara Allah. (HR. Al-Bukhari no. 7311 dan Muslim no. 1920)
Dalam riwayat Al-Bukhari (Shahih Al-Bukhari no. 71) disebutkan
dengan lafadz:
وَلَنْ تَزَالَ هذِهِ اْلأُمَّةُ قاَئِمَةً عَلَى أَمْرِ اللهِ لاَ يَضُّرُهُمْ مَنْ خاَلَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ
أَمْرُ اللهِ
Umat ini terus menerus akan menegakkan agama Allah [4], tidak
memudharatkan mereka orang yang menyelisihi mereka hingga datang
perkara Allah.
Ath-Thaifah Al-Manshurah, termasuk di dalamnya ulama al-Jarh wat
Ta dil tentunya sebagai orang yang masuk paling pertama karena
mereka orang yang terdepan di dalam ilmu dan penjagaan/ pembelaan
terhadap agama ini.
Al-Imam Al-Bukhari rahimahullah mengatakan bahwa Ath-Thaifah
Al-Manshurah adalah ahlul ilmi. Sehingga beliau membuat bab
tersendiri dalam masalah ini dalam kitab Shahih-nya, dengan judul
bab Qaulin Nabi Shallallahu ^alaihi wa sallam: La Tazalu
Thaifatun min Ummati Zhahirina alal Haq wa Hum Ahlul Ilmi (bab
Sabda Nabi Shallallahu ^alaihi wa sallam: Akan terus menerus ada
sekelompok dari umatku dalam keadaan zahir/ menang di atas al-haq
mereka adalah ahlul ilmi).
Al-Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah berkata: Kalau mereka itu
bukan ahlul hadits maka aku tidak tahu siapa lagi mereka [5] .
Al-Qadhi Iyyadh rahimahullah berkata: Yang dimaksud Al-Imam
Ahmad adalah Ahlus Sunnah Wal Jamaah dan mereka yang meyakini
madzhab ahlul hadits. (Syarah Shahih Muslim, 13/66-67, Fathul
Bari 1/206, 13/306).
Al-Hakim rahimahullah berkata: Alangkah bagusnya penafsiran
Al-Imam Ahmad bin Hambal terhadap kabar ini bahwa Ath-Thaifah
Al-Manshurah yang selalu diberikan pertolongan oleh Allah
Subhanahu wa Ta^ala sampai hari kiamat adalah ashabul hadits
(ahlul hadits). Karena siapa lagi manusia yang paling berhak untuk
dimasukkan ke dalam thaifah ini terkecuali suatu kaum yang
menempuh jalan orang-orang shalih dan mengikuti atsar salaf dari
kalangan orang-orang terdahulu, mematahkan dan menghancurkan ahlul
bid ah serta orang-orang yang menyelisihi sunnah-sunnah Rasulullah
Shallallahu ^alaihi wa sallam. (Ma rifah Ulumil Hadits, hal. 2)
Al-Hakim juga berkata memuji ahlul hadits: Akal-akal mereka
digenangi kelezatan As Sunnah, jantung-jantung mereka yang
dipenuhi keridhaan terhadap ahwal (segala keadaan) mereka
makmurkan, mempelajari sunnah-sunnah adalah kebahagiaan mereka,
majelis ilmu adalah kegembiraan mereka. Ahlus sunnah seluruhnya
adalah saudara-saudara mereka sementara ahlul ilhad (orang yang
menyimpang) dan ahlul bid`ah seluruhnya adalah musuh mereka. (Ma
rifah Ulumil Hadits, hal. 3)
Guru kami Allamatul Muhaddits Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi i
rahimahullah berkata: Hadits ini walaupun tidak secara lafadz
menunjukkan terhadap perkataan Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam
Ahmad, namun sesungguhnya Ahlul Hadits-lah yang seharusnya
dimasukkan paling awal dalam thaifah ini karena kekokohan mereka
di atas Al-Haq, pengabdian mereka dan pembelaan mereka terhadap
Islam. Semoga Allah Subhanahu wa Ta^ala membalas kebaikan mereka
dengan kebaikan yang banyak atas apa yang mereka sumbangkan
terhadap Islam dan muslimin. (Al-Jami us Shahih, 1/11)
Mereka pula yang dikatakan Al-Firqatun Najiyah (kelompok yang
selamat) sebagaimana tersebut dalam sabda Rasulullah Shallallahu
^alaihi wa sallam tentang perpecahan umat ini menjadi 73 golongan,
semuanya di neraka kecuali satu, ketika ditanyakan kepada beliau
Shallallahu ^alaihi wa sallam:
مَنْ هُمْ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قاَلَ: هُمُ الْجَماَعَةُ
Siapa mereka wahai Rasulullah? Mereka adalah al-jamaah, jawab
beliau. (HR. Ahmad 4/102, Abu Dawud no. 3981, Ibnu Abi Ashim no.
