siliwangi KENDURI ARWAH, TAHLILAN & YASINAN MENURUT ULAMA – 2007/07/18 20:23
KENDURI ARWAH, TAHLILAN & YASINAN MENURUT ULAMA SYAFIE
Assalammu^alaikum wr.wb.
Habib tolong beri penjelasan mengenai hal ini, karena ini dalil
dari orang salafi untuk berhujjah. semoga keberkahan Ilmu dapat
meninggikan derat Habib di akhirat.
Mungkin ramai dari kalangan pengikut mazhab Syafie tidak menyedari
bahawa bertahlil dengan cara berkumpul beramai-ramai, membaca
al-Quran, berzikir, berdoa dan mengadakan hidangan makanan di
rumah si Mati atau keluarga si Mati bukan sahaja Imam Syafie yang
menghukum haram dan bid^ah, malah ramai para ulama mazhab Syafie
turut berpendirian seperti Imam Syafie. Adapun antara meraka yang
mengharamkan kenduri arwah, yasinan, tahlilan dan selamatan ialah
Imam Nawawi, Ibn Hajar al-Asqalani, Imam Ibn Kathir, Imam ar-Ramli
dan ramai lagi para ulama muktabar dari kalangan yang bermazhab
Syafie, sebagaimana beberapa fatwa tentang pengharaman tersebut
dari mereka dan Imam Syafie rahimahullah:
وَاَكْرَهُ الْمَاْتَمَ وَهِيَ الْجَمَاعَةُ وَاِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ بُكَاءٌ.
“Dan aku telah memakruhkan (mengharamkan) makan, iaitu berkumpul
di rumah (si Mati) walaupun bukan untuk tangisan (ratapan)”.[1]
Mengadakan majlis kenduri iaitu dengan berkumpul beramai-ramai
terutamanya untuk berzikir, tahlilan, membaca surah Yasin atau
kenduri arwah sebagaimana yang dilakukan oleh masyarakat Nusantara
di rumah si Mati atau memperingati kematian, maka semuanya itu
benar-benar dihukum bid^ah yang mungkar oleh Imam Syafie
rahimahullah sebagaimana fatwa-fatwa beliau dan para ulama yang
bermazhab Syafie yang selanjutnya:
وَاَمَّا اِصْلاَحُ اَهْلُ الْمَيِّتِ طَعَامًا وَجَمْعُ النَّاسَ عَلَيْهِ فَبِدْعَةٌ غَيْرُ مُسْتَحَبَّةٍ.
“Adapun menyediakan makanan oleh keluarga si Mati dan berkumpul
beramai-ramai di rumah (si Mati) tersebut maka itu adalah bid^ah
bukan sunnah”.2 [1]
Di dalam kitab (اعانة الطالبين) juz. 2 hlm. 146 ada disebut
pengharaman kenduri arwah, iaitu:
وَمَا اعْتِيْدَ مِنْ جَعْلِ اَهْلَ الْمَيِّتِ طَعَامًا لِيَدْعُوْ النَّاسَ اِلَيْهِ بِدْعَةٌ مَكْرُوْهَةٌ
كَاِجْتِمَاعِهِمْ لِذَلِكَ لِمَا صَحَّ عَنْ جَرِيْرِ قَالَ : عَنْ جَرِيْرِ بْنِ عَبْدِاللهِ قَالَ : كُنَّا
نَعُدُّ اْلاِجْتِمَاعَ لاَهْلِ الْمَيِّتِ وَصَنْعُهُمْ الطَّعَامَ مِنَ النِّيَاحَةِ. (رواه الامام
احمد وابن ماجه باسناد صحيح).
“Dan apa yang telah menjadi kebiasaan manusia tentang menjemput
orang dan menyediakan hidangan makanan oleh keluarga si Mati
adalah bid ah yang dibenci, termasuklah dalam hal ini berkumpul
beramai-ramai di rumah keluarga si Mati kerana terdapat hadis
sahih dari Jarir bin Abdullah berkata: Kami menganggap berkumpul
beramai-ramai (berkenduri arwah) di rumah si Mati dan menyiapkan
makanan sebagai ratapan”.3 [1] (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan
Ibn majah dengan sanad yang sahih).
