Alaikumsalam warahmatullah wabaraktuh, Kebahagiaan dan Kesejukan rohani semoga selalu menghiasi hari hari anda,
Saudaraku yg kumuliakan,
makin hari saya jadi makin lucu melihat mereka ini, kasihan, sungguh dangkal sekali hujjah mereka dan betapa mereka tak faham dan berkeras kepala dg kebodohannya.
Sanggahan:
Pertama :
hadits itu berbunyi : Barangsiapa yg mengadakan hal yg baru dalam islam selama itu baik maka baginya pahalanya dan pahala orang yg mengikutinya, dan barangsiapa yg membuat hal baru dalam islam berupa keburukan maka baginya dosanya dan dosa orang yg mengikutinya"
kalau si penulis ini berkata bahwa yg dimaksud adalah sunnah nabi yg telah ada yg dibangkitkan kembali, maka apakah ada sunnah nabi yg buruk..?, bukankah dalam hadits itu ada hal baru yg baik dan hal baru yg buruk, berarti sunnah nabi itu ada yg buruk pula?
Kedua,
tidak ada hadits bertentangan
Ketiga :
mereka memang tak faham bahasa.
Keempat :
sangat banyak, berikut akan saya lampirkan sebagian.
Kelima
sunnah yg ada adalah sunnah Nabi saw, lalu bagaimana dg hal hal baru seperti penjilidan Alqur'an?, Alqur'an dibubuhi terjemah, itu semua bukanlah sunnah nabi saw, lalu apa?
Dalilnya hadits:
Barangsiapa yang menghidupkan salah satu sunnahku lalu orang-orang
ikut mengamalkannya, maka ia mendapatkan pahala dari orang yang ikut
mengamalkannya tanpa mengurangi pahala-pahala mereka sedikitpun. Dan
barangsiapa yang mengadakan suatu bid'ah lalu mengamalkannya, maka
ia akan mendapatkan dosa dari orang yang ikut melakukannya, tanpa
mengurangi dosa-dosa mereka sedikitpun.[ Sunnan Ibnu Majah no.209,
disahihkan oleh Al-Albani]
tu kata "menghidupkan" darimanakah munculnya?, tafsir darimana kah?,
lalu Al Abani itu, maaf.. saya bukan merendahkan orang, dia itu bukan muhaddits, siapa pula mengakui dia muhaddits?
dia menghukumi hadits dimasa kini dg sisa sisa hadits ada, kalau Imam Ahmad bin Hanbal saja hafal 1 juta hadits dg sanad dan hukum matannya, sedangkan beliau tak sempat menulis haditsnya, musnad Ahmad itu berakhir di nomer 27.688, jadi kira kira 930 ribu hadits lainnya tak sempat ditulis, lalu Imam bukhari hafal 600 ribu hadits dimasa usianya masih muda, dan beliau hanya mampu menulis sekitar 7000 hadits dalam shahihnya dan beberapa kitab riwayat hadits kecil lainnya, lalu kemana sisanya?,
logikanya ada jutaan hadits yg sudah hilang, sedangkan hadits yg ada sekarang ini semuanya dari semua periwayat tidak mencapai 150 ribu hadits.
lalu kemanakah sisanya..?, sudah sirna ditelan zaman..
kan lucu kalau ada orang zaman sekarang muncul mau menghukumi hadits hadits, yg ini dirubah jadi dhoif, yg itu dirubah jadi hasan, yg itu dirubah jadi shahih,
wah.. untuk menghukumi hadits masa kini sudah terlambat, karena hadits yg ada kini kurang dari 1% hadits yg ada dimasa lalu
Keenam
tafsiran ini rancu.