63, dan selainnya. Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah
dalam Zhilalul Jannah fi Takhrij As Sunnah, hal. 49)
Sejak terjadinya fitnah dan bercabangnya kelompok hawa nafsu di
tengah umat hingga mereka mencapai jumlah yang disebutkan [6],
thaifah ini terus menerus menegakkan perkara Allah Subhanahu wa
Ta^ala, mereka menyeru kepada al haq, menyebarkan dan menjaga
ilmu-ilmu nubuwwah, membelanya dan menolak tipu daya orang-orang
yang melakukan tipu daya, menolak kepercayaan orang-orang yang
batil dan tahrif orang-orang bodoh. Tidak menggoyahkan mereka sama
sekali gangguan, tipu daya orang-orang yang membuat makar, dan
rencana jahat orang-orang yang berkuasa. Kesempitan, gangguan dan
ujian yang mereka terima tidak akan menambah penderitaan bagi
mereka terkecuali membuat mereka semakin kokoh di atas al haq dan
akan membungkam kebatilan, sebagaimana ini terjadi pada masa
Al-Imam Ahmad, Abdul Ghani Al-Maqdisi dan pada masa Ibnu
Taimiyyah. (Manhaj Ahlis Sunnah wal Jama ah fi Naqdir Rijal wal
Kutub wath Thawaif, hal. 18)
Sikap tegas terhadap ahlul bid ah ini merupakan sikap yang
diwarisi dari As-Salafush Shalih. Dan As-Salafush Shalih
menganggap sikap keras terhadap ahlul ahwa dan bid ah merupakan
suatu kelebihan/ keutamaan dan merupakan sikap terpuji, di mana
seseorang akan dipuji karenanya. Berapa banyak para imam Ahlus
Sunnah, ketika disebutkan biografinya, ia dipuji karena sikap
kerasnya terhadap ahlul ahwa dan bid ah dan betapa kokohnya dia
dalam memegang As Sunnah. Tidak ada yang mendorong mereka untuk
bersikap yang demikian kecuali karena kecemburuan terhadap agama
Allah ini dan dalam rangkaian nasehat kepada Allah, Rasul-Nya, dan
para pemimpin kaum muslimin serta orang awamnya. Sebagaimana Ibnul
Jauzi rahimahullah berkata tentang Al-Imam Ahmad rahimahullah:
Al-Imam Abu Abdillah Ahmad bin Hambal, karena sangat kuatnya
beliau memegangi As Sunnah dan melarang/ mencegah dari kebid ahan,
beliau tidak segan membicarakan tentang (kejelekan) sekelompok
orang-orang yang baik, apabila tampak di hadapannya bahwa mereka
menyelisihi As Sunnah. Ucapan beliau yang demikian itu disampaikan
kepada mereka tentunya dalam rangka nasehat untuk agama Allah ini.
(Ijma ul Ulama alal Hajri wat Tahdzir min Ahlil Ahwa , hal. 42)
Ahlul Hadits adalah Ulama Al-Jarh wat Ta dil
Ulama al-Jarh wat Ta dil adalah ulama Ahlul Hadits yang mengilmui
dan memahami hadits, mengagungkan, dan menjaganya. Mereka adalah
orang yang mengikuti para shahabat dan tabi in dalam berpegang
teguh dengan Al Qur an dan As Sunnah. Mereka menggigitnya dengan
gigi geraham mereka. Mereka kedepankan keduanya di atas setiap
ucapan dan petunjuk, sama saja apakah hal itu dalam masalah
aqidah, ibadah, muamalah, akhlak ataupun dalam masalah politik dan
kemasyarakatan. Mereka sangat kokoh di dalam pokok-pokok agama dan
cabang-cabangnya sesuai dengan apa yang diturunkan Allah Subhanahu
wa Ta^ala dan diwahyukan-Nya kepada hamba-Nya dan Rasul-Nya
Muhammad Shallallahu ^alaihi wa sallam. Mereka menegakkan dakwah
dengan segala kesungguhan, kejujuran dan ketegaran. Merekalah
pembawa ilmu nubuwwah. Dengan ilmu tersebut, mereka sangat
menentang tahrif orang-orang yang ghuluw, kepercayaan orang-orang
yang batil dan takwil orang-orang jahil. Merekalah orang-orang
yang selalu berdiri mengintai setiap kelompok/ golongan yang
menentang manhaj islami seperti Jahmiyyah, Mu tazilah, Khawarij,
Rawafidh, Murji`ah, Qadariyyah dan setiap yang menyimpang dari
manhaj Allah dan mengikuti hawa nafsunya pada setiap zaman dan
tempat. Celaan orang-orang yang mencerca sama sekali tidak
menyurutkan langkah mereka dalam membela agama Allah Subhanahu wa
Ta^ala. (Aimmatul Jarhi wat Ta dil, hal. 4)
Merekalah yang meletakkan firman Allah Subhanahu wa Ta^ala ini di
hadapan mata mereka:
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعاً وَلاَ تَفَرَّقُوْا