Fatwa Imam Syafie dan para ulama muktabar yang bermazhab Syafie
telah mengharamkan berkumpul beramai-ramai dan menyediakan
hidangan makanan di rumah si Mati untuk tujuan kenduri arwah,
tahlilan, yasinan dan menghadiahkan (mengirim) pahala bacaan
al-Quran kepada arwah si Mati Mereka berdalilkan al-Quran, hadis
dan athar-athar para sahabat yang sahih sebagaimana yang
dikemukakan oleh mereka melalui tulisan-tulisan di kitab-kitab
mereka. Mereka tidak mungkin mengharamkan atau menghalalkan
sesuatu mengikut akal fikiran, pendapat atau hawa nafsu mereka
semata, pastinya cara mereka mengharamkan semua itu dengan
berdalilkan kepada al-Quran, as-Sunnah dan athar dari para ulama
yang bermanhaj Salaf as-Soleh.
_____________________________ __________
[1]. Lihat: Al-Umm. Juz 1. Hlm. 248.
[2]. Lihat: مغنى المحتاج. Juz 1. Hlm. 268.
↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓
munzir Re:KENDURI ARWAH, TAHLILAN & YASINAN MENURUT ULAM – 2007/07/18
22:28 he..he..he.. saudaraku, ini sudah saya jawab beberapa bulan
yg lalu :
Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,
Limpahan kebahagiaan dan kasih sayang Nya swt semoga selalu
tercurah pada hari hari anda,
Saudaraku yg kumuliakan,
Hal itu merupakan pendapat orang orang yg kalap dan gerasa gerusu
tanpa ilmu, kok ribut sekali dengan urusan orang yg mau bersedekah
pada muslimin?,
عن عائشة أن رجلا أتى النبي صلى الله عليه وسلم فقال ثم يا رسول الله
إن أمي افتلتت نفسها ولم توص وأظنها لو تكلمت تصدقت أفلها أجر إن
تصدقت عنها قال نعم
Dari Aisyah ra bahwa sungguh telah datang seorang lelaki pada nabi
saw seraya berkata : Wahai Rasulullah, sungguh ibuku telah
meninggal mendadak sebelum berwasiat, kukira bila ia sempat bicara
mestilah ia akan bersedekah, bolehkah aku bersedekah atas
namanya?, Rasul saw menjawab : Boleh (Shahih Muslim hadits
no.1004).
وفي هذا الحديث أن الصدقة عن الميت تنفع الميت ويصله ثوابها وهو كذلك
باجماع العلماء وكذا أجمعوا على وصول الدعاء
Dan dalam hadits ini (hadits riwayat shahih muslim diatas)
menjelaskan bahwa shadaqah untuk mayit bermanfaat bagi mayit, dan
pahalanya disampaikan pada mayyit, demikian pula menurut Ijma
(sepakat) para ulama, dan demikian pula mereka bersepakat atas
sampainya doa doa (syarh Imam Nawawi ala shahih muslim juz 7 hal
90)
Maka bila keluarga rumah duka menyediakan makanan dengan maksud
bersedekah maka hal itu sunnah, apalagi bila diniatkan pahala
sedekahnya untuk mayyit, demikian kebanyakan orang orang yg
kematian, mereka menjamu tamu2 dengan sedekah yg pahalanya untuk
si mayyit, maka hal ini sunnah.
Mengenai makan dirumah duka, sungguh Rasul saw telah melakukannya,
dijelaskan dalam Tuhfatul Ahwadziy :
حديث عاصم بن كليب الذي رواه أبو داود في سننه بسند صحيح عنه عن أبيه
عن رجل من الأنصار قال خرجنا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم في
جنازة فرأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو على القبر يوصي لحافرا
أوسع من قبل رجليه أوسع من قبل رأسه فلما رجع استقبله داعي امرأته
فأجاب ونحن معه فجيء بالطعام فوضع يده ثم وضع القوم فأكلوا الحديث
رواه أبو داود والبيهقي في دلائل النبوة هكذا في المشكاة في باب
المعجزات فقوله فلما رجع استقبله داعي امرأته الخ نص صريح في أن رسول
الله صلى الله عليه وسلم أجاب دعوة أهل البيت واجتمع هو وأصحابه بعد
دفنه وأكلوا
riwayat Hadits riwayat Ashim bin Kulaib ra yg diriwayatkan oleh
Abu Dawud dalam sunannya dengan sanad shahih, dari ayahnya, dari
seorang lelaki anshar, berkata : kami keluar bersama Rasul saw
dalam suatu penguburan jenazah, lalu kulihat Rasul saw
memerintahkan pada penggali kubur untuk memperlebar dari arah kaki
dan dari arah kepala, ketika selesai maka datanglah seorang utusan
istri almarhum, mengundang Nabi saw untuk bertandang kerumahnya,
lalu Rasul saw menerima undangannya dan kami bersamanya, lalu
dihidangkan makanan, lalu Rasul saw menaruh tangannya saw di
makanan itu kamipun menaruh tangan kami dimakanan itu lalu
kesemuanyapun makan. Riwayat Abu Dawud dan Baihaqi dalam Dalail
Nubuwwah, demikian pula diriwayatkan dalam AL Misykaah, di Bab
Mukjizat, dikatakan bahwa ketika beliau saw akan pulang maka
datanglah utusan istri almarhum.. dan hal ini merupakan Nash yg
jelas bahwa Rasulullah saw mendatangi undangan keluarga duka, dan
berkumpul bersama sahabat beliau saw setelah penguburan dan makan
.
