AbuAfidita Manaqib dan Karamah Aulia – 2007/05/03 01:36 Assalamu^alaikum
Wr.wb.
Semoga setiap helaan nafas habib diselimuti oleh Rahmat Allah
Ta^ala, semoga Allah dengan hamparan kasih sayang-Nya mengumpulkan
habib kelak dg datuk habib, Rasulullah SAW, amin.
Habib Munzir Yth, saya ingin menanyakan masalah Manaqib dan Aulia.
Karena hal ini sering menjadi celaan dari kaum “modernis” terhadap
kaum Muslim yang lain.
1. Sebenarnya apakah manaqib itu? Apa sama dengan sejarah Aulia
dan bernilai valid? Apakah kisah-kisah yang ada di dalamnya adalah
benar-benar atau hanya kiasan? Apakah berpahala membaca Manaqib?
2. Sebagian orang tidak yakin bahwa para Aulia, misalnya Wali
Songo memiliki kemampuan-kemampuan ghaib. Mereka hanyalah da^i
sama dengan da^i pada umumnya, serta menganggap cerita-cerita aneh
sekitar kesaktian para Aulia merupakan ajaran kejawen, atau
animisme. Bahkan ada yang mengatakan itu Syirk. Karena para
Shahabat, Tabi^in dan para ulama Salaf saja tidak memiliki
kemampuan hal-hal seperti itu apalagi ulama berikutnya, katanya.
Malah katanya sebenarnya Wali Songo itu bukan Wali dalam
pengertian kekasih Allah, tetapi seperti kata Wali Kota.
Mohon pencerahannya Habib.
Dan terima kasih atas kebaikan hati Habib.
Wassalamu^alaikum Wr.wb.
↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓
munzir Re:Manaqib dan Karamah Aulia – 2007/05/03 05:29 Alaikumsalam
warahmatullah wabarakatuh,
Limpahan keluhuran dan kebahagiaan semoga selalu tercurah pada
anda dan keluarga,
saudaraku yg kumuliakan,
1. manaqib adalah sejarah hidup seseorang shalih atau ulama,
manaqib tidak bisa dipertanggungjawabkan 100% apalagi bila telah
berubah bahasa, memang manaqib ini tentunya ditulis oleh murid
sang guru / ulama tsb, namun manaqib beda dengan Alqur^an dan
hadits yg diperttanggungjawabkan dengan sanad dari generasi ke
generasi, manaqib ini pun ada yg bisa dipertanggungjawabkan, namun
tak ada jaminan bila ada yg menambahi atau menguranginya, karena
siapapun bisa saja membuatnya.
namun selama isinya sesuai dg syariah maka tentunya hal itu insya
Allah benar, dan bila bertentangan dg syariah maka tak wajib
mempercayainya.
2. mengenai keramat para wali dan shalih merupakan hal yg tak bisa
dipungkiri, Allah telah menyebutnya dalam Alqur^an, sebagaimana
Allah menceritakan kejadian Nabi Sulaiman as yg dikelilingi oleh
para pengikutnya dari kaum Ifrit dan manusia, Sulaiman as berkata
: “WAHAI HADIRIN, SIAPA DIANTARA KALIAN YG AKAN MEMBAWAKANKU
SINGGASANANYA KEMARI (singgasana ratu balqis) SEBELUM IA DATANG
MENYERAHKAN DIRI?, MAKA BERKATALAH IFRIT DARI BANGSA JIN : AKU
AKAN MEMBAWAKANNYA PADAMU SEBELUM KAU BERDIRI DARI KURSIMU,
SUNGGUH AKU KUAT DAN TERPERCAYA, MAKA BERKATALAH SEORANG YANG
MEMILIKI ILMU DARI KITAB (tentunya orang shalih, yaitu ulama) AKU
AKAN MEMBAWAKANNYA PADAMU SEBELUM KAU MENGEDIPKAN MATAMU, MAKA
DALAM SEKEJAP SINGGASANA TEGAK DIHADAPANNYA…” (QS Annaml
38-39-40).
maka jelas jelas ayat diatas menunjukkan keramat seorang wali
Allah yg mendatangkan singgasana Ratubalqis sebelum Sulaiman
mengedipkan matanya, lelaki itu bukan nabi, karena Allah
menjelaskan : “BERKATALAH SEORANG YG MEMPUNYAI ILMU DARI KITAB”
menunjukkan ia seorang ulama yg shalih.
lalu dalil lainnya adalah para sahabat yg mempunyai keramat,
teriwayatkan banyak riwayat diantaranya dalam shahih Bukhari bahwa
:
ketika dua orang sahabat keluar dari berjumpa dg rasul saw maka
terlihatlah dua cahaya menerangi mereka dimalam itu, saat mereka
berpisah maka kedua cahaya itu masing masing mengikuti setiap dari
mereka (shahih bukhari)
ketika salah seorang sahabat membaca surat alkahfi dimalam hari
maka ia melihat awan turun dan ketika ia bertanya pada Rasul saw
dan Rasul saw berkata bahwa itu adalah sakinah bagi pembaca
Alqur^an (shahih Bukhari).