Berpegang teguhlah kalian semuanya dengan tali Allah dan
janganlah kalian berpecah-belah. (Ali Imran: 103)
Dan firman-Nya:
فَلْيَحْذَرِ الَّذِيْنَ يُخاَلِفُوْنَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيْبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيْبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ
Maka hendaklah berhati-hati orang-orang yang menyelisihi perkara/
perintah Rasulullah untuk ditimpakan kepada mereka fitnah atau
ditimpakan pada mereka azab yang pedih. (An-Nur: 63)
Sehingga mereka adalah orang yang paling jauh dari menyelisihi
perintah Rasulullah Shallallahu ^alaihi wa sallam dan paling jauh
dari fitnah. Merekalah yang menjadikan firman Allah Subhanahu wa
Ta^ala sebagai dustur mereka:
فَلاَ وَرَبِّكَ لاَ يُؤْمِنُوْنَ حَتَّى يُحَكِّمُوْكَ فِيْماَ شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يَجِدُوْا فِيْ أَنْفُسِهِمْ
حَرَجاً مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوْا تَسْلِيْماً
Maka sekali-kali tidak demi Rabbmu, mereka tidaklah beriman
sampai mereka menjadikanmu sebagai hakim dalam pertikaian yang
terjadi diantara mereka, kemudian mereka tidak dapatkan di dalam
jiwa mereka rasa berat terhadap apa yang engkau putuskan dan
mereka tunduk dengan setunduk-tunduknya. (An-Nisa`: 65)
Mereka memuliakan nash-nash Al Qur`an dan As Sunnah dengan
sebenar-benar pemuliaan, mengagungkannya dengan sebesar-besar
pengagungan dan mengedepankannya di atas ucapan manusia
seluruhnya. Mereka berhukum kepada nash-nash tersebut dalam segala
sesuatu dengan rasa ridha yang sempurna dan dada yang lapang,
tanpa rasa sempit dan berat. Mereka tunduk kepada Allah dan
Rasul-Nya dengan ketundukan yang sempurna dalam aqidah mereka,
ibadah dan muamalah mereka. Kepada merekalah pantas ditujukan
firman Allah Subhanahu wa Ta^ala:
إِنَّماَ كاَنَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِيْنَ إِذَا دُعُوْا إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ
يَقُوْلُوْا سَمِعْناَ وَأَطَعْناَ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
Hanyalah ucapan kaum mukminin bila mereka dipanggil kepada Allah
dan Rasul-Nya agar diputuskan perkara diantara mereka, mereka pun
menyatakan kami mendengar dan kami taat , mereka itulah
orang-orang yang beruntung. (An-Nur: 51) [Aimmatul Jarhi wat Ta
dil, hal. 5]
Diantara nama ulama ahlul hadits yang bisa kita sebutkan di sini,
diantaranya:
– Semua shahabat Nabi, dengan pimpinan mereka Al-Khulafa`ur
Rasyidin
– Tokoh tabi in (murid para shahabat): Sa id ibnul Musayyab,
Urwah bin Az-Zubair, Ali bin Al-Husain Zainul Abidin, Muhammad
ibnul Hanafiyyah, Ubaidullah bin Abdillah bin Utbah bin Mas ud,
Salim bin Abdillah bin Umar, Al-Qasim bin Muhammad bin Abi Bakar
Ash-Shiddiq, Al-Hasan Al-Bashri, Muhammad bin Sirin, Umar bin
Abdil Aziz, dan Muhammad bin Syihab Az-Zuhri.
– Atba ut tabi in (murid para tabi in), paling terdepan dari
mereka adalah Malik, Al-Auza i, Sufyan bin Sa id Ats-Tsauri,
Sufyan bin Uyainah, Isma il bin Ulayyah dan Al-Laits bin Sa ad.
– Murid-murid atba ut tabi in, paling utama adalah Abdullah ibnul
Mubarak, Waki ibnul Jarrah, Al-Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi
i, Abdurrahman bin Mahdi, Yahya bin Sa id Al-Qaththan, Affan bin
Muslim.
– Mereka yang berguru kepada murid-murid atba ut tabi in, yang
terdepan adalah Al-Imam Ahmad bin Hambal, Yahya bin Ma in dan Ali
ibnul Madini.
– Murid-murid mereka yang masuk dalam kelompok di atas,
diantaranya Al-Bukhari, Muslim, Abu Hatim, Abu Zur ah, Abu Dawud,
At-Tirmidzi, dan An-Nasai.
– Generasi berikutnya yang berjalan seperti jalan mereka,
diantaranya Ibnu Jarir, Ibnu Khuzaimah, Ad-Daraquthni, Al-Khathib
Al-Baghdadi, Ibnu Abdil Bar An-Namri, Abdul Ghani Al-Maqdisi, Ibnu
Qudamah, Ibnu Shalah, Ibnu Taimiyyah, Al-Mizzi, Adz-Dzahabi, Ibnu
Katsir [7] dan para imam setelah mereka seperti Ash-Shan ani,
Asy-Syaikh Muhammad ibnu Abdil Wahhab serta kalangan imam dari
anak-anak dan cucunya.