(Tuhfatul Ahwadziy Juz 4 hal 67).
Lalu mana dalilnya yg mengharamkan makan dirumah duka?
Mengenai ucapan para Imam itu, yg dimaksud adalah membuat jamuan
khusus untuk mendatangkan tamu yg banyak, dan mereka tak
mengharamkan itu :
1. Ucapan Imam nawawi yg anda jelaskan itu, beliau mengatakannya
tidak disukai (ghairu Mustahibbah), bukan haram, tapi orang wahabi
mencapnya haram padahal Imam Nawawi mengatakan ghairu mustahibbah,
berarti bukan hal yg dicintai, ini berarti hukumnya mubah, dan
tidak sampai makruh apalagi haram.
2. Imam Ibnu Hajar Al Haitsamiy menjelaskan adalah :
من جعل أهل الميت طعاما ليدعوا الناس إليه بدعة منكرة مكروهة
mereka yg keluarga duka yg membuat makanan demi mengundang orang
adalah hal Bid ah Munkarah yg makruh (bukan haram)
semoga anda mengerti bahasa, bahwa jauh beda dengan rumah duka yg
menyuguhkan makanan untuk tamu yg mengucapkan bela sungkawa, jauh
berbeda dengan membuat makanan demi mengundang orang agar datang,
yg dilarang (Makruh) adalah membuat makanan untuk mengundang orang
agar datang dan meramaikan rumah.
Entahlah para wahabi itu bodoh dalam bahasa atau memang sengaja
menyelewengkan makna, sebab keduanya sering mereka lakukan, yaitu
bodoh atas syariah dan menyelewengkan makna.
3. Ucapan Imam Ibnu Abidin Al-Hanafy menjelaskan
Ittikhadzuddhiyafah , ini maknanya membuat perjamuan besar ,
misalnya begini : Bupati menjadikan selamatan kemenangannya dalam
pilkada dengan Ittikhadzuddhiyafah yaitu mengadakan perjamuan.
Inilah yg dikatakan Makruh oleh Imam Ibn Abidin dan beliau tak
mengatakannya haram, Inilah dangkalnya pemahaman orang orang
wahabi yg membuat kebenaran diselewengkan.
4. Imam Ad-Dasuqi Al-Maliki berkata berkumpulnya orang dalam
hidangan makan makan dirumah mayit hukumnya Bid ah yg makruh.
(Bukan haram tentunya), dan maksudnya pun sama dg ucapan diatas,
yaitu mengumpulkan orang dengan jamuan makanan, namun beliau
mengatakannya makruh, tidak sampai mengharamkannya.
5. Syaikh An-Nawawi Al-Banteni rahimahullah menjelaskan adat
istiadat baru berupa Wahsyah yaitu adat berkumpul dimalam
pertama saat mayyit wafat dengan hidangan makanan macam macam, hal
ini makruh, (bukan haram).
dan mengenai ucapan secara keseluruhan, yg dimaksud makruh adalah
sengaja membuat acara jamuan makan demi mengundang tamu tamu,
ini yg ikhtilaf ulama antara mubah dan makruh, tapi kalau justru
diniatkan sedekah dengan pahalanya untuk mayyit maka justru Nash
Shahih Bukhari dan Shahih Muslim diatas telah memperbolehkannya
bahkan sunnah.