dan banyak lagi riwayat shahih lainnya,
dan Allah swt telah menjanjikan kemuliaan bagi para wali
sebagaimana firman Nya swt dalam hadits Qudsiy Barangsiapa
memusuhi waliku sungguh kuumumkan perang kepadanya, tiadalah hamba
Ku mendekat kepada Ku dengan hal hal yg fardhu, dan Hamba Ku terus
mendekat kepada Ku dengan hal hal yg sunnah baginya hingga Aku
mencintainya, bila Aku mencintainya maka aku menjadi telinganya yg
ia gunakan untuk mendengar, dan matanya yg ia gunakan untuk
melihat, dan menjadi tangannya yg ia gunakan untuk memerangi, dan
kakinya yg ia gunakan untuk melangkah, bila ia meminta pada Ku
niscaya kuberi permintaannya…. (shahih Bukhari hadits no.6137)
Maka hadits Qudsiy diatas tentunya jelas jelas menunjukkan bahwa
pendengaran, penglihatan, dan panca indera lainnya, bagi mereka yg
taat pada Allah akan dilimpahi cahaya kemegahan Allah, pertolongan
Allah, kekuatan Allah, keberkahan Allah, dan sungguh maknanya
bukanlah berarti Allah menjadi telinga, mata, tangan dan kakinya,
dan inilah tanda kekuatan para Wali Allah
anda lihat peristiwa tsunami di aceh?, bagaimana makam meramat itu
tak disentuh air bah, air itu tingginya 30 meter, kecepatannya
300km/jam, dan kekuatannya ratusan juta ton.. ia terbelah di
masjid dan makam para wali.
mereka itu tak faham ilmu wahai saudaraku, dangkal pemahaman
syariah nya dan menutup mata dari dalil Aqlan wa syar^an (dalil
Logika dan syariah) lalu berfatwa semaunya.
demikian saudaraku yg kumuliakan,
wallahu a^lam
↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓
AbuAfidita Re:Manaqib dan Karamah Aulia – 2007/05/05 02:55 Assalamu^alaikum
wr.wb.
Alhamdulillah dan terima kasih Habib, atas jawabannya yang sangat
jelas.
Kalau berkenan saya ingin bertanya lagi masalah Aulia Allah ini.
1. Apakah benar bahwa setiap masa ada ribuan Aulia? Apakah
ciri-ciri Aulia itu?
2. Apakah boleh kita berkeyakinan bahwa ulama-ulama terkenal
seperti Para Imam Madzhab, Syekh Abdul Qadir Jailani, Abu Yazid,
Al-Junaid, Wali Songo, dll.
3. Kalau tidak percaya pada Aulia hukumnya apa?
Terima kasih, sekali Habib atas jawabannya.
Semoga cahaya Allah SWT selalu menaungi Habib dan seluruh jamaah
Majelis Rasulillah.
↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓
munzir Re:Manaqib dan Karamah Aulia – 2007/05/05 04:33 Alaikumsalam
warahmatullah wabarakatuh,
Limpahan kebahagiaan semoga selalu tercurah pada anda dan
keluarga,
saudaraku yg kumuliakan,
1. mengenai jumlah mereka ini tak diketahui, ada banyak pendapat
beberapa ulama tentang ini dan banyak mengambil istinbath dari
beberapa hadits dan atsar, namun saya tak menemukan satu kepastian
dari hadits shahih jumlah mereka dimuka bumi.
ciri ciri mereka itu sebagaimana hadits Qudsiy yg telah saya
jelaskan bahwa mereka mengamalkan hal yg fardhu lalu yg sunnah
hingga Allah mencintainya,
lalu sebagaimana firman Allah swt : “Sungguh para Wali Allah itu
tiadalah mereka itu takut (pada makhluk) dan tiadalah mereka itu
bersedih (kecewa pd Allah), mereka itu adalah orang yg beriman dan
bertakwa, bagi mereka kabar gembira dalam kehidupan dunia dan
dalam kehidupan akhirat, dan tiada pergantian dalam ketentuan
Allah, ean itulah keberuntungan yg agung” (QS`Yunus 63-64), maka
tentunya mereka itu orang yg beriman dan bertakwa.
2. saya kira tak ada salahnya bagi kita untuk meyakini mereka itu
para wali Allah swt, karena kalau bukan para ulama, Imam dan para
Da^i yg menyebabkan sampainya jutaan hidayah, jika mereka bukan
wali Allah maka siapakah wali Allah swt?
3. tidak percaya pada seorang yg disebut wali Allah sebagai wali
menurut saya hal itu wajar saja, karena bergantung pada
pengetahuan kita tentang keshalihannya atau ketakwaannya, namun
tidak percaya secara keseluruhan bahwa wali itu ada maka kufur
hukumnya karena tak percaya pada apa apa yg ada pada Alqur^an dan
hadits shahih.
demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu,
wallahu a^lam
↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓
sumber
http://arsip.majelisrasulullah.org/index.php?option=com_simpleboard&Itemid=34&func=view&id=3892