Mereka memiliki banyak sekali karya tulis dengan jumlah yang tak
terhitung yang berisi bantahan terhadap ahlul bid ah wa ahwa dan
kitab-kitab al-Jarh wat Ta dil serta kitab al-jarh secara khusus
yang penuh dengan keterangan tentang keadaan ahlul bid ah seperti
kitab Ar-Rad alal Jahmiyyah karya Al-Imam Ahmad, Ar-Rad alal
Jahmiyyah dan Ar-Rad ala Bisyr Al-Marisi karya Utsman bin Sa id
Ad-Darimi, kitab-kitab Al-Imam Ahmad dalam masalah rijal,
kitab-kitab Ibnu Ma in, kitab-kitab Al-Bukhari, Al-Al-jarh wat
ta^dil karya Ibnu Abi Hatim, kitab-kitab An-Nasa`i dan
Ad-Daraquthni, Al-Kamil karya Ibnu Adi, kitab Al-Majruhin karya
Ibnu Hibban, Ma rifatur Rijal karya Jauzajani, Muqaddimah
Al-Madkhal karya Al-Hakim, Muqaddimah Al-Mustakhraj karya Abu Nu
aim dan selainnya dari kitab-kitab rijal sebagaimana mereka
memiliki banyak karya tulis ilmiah dalam perkara aqidah/ manhaj
seperti kitab As-Sunnah karya Ibnu Abi Ashim, Asy-Syari ah karya
Al-Ajurri, Al-Iman karya Ibnu Mandah, At-Tauhid karya Ibnu
Khuzaimah, Syarah Ushulus Sunnah karya Al-Lalikai, serta
kitab-kitab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan murid-muridnya dan
lain-lainnya, yang tidak bisa kami sebutkan semuanya di sini.
Kritikan Ulama Al-Jarh wa At-Ta dil Penjagaan terhadap Agama Allah
Apa yang dilakukan oleh ulama al-jarh wat ta^dil berupa kritikan
dan bantahan kepada ahlul bid ah dan ahwa bukanlah perkara yang
mereka ada-adakan atau mereka buat-buat sendiri tanpa pendahulu
yang shalih. Tidak pula menunjukkan kotor dan jahatnya hati,
maksud dan lisan mereka, sebagaimana hal ini banyak disebarkan dan
diserukan oleh du atul makirin wal ahdzabul hizbiyyin (para
penyeru dan pembuat makar serta para da i hizbiyyun) yang sangat
khawatir dan takut dengan kritikan karena akan mematikan mereka
dan membinasakan langkah dan keinginan mereka yang busuk. Akan
tetapi apa yang mereka serukan sama sekali tidak demikian,
wallahi. Bahkan jauh sebelum ulama al-jarh wat ta dil, hal ini
telah dilakukan oleh sebaik-baik manusia setelah para nabi dan
rasul, yaitu para shahabat Rasulullah Shallallahu ^alaihi wa
sallam ash-shadiqinash shalihin, dan diantara mereka adalah Abu
Umamah Al-Bahili radhiallahu ^anhu sebagaimana ditunjukkan dalam
hadits dan riwayat di atas. Ketika Abu Umamah melihat kepala
orang-orang yang terbunuh dari kelompok ahlul bid ah yang bernama
Khawarij yang dipancangkan di atas tangga masjid Damaskus, ia pun
mengatakan: Anjing-anjing neraka! (Tuhfatul Ahwadzi, 8/279).
Ketika melemparkan gelaran jelek kepada pemilik kepala-kepala yang
telah terpenggal tersebut, beliau tidak mencukupkan sekali, bahkan
beliau mengulangnya sampai tiga kali.
Kemudian, apabila ini adalah perkara yang mereka ada-adakan atau
mereka buat-buat sendiri tanpa pendahulu yang shalih dan
menunjukkan kotor dan jahatnya hati, maksud dan lisan mereka,
apakah boleh dan diperkenankan bagi kita untuk mengatakan shahabat
ini mulutnya kotor, jahat hati, maksud, dan lisannya? Na
udzubillah min dzalik, semoga Allah menjaga hati, lisan dan
perbuatan kita dari mencerca shahabat Rasulullah Shallallahu
^alaihi wa sallam!
Apa yang dilakukan oleh Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu ^anhu ini
telah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ^alaihi wa sallam
murabbina wa mu allimuna. Beliaulah yang menggelari Khawarij
dengan anjing-anjing neraka, sebagaimana dinyatakan oleh Abu
Umamah: Perkataan seperti itu aku dengar dari Rasulullah
Shallallahu ^alaihi wa sallam tidak hanya sekali, bahkan tidak
hanya dua, tiga kali! Dalam riwayat At-Tirmidzi disebutkan sampai
tujuh kali.
لَقَدْ كاَنَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كاَنَ يَرْجُو اللهَ وَالْيَوْمَ اْلآخِرَ
وَذَكَرَ اللهَ كَثِيْرًا
Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada suri teladan yang baik bagi
kalian, yaitu bagi orang-orang mengharapkan pertemuan dengan Allah
dan hari akhir serta banyak mengingat Allah. (Al-Ahzab: 21)
Bila demikian adanya, berarti apa yang dilakukan oleh ulama
al-Jarh wat Ta dil ini telah dicontohkan oleh sebaik-baik hamba
Allah yaitu Rasulullah Shallallahu ^alaihi wa sallam, beliau
menjarh, mengkritik, dan mentahdzir orang yang pantas
mendapatkannya.