Dan tentunya bila mereka (keluarga mayyit) meniatkan untuk sedekah
yg pahalanya untuk mereka sendiripun maka tak ada pula yg
memakruhkannya.
Sebagaimana Rasul saw makan pula, karena asal dari pelarangan
adalah memberatkan mayyit, namun masa kini bila anda hadir jenazah
lalu mereka hidangkan makanan dan anda katakan haram (padahal
hukumnya makruh) maka hal itu malah menghina dan membuat sedih
keluarga yg wafat,
lihat Akhlak Rasulullah saw, beliau tahu bahwa pembuatan makan
makan di rumah duka adalah hal yg memberatkan keluarga duka, namun
beliau mendatangi undangan istri almarhum dan makan bersama
sahabatnya,
kenapa?, tak mau mengecewakan keluarga duka, justru datang dan
makan itu bila akan menghibur mereka maka perbuatlah!, itu sunnah
Muhammad saw.
Yg lebih baik adalah datang dan makan tanpa bermuka masam dan
merengut sambil berkata haram..haram dirumah duka (padahal
makruh), tapi bawalah uang atau hadiah untuk membantu mereka.
Sekali lagi saya jelaskan bahwa asal muasal pemakruhan adalah jika
menyusahkan dan memberatkan mayyit, maka memberatkan dan
menyusahkan mereka itulah yg makruh,
dan pelarangan / pengharaman untuk tak menghidangkan makanan
dirumah duka adalah menambah kesedihan si mayyit, bagaimana
tidak?, bila keluarga anda wafat lalu anda melihat orang banyak
datang maka anda tak suguhkan apa2..?, datang dari Luar kota
misalnya, dari bandara atau dari stasion luar kota datang dg lelah
dan peluh demi hadir jenazah, lalu mereka dibiarkan tanpa seteguk
airpun..???, tentunya hal ini sangat berat bagi mereka, dan akan
sangat membuat mereka malu.
Selama hal ini ada riwayat Rasul saw memakannya dan mendatangi
undangan istri almarhum dan makan bersama sahabatnya, maka kita
haram berfatwa mengharamkannya karena bertentangan dg sunnah Nabi
saw, karena hal itu diperbuat oleh Rasul saw, namun kembali pada
pokok permasalahan yaitu jangan memberatkan keluarga duka, bila
memberatkannya maka makruh, dan jangan sok berfatwa bahwa hal itu
haram.
Akhir dari jawaban saya adalah : semestinya orang yg berhati suci
dan menginginkan kebangkitan sunnah, mereka mengajak untuk
bersedekah pada keluarga duka bila ada yg wafat di wilayahnya,
namun sebagian dari kita ini bukan menghibur mereka yg kematian,
malah mengangkat suara dg fatwa caci maki kepada muslimin yg
ditimpa duka agar jangan memberi makan apa apa untuk tamunya,
mereka sudah sedih dengan kematian maka ditambah harus bermuka
tembok pula pada tamu tamunya tanpa menyuguhkan apapun, lalu fatwa
makruh mereka rubah menjadi haram, jelas bertentangan dengan
ucapan mereka sendiri yg berhujjah bahwa agama ini mudah, dan
jangan dipersulit.
Inilah dangkalnya pemahaman sebagian saudara saudara kita, mereka
ribut mengharamkan hal hal yg makruh dan melupakan hal hal yg
haram, yaitu menyakiti hati orang yg ditimpa duka.
Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu,
maaf saya menjawab pertanyaan ini bukan diarahkan pada anda, namun
pada mereka,
mengenai ucapan Imam Nawawi itu makruh, mereka merubahnya menjadi
haram, entah karena bodohnya atau karena liciknya, atau karena
kedua duanya,
demikian saudaraku yg kumuliakan,
wallahu a^lam
Forum silahturahmi jama^ah Majelis Rasulullah, klik disini http://
groups.yahoo.com/group/majelisrasulullah
Peduli Perjuangan Majelis Rasulullah saw
No rekening Majelis Rasulullah saw:
Bank Syariah Mandiri
Atas nama : MUNZIR ALMUSAWA
No rek : 061-7121-494
↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓
siliwangi Re:KENDURI ARWAH, TAHLILAN & YASINAN MENURUT ULAM – 2007/07/19
02:19 Assalammu^alaikum wr.wb.
Semoga keberkahan ilmu menjadikan Habib Munzir di tinggikan
derajatnya di surga,Amin.