Pendapat para Imam dan Muhadditsin mengenai Bid’ah
1. Al Hafidh Al Muhaddits Al Imam Muhammad bin Idris Assyafii rahimahullah (Imam Syafii)
Berkata Imam Syafii bahwa bid’ah terbagi dua, yaitu bid’ah mahmudah (terpuji) dan bid’ah madzmumah (tercela), maka yg sejalan dg sunnah maka ia terpuji, dan yg tidak selaras dengan sunnah adalah tercela, beliau berdalil dg ucapan Umar bin Khattab ra mengenai shalat tarawih : “inilah sebaik baik bid’ah”. (Tafsir Imam Qurtubiy juz 2 hal 86-87)
2. Al Imam Al Hafidh Muhammad bin Ahmad Al Qurtubiy rahimahullah
“Menanggapi ucapan ini (ucapan Imam Syafii), maka kukatakan (Imam Qurtubi berkata) bahwa makna hadits Nabi saw yg berbunyi : “seburuk buruk permasalahan adalah hal yg baru, dan semua Bid’ah adalah dhalalah” (wa syarrul umuuri muhdatsaatuha wa kullu bid’atin dhalaalah), yg dimaksud adalah hal hal yg tidak sejalan dg Alqur’an dan Sunnah Rasul saw, atau perbuatan Sahabat radhiyallahu ‘anhum, sungguh telah diperjelas mengenai hal ini oleh hadits lainnya : “Barangsiapa membuat buat hal baru yg baik dalam islam, maka baginya pahalanya dan pahala orang yg mengikutinya dan tak berkurang sedikitpun dari pahalanya, dan barangsiapa membuat buat hal baru yg buruk dalam islam, maka baginya dosanya dan dosa orang yg mengikutinya” (Shahih Muslim hadits no.1017) dan hadits ini merupakan inti penjelasan mengenai bid’ah yg baik dan bid’ah yg sesat”. (Tafsir Imam Qurtubiy juz 2 hal 87)
3. Al Muhaddits Al Hafidh Al Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf Annawawiy rahimahullah (Imam Nawawi)
“Penjelasan mengenai hadits : “Barangsiapa membuat buat hal baru yg baik dalam islam, maka baginya pahalanya dan pahala orang yg mengikutinya dan tak berkurang sedikitpun dari pahalanya, dan barangsiapa membuat buat hal baru yg dosanya”, hadits ini merupakan anjuran untuk membuat kebiasaan kebiasaan yg baik, dan ancaman untuk membuat kebiasaan yg buruk, dan pada hadits ini terdapat pengecualian dari sabda beliau saw : “semua yg baru adalah Bid’ah, dan semua yg Bid’ah adalah sesat”, sungguh yg dimaksudkan adalah hal baru yg buruk dan Bid’ah yg tercela”. (Syarh Annawawi ‘ala Shahih Muslim juz 7 hal 104-105)
Dan berkata pula Imam Nawawi bahwa Ulama membagi bid’ah menjadi 5, yaitu Bid’ah yg wajib, Bid’ah yg mandub, bid’ah yg mubah, bid’ah yg makruh dan bid’ah yg haram.
Bid’ah yg wajib contohnya adalah mencantumkan dalil dalil pada ucapan ucapan yg menentang kemungkaran, contoh bid’ah yg mandub (mendapat pahala bila dilakukan dan tak mendapat dosa bila ditinggalkan) adalah membuat buku buku ilmu syariah, membangun majelis taklim dan pesantren, dan Bid;ah yg Mubah adalah bermacam macam dari jenis makanan, dan Bid’ah makruh dan haram sudah jelas diketahui, demikianlah makna pengecualian dan kekhususan dari makna yg umum, sebagaimana ucapan Umar ra atas jamaah tarawih bahwa inilah sebaik2 bid’ah”. (Syarh Imam Nawawi ala shahih Muslim Juz 6 hal 154-155)
Al Hafidh AL Muhaddits Al Imam Jalaluddin Abdurrahman Assuyuthiy rahimahullah
Mengenai hadits “Bid’ah Dhalalah” ini bermakna “Aammun makhsush”, (sesuatu yg umum yg ada pengecualiannya), seperti firman Allah : “… yg Menghancurkan segala sesuatu” (QS Al Ahqaf 25) dan kenyataannya tidak segalanya hancur, (*atau pula ayat : “Sungguh telah kupastikan ketentuanku untuk memenuhi jahannam dengan jin dan manusia keseluruhannya” QS Assajdah-13), dan pada kenyataannya bukan semua manusia masuk neraka, tapi ayat itu bukan bermakna keseluruhan tapi bermakna seluruh musyrikin dan orang dhalim.pen) atau hadits : “aku dan hari kiamat bagaikan kedua jari ini” (dan kenyataannya kiamat masih ribuan tahun setelah wafatnya Rasul saw) (Syarh Assuyuthiy Juz 3 hal 189).
Maka bila muncul pemahaman di akhir zaman yg bertentangan dengan pemahaman para Muhaddits maka mestilah kita berhati hati darimanakah ilmu mereka?, berdasarkan apa pemahaman mereka?, atau seorang yg disebut imam padahal ia tak mencapai derajat hafidh atau muhaddits?, atau hanya ucapan orang yg tak punya sanad, hanya menukil menukil hadits dan mentakwilkan semaunya tanpa memperdulikan fatwa fatwa para Imam?
duh.. ini kan ada di artikel saya…, ini saya nukil dari artikel saya di web ini, udah jelas semua kok, sudah terjawab semua.
maaf ya saudaraku, saya bukan mau menghina siapa siapa, cuma kita bawa santai dan rileks aja deh, daripada kita berkeras otot dan meledak marah atas saudara2 kita yg bodoh namun keras kepala dg kebodohannya.
demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu,
wallahu a'lam
masalah bid’ah di blogthohiranam.blogspot.com
Jika kata “sanna” diartikan “menghdupkan” berarti sesuai dgn akhir hadits “man sanna fil islami sunnatan sayyiatan” berarti ada dong sunnah nabi yg jelek. Otak kalau ditaruh didengkul ya begitu jadinya.