Demikian pula halnya dengan anak paman Rasulullah Shallallahu
^alaihi wa sallam, orang yang didoakan oleh Rasulullah Shallallahu
^alaihi wa sallam dengan kefakihan di dalam agama Allah Subhanahu
wa Ta^ala dan ahli di dalam menafsirkan Al Qur`an, imam para
mufassirin, Ibnu Abbas radhiallahu ^anhuma ketika menjarh
kelompok bid ah yang bernama Qadariyyah.
Atha rahimahullah berkata: Aku mendatangi Ibnu Abbas
radhiallahu ^anhuma yang sedang berada di sumur Zam-zam dalam
keadaan bagian bawah pakaiannya basah terkena air.
Telah muncul orang-orang yang membicarakan (yakni mengingkari
-ed) takdir (Qadariyah, pen.), kataku kepada Ibnu Abbas.
Apakah mereka benar telah melakukannya? tanya Ibnu Abbas.
Iya, jawabku.
Demi Allah, tidaklah turun ayat:
ذُوْقُوْا مَسَّ سَقَرَ. إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْناَهُ بِقَدَرٍ
Rasakanlah oleh kalian azab neraka Saqar. Sesungguhnya segala
sesuatu Kami ciptakan dengan ketetapan takdir. (Al-Qamar: 48-49)
melainkan ditujukan kepada mereka. Mereka itu adalah sejelek-jelek
umat ini, jangan kalian jenguk orang yang sakit dari kalangan
mereka, jangan kalian shalati orang yang mati dari kalangan
mereka. Bila aku melihat salah seorang dari mereka, niscaya aku
akan mencungkil kedua matanya dengan dua jariku ini. (Syarhus
Sunnah, Al-Lalikai 4/712, As-Sunanul Kubra, Al-Baihaqi 10/205,
sebagaimana dinukil dalam Ijma ul Ulama alal Hajri wat Tahdzir
min Ahlil Ahwa`, hal. 23)
Asy-Syaikh Rabi hafizhahullah berkata: Membantah ahlul bid ah,
men-jarh mereka dan memperingatkan (tahdzir) manusia dari mereka
merupakan perkara pokok dalam Islam, karena hal ini termasuk bab
amar ma ruf nahi mungkar yang paling penting dan juga termasuk bab
nasihat yang terpenting kepada Islam dan muslimin. Orang yang
pertama kali men-jarh dan men-tahdzir mereka yang menyimpang
adalah Rasulullah Shallallahu ^alaihi wa sallam, di mana beliau
mentahdzir Khawarij dalam beberapa hadits dan menyifati mereka
sebagai sejelek-sejelek makhluk, beliau Shallallahu ^alaihi wa
sallam mencela Dzul Khuwaishirah (nenek moyang Khawarij) dan
dalil-dalil yang menunjukkan tentang perkara ini banyak sekali.
(Aimmatul Hadits wa Man Sara ala Nahjihim Hum A lamun Nasi bi
Ahlil Ahwa wal Bida wa Masyru iyyatul Jarh wat Ta dil Minal Akfa
Lam Tanqathi , hal. 2)
Lebih dari itu, mencela dan memberi gelaran buruk kepada orang
yang menyimpang dari kebenaran telah pula dinyatakan oleh Dzat
yang Maha Tinggi dan Maha Suci keberadaan-Nya dari segala
makhluk-Nya, seperti dalam ayat-ayat berikut ini:
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْناَهُ آياَتِناَ فَانْسَلَخَ مِنْهاَ فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطاَنُ فَكاَنَ
مِنَ الْغاَوِيْنَ. وَلَوْ شِئْناَ لَرَفَعْناَهُ بِهاَ وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى اْلأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ
فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ
الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِآياَتِناَ فاَقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ
Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan
kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al-Kitab).
Kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu, lalu ia diikuti
oleh syaitan sampai dia tergoda. Maka jadilah dia termasuk
orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki niscaya Kami
tinggikan derajatnya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung
kepada dunia dan menuruti hawa nafsunya yang rendah, maka
permisalan dirinya seperti anjing, bila engkau menghalaunya
dijulurkannya lidahnya dan bila engkau membiarkannya, anjing itu
tetap menjulurkan lidahnya. Demikianlah perumpamaan orang-orang
yang mendustakan ayat-ayat Kami. (Al-A raf: 175-176)
وَلَقَدْ ذَرَأْناَ لِجَهَنَّمَ كَثِيْرًا مِنَ الْجِنِّ وَاْلإِنْسِ لَهُمْ قُلُوْبٌ لاَ يَفْقَهُوْنَ بِهاَ وَلَهُمْ
أَعْيُنٌ لاَ يُبْصِرُوْنَ بِهاَ وَلَهُمْ آذَانٌ لاَ يَسْمَعُوْنَ بِهاَ أُولَئِكَ كَاْلأَنْعاَمِ بَلْ هُمْ
أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغاَفِلُوْنَ
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka jahannam
kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati tetapi
tidak dipergunakannya untuk memahami. Dan mereka memiliki mata
namun tidak dipergunakannya untuk melihat. Dan mereka punya
telinga tetapi tidak diperguna-kannya untuk mendengar. Mereka itu
seperti binatang ternak bahkan mereka lebih bodoh lagi. Mereka
itulah orang-orang yang lalai. (Al-A raf: 179)
أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُوْنَ أَوْ يَعْقِلُوْنَ إِنْ هُمْ إِلاَّ كَاْلأَنْعاَمِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ
سَبِيْلاً
Apakah engkau (Muhammad) mengira bahwa kebanyakan mereka itu
mendengar atau memahami? Mereka itu tidak lain hanyalah seperti
binatang ternak bahkan mereka lebih sesat jalannya daripada
binatang ternak itu. (Al-Furqan: 44)
Sehingga kita katakan di sini, orang-orang yang mengingkari
perkara ini adalah orang yang tidak faham sama sekali apa yang dia
baca di dalam Al Qur an yang dia baca setiap harinya dan di dalam
hadits-hadits yang shahih atau memang dia tidak pernah membacanya
sehingga dengan kejahilannya menjadikannya jahil murakkab?