Habib , saya ini di istilahkan sebagai anak kecil yang polos
selalu merengek-rengek ketika meminta bantuan. daripada itu apa
yang di utarakan oleh Habib di atas ternyata sahabat saya dari
Salafi telah membantahnya, saya nukil dengan berupa tanya jawab.
Habib : Mengenai makan dirumah duka, sungguh Rasul saw telah
melakukannya, dijelaskan dalam Tuhfatul Ahwadziy :
حديث عاصم بن كليب الذي رواه أبو داود في سننه بسند صحيح عنه عن أبيه
عن رجل من الأنصار قال خرجنا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم في
جنازة فرأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو على القبر يوصي لحافرا
أوسع من قبل رجليه أوسع من قبل رأسه فلما رجع استقبله داعي امرأته
فأجاب ونحن معه فجيء بالطعام فوضع يده ثم وضع القوم فأكلوا الحديث
رواه أبو داود والبيهقي في دلائل النبوة هكذا في المشكاة في باب
المعجزات فقوله فلما رجع استقبله داعي امرأته الخ نص صريح في أن رسول
الله صلى الله عليه وسلم أجاب دعوة أهل البيت واجتمع هو وأصحابه بعد
دفنه وأكلوا
riwayat Hadits riwayat Ashim bin Kulaib ra yg diriwayatkan oleh
Abu Dawud dalam sunannya dengan sanad shahih, dari ayahnya, dari
seorang lelaki anshar, berkata : kami keluar bersama Rasul saw
dalam suatu penguburan jenazah, lalu kulihat Rasul saw
memerintahkan pada penggali kubur untuk memperlebar dari arah kaki
dan dari arah kepala, ketika selesai maka datanglah seorang utusan
istri almarhum, mengundang Nabi saw untuk bertandang kerumahnya,
lalu Rasul saw menerima undangannya dan kami bersamanya, lalu
dihidangkan makanan, lalu Rasul saw menaruh tangannya saw di
makanan itu kamipun menaruh tangan kami dimakanan itu lalu
kesemuanyapun makan. Riwayat Abu Dawud dan Baihaqi dalam Dalail
Nubuwwah, demikian pula diriwayatkan dalam AL Misykaah, di Bab
Mukjizat, dikatakan bahwa ketika beliau saw akan pulang maka
datanglah utusan istri almarhum.. dan hal ini merupakan Nash yg
jelas bahwa Rasulullah saw mendatangi undangan keluarga duka, dan
berkumpul bersama sahabat beliau saw setelah penguburan dan makan
.
(Tuhfatul Ahwadziy Juz 4 hal 67).
Abu Al-Jauzaa: Mari kita lihat riwayat yang ada di Sunan Abu
Dawud. Hadits tersebut ada di nomor 3332 :
حدثنا محمد بن العلاء أخبرنا بن إدريس أخبرنا عاصم بن كليب عن أبيه
عن رجل من الأنصار قال خرجنا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم في
جنازة فرأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو على القبر يوصي الحافر
أوسع من قبل رجليه أوسع من قبل رأسه فلما رجع استقبله داعي امرأة
فجاء وجيء بالطعام فوضع يده ثم وضع القوم فأكلوا فنظر آباؤنا رسول
الله صلى الله عليه وسلم يلوك لقمة في فمه ثم قال أجد لحم شاة أخذت
بغير إذن أهلها فأرسلت المرأة قالت يا رسول الله إني أرسلت إلى
البقيع يشتري لي شاة فلم أجد فأرسلت إلى جار لي قد اشترى شاة أن أرسل
إلى بها بثمنها فلم يوجد فأرسلت إلى امرأته فأرسلت إلي بها فقال رسول
الله صلى الله عليه وسلم أطعميه الأسارى
Perhatikan kata berwarna merah yang ana garis bawahi. Nukilan dari
Tuhfatul-Ahwadzi tersebut tidak tepat sehingga berubah dari makna
yang diinginkan. Dalam Nukilan Pak Habib ditulis dengan imra-atihi
yang berarti : istrinya/perempuan dari kalangan keluarga si mayit;
sedangkan lafadh asli dalam Sunan Abi Dawud tertulis imra-ah yang
berarti perempuan secara umum. Perubahan makna tentu sangat
signifikan. Ketika kita menggunakan nukilan lafadh