Wallahul musta an.
Para Imam al-Jarh wat Ta^dil tidak hanya memberikan jarh kepada
ahlul bid ah wa ahwa` namun mereka juga menjaga agama ini dengan
menjaga hadits Rasulullah Shallallahu ^alaihi wa sallam dari
pemalsuan dan kedustaan, membicarakan perawi-perawi hadits dan
menjelaskan keadaan mereka, sehingga bila perawi itu lemah
terlebih seorang pendusta, maka mereka membicarakannya,
mengkritiknya dan menolak haditsnya. Namun apabila dipelajari dan
diteliti, para perawi keadaanya tidak demikian, bahkan merupakan
rawi yang pantas diterima periwayatannya, maka diterima haditsnya
dan periwayatannya. Diantara kritikan mereka:
1. Yahya bin Ma in rahimahullah berkata tentang seorang perawi
hadits yang bernama Talid bin Sulaiman Al-Muharibi: Dia tidak
teranggap, dia seorang pendusta yang mencerca Utsman radhiallahu
^anhu. Dan setiap orang yang mencela Utsman atau Thalhah atau
salah seorang dari shahabat Nabi Shallallahu ^alaihi wa sallam,
maka dia dajjal, tidak ditulis haditsnya, dan dia akan memperoleh
laknat Allah, para malaikat dan manusia. (At-Tarikh, 2670)
Al-Hakim rahimahullah berkata: Madzhabnya jelek, mungkarul
hadits. (Al-Madkhal, 1/174)
2. Ishaq bin Rahawaih rahimahullah berkata: Negeri Khurasan
mengeluarkan tiga orang yang tidak ada tandingannya dalam kebid
ahan dan kedustaan yaitu Jahm bin Shafwan, Umar bin Shabh, dan
Muqatil bin Sulaiman.
3. Ahmad ibnu Hanbal rahimahullah berkata: Habib bin Abi Hilal
matruk (ditinggalkan). (Bahrud Dam hal. 105). Demikian juga
Al-Imam Ahmad berkata tentang Al-Hasan ibnu Dzakwan:
Hadits-haditsnya batil. (Bahrud Dam hal. 114)
4. Al-Imam Al-Bukhari rahimahullah berkata: Dawud ibnu
Al-Muhabbir mungkarul hadits, keberadaannya seakan-akan tidak
teranggap/ ternilai. (Adh-Dhu afa` Ash-Shagir hal. 18. Al-Hafidz
rahimahullah berkata tentangnya: Matruk, dan kebanyakan kitabul
aql yang dia tulis hadits-haditsnya palsu. (At-Taqrib hal.140)
5. Al-Imam An-Nasai rahimahullah mengatakan tentang Asy ats ibnu
Sa id As-Samman: Tidak punya nilai. (Adh-Dhua fa` wal Matrukin
hal.56)
Wallahu ta ala a lam bish-shawab.
Footnote :
1. Satu kelompok dari Khawarij yang dinisbatkan kepada Nafi bin
Al-Azraq, salah seorang tokoh Khawarij.
2. Zaman terputusnya wahyu dan tidak adanya rasul yang diutus di
tengah umat
3. Kiamat tidak akan ditimpakan kecuali pada sejelek-jelek
makhluk. Adapun orang yang memiliki iman semuanya telah meninggal
ketika mencium angin sewangi misik yang berhembus menjelang
datangnya hari kiamat (Fathul Bari, 1/206).
Rasulullah Shallallahu ^alaihi wa sallam bersabda:
مِنْ شِرَارِ النَّاسِ مَنْ تُدْرِكُهُمُ السَّاعَةُ وَهُمْ أَحْياَءُ
Termasuk sejelek-jelek manusia adalah orang yang hari kiamat
menemui mereka dalam keadaan mereka masih hidup. (HR. Al-Bukhari
no. 7067)
Dalam riwayat Muslim (no. 2949) disebutkan dengan lafadz:
لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ إلاَّ عَلىَ شِرَارِ النَّاسِ
Tidak akan datang hari kiamat kecuali (menimpa) atas
sejelek-sejelek manusia.
4. Sebagian umat ini akan tetap di atas al-haq selama-lamanya
(Fathul Bari, 1/206)
5. Asy-Syaikh Rabi bin Hadi Al Madkhali hafizhahullah berkata:
Imam-imam Islam seperti Ibnul Mubarak, Yazid bin Harun, Ibnul
Madini, Ahmad bin Hambal, Al-Bukhari dan para imam yang lain
diantaranya Al-Khathib Al-Baghdadi, Ibnu Taimiyyah dan Ibnu Rajab
telah menafsirkan Al-Firqatun Najiyah dan Ath-Thaifah Al-Manshurah
ini adalah ahlul hadits dan orang yang bermadzhab ahlul hadits.
(Manhaj Ahlis Sunnah wal Jama ah fi Naqdir Rijal wal Kutub wath
Thawa`if, hal. 18)
6. Rasulullah Shallallahu ^alaihi wa sallam bersabda:
تَفَرَّقَتِ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى أوِ اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً، وَتَفَرَّقَتْ أُمَّتِي عَلىَ ثَلاَثٍ
وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً
Yahudi akan terpecah menjadi 71 atau 72 golongan dan umatku akan
berpecah menjadi 73 golongan. (HR. Ibnu Abi Ashim dalam
As-Sunnah, dihasankan sanadnya oleh Asy-Syaikh Al-Albani
rahimahullah dalam Zhilalul Jannah fi Takhrij As Sunnah, hal. 50)
7. Dan kami tambahkan ulama ahlul hadits dan para imam al-jarh wat
ta dil pada zaman ini baik itu yang masih hidup mudah-mudahan
Allah mengokohkan mereka dan diberikan umur yang panjang di dalam
pembelaan agama-Nya ataupun yang telah Allah panggil disisi-Nya,
semoga Allah merahmati mereka semuanya dengan rahmat-Nya yang
lapang sesuai yang kami ketahui dan penyebutan kami disini bukan
sebagai pembatasan, diantaranya:
Asy-Syaikh Al-Muhaddits Abdurahman Al-Mu allimi Al-Yamani,
Asy-Syaikh Al-Muhaddits Ahmad Syakir, Samahatusy Syaikh Muhammad
bin Ibrahim Alusy Syaikh, Al- Allamatusy Syaikh Abdullah Ibnu
Humaid, Asy-Syaikh Al-Muhaddits wal Mufassir Muhammad Amin
Asy-Syinqithi, Asy-Syaikh Al- Allamatu Abdurrahman As-Sa di,
Syaikhul Islam Samahatusy Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Asy-Syaikh
Imamul Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Asy-Syaikh
Al-Mujahid As-Salafi Hamud Tuwaijiri, Allamatud Dunya Asy-Syaikh
Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Al- Allamatusy Syaikh Muhammad
Aman Al-Jami, Guru kami Al-Muhaddits Imam Ahlis Sunnah fil Yaman
Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi i, Al- Allamah Shahibul Manhaj
Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan, Asy-Syaikh Al-Muhadditsul Faqih Ahmad
bin Yahya An-Najmi, Al- Allamah Asy-Syaikh Al-Mujahid Zaid bin
Muhammad Al-Madkhali, Imam Al-Jarh wat Ta^dil Syaikhul Muhaddits
Rabi Ibnu Hadi Al-Madkhali, Al- Allamah Asy-Syaikh Al-Muhaddits
Abdul Muhsin Al- Abbad, Mufti Mamlakah As-Su udiyah Allamatus
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah Alusy Syaikh, Al-Ma ali Al- Allamah
Asy-Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alusy Syaikh, Asy-Syaikh
Al-Muhaddits Muhammad bin Hadi Al-Madkhali, Shahibul Manhajis
salim Al- Allamah Asy-Syaikh Ubaid Al-Jabiri, dan ulama ahlil
hadits lainnya.
(Dikutip dari artikel berjudul Ulama Al Jarh wa At Ta^dil, Sosok
Penjaga dan Pembela Agama Allah, tulisan Al Ustadz Abu Ishaq
Muslim, url sumber http://www.asysyariah.com/print.php?id_online=
267)
↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓
munzir Re:Paham Salafy (Wahaby) – 2007/11/26 16:59 Alaikumsalam
warahmatullah wabarakatuh,
Kebahagiaan dan Kelembutan Nya semoga selalu menyelimuti hari hari
anda,
Saudaraku yg kumuliakan,
1. masalah kilabunnar ini tentunya merupakan Tahdzir dari Rasul
saw, agar kita menghindari sejauh jauhnya untuk terjerumus seperti
mereka. bukan diajari mencaci anjing neraka pada semua orang, dan
dijelaskan pada syarh Ibn Majah bahwa yg ditujukan adalah kaum
khawarij, mereka yg merusak tauhid, yah.. mirip mirip dg wahaby.
2. mengenai ulama Jarh watta^dil maka ia salah tafsir, Jarh disini
bukan pencaci, tapi melihat apakah orang itu ^adil (kuat riwayat)
atau majruh (lemah riwayat), disebut majruh karena ia mungkin
pernah berdusta, atau pernah kena penyakit lupa, maka ia majruh
(terluka=maksudnya ada aib pada riwayatnya). bukan pencaci,
lucu sekali artikel wahabi ini, marah marah menuduh ahlussunnah
waljamaah adalah ahlul ahwa, dan mereka ulama jurh watta^;dil,
wahai kalian.., ulama jurh watta;dil itu bukan pencaci berhati
busuk macam kalian, Imam Bukhari rahimahulllah yg menjadi raja
seluruh Muhaddits berkata : “aku tak mau menyebut aib aib orang
dalam riwayatku, karena aku tak mau dikumpulkan oleh Allah dalam
kelompok ahlulghibah” (Siyar fii a^lamunnubala dan Tadzkiratul
Huffadh).
betul, kelompok yg benar adalah pemilik ilmu, ahlussanad, mereka
yg bukan menukil nukil dari buku, tapi rijalussanad, mereka telah
sampai pada derajat Al Hafidh, yaitu halal lebih dari 100 ribu
hadits dg sanad dan hukum matannya, sedangkan tak satupun wahabi
yg sampai ke derajat AL Hafidh,
atau derajat Hujjatul Islam yaitu telah hafal 300 ribu hadits dg
sanad dan hukum matan, seperti Imam Ghazali, Imam Nwawi, Imam Ibn
Hajar,. Imam Bukhari dll.
cuma orang wahabi saja mendustakan Hujjatul Islam Al Ghazali,
mendustakan karena bodohnya mereka terhadapa sejarah dan ilmu
hadits.
lihatlah ucapan Imam Malik rahimahullah atas orang semacam wahabi
:
Berkata Almuhaddits Hujjatul Islam Al Imam Malik rahimahullah
ketika datang seseorang yg bertanya makna ayat : Arrahmaanu alal
Arsyistawa , Imam Malik menjawab : Majhul, Ma qul, Imaan bihi
wajib, wa su al anhu bid ah (tdk diketahui maknanya, dan tidak
boleh mengatakannya mustahil, percaya akannya wajib, bertanya
tentang ini adalah Bid ah Munkarah), dan kulihat engkau ini orang
jahat, keluarkan dia..! ,
demikian ucapan Imam Malik pada penanya ini, hingga ia
mengatakannya : kulihat engkau ini orang jahat , lalu
mengusirnya, tentunya seorang Imam Mulia yg menjadi Muhaddits
Tertinggi di Madinah Almunawwarah di masanya yg beliau itu Guru
Imam Syafii ini tak sembarang mengatakan ucapan seperti itu,
kecuali menjadi dalil bagi kita bahwa hanya orang orang yg tidak
baik yg mempermasalahkan masalah ini.
siapakah mereka?, wahabi tentunya.
3. saudaraku, maaf, tunjukkan satu saja seorang ulama wahabi yg
punya sanad kepada Muhadditsin?, atau sanad guru yg muttashil
kepada Rasulullah saw,
kami ahlussunnah waljamaah berbicara hadits kami mempunyai sanad
kepada kutubussittah dan muhadditsin, kami bukan menukil dan
menggunting gunting ucapan ulama lalu berfatwa semaunya.
tiada ilmu tanpa sanad, maka fatwa tanpa sanad adalah batil.
Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu,
semoga sukses dg segala cita cita,
Wallahu a^lam
↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓
BudhiSuci Re:Paham Salafy (Wahaby) – 2007/11/26 17:10 assalamualaikum wr wb,
sampurasun maha guru, nambahin sedikit,
setahu saya Muqbil itu matinya karena kangker lidah karena setelah
maki maki para wali di hadramaut, lalu konyolnya dia malah berobat
ke amerika, padahal dia orang paling gedek sama kuffar, malah
berobat kesono, lalu kojor disono
wah.. cocok.., khawarij berobat ke bush..
ngomong ngomong madzhab nukil ini lumayan juga ya, jadi bikin anak
anak muda pada belajar hadits..
ya habibana, kalau ke perlis ajak saya dong.., kok Ustaz nuryadin
diajak saya ngga…kale gettoo..
yup.. cerio.. eh.. wassalam
↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓
NURYADIN Re:Paham Salafy (Wahaby) – 2007/12/03 15:19 Ngiri ni yee…
Hehehe…
↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓
munzir Re:Paham Salafy (Wahaby) – 2007/12/05 05:14 mas budi boleh ikut
kalau dah nikah..
Forum silahturahmi jama^ah Majelis Rasulullah, klik disini http://
groups.yahoo.com/group/majelisrasulullah
Peduli Perjuangan Majelis Rasulullah saw
No rekening Majelis Rasulullah saw:
Bank Syariah Mandiri
Atas nama : MUNZIR ALMUSAWA
No rek : 061-7121-494
↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓
sumber
http://arsip.majelisrasulullah.org/index.php?option=com_simpleboard&Itemid=34&func=view&id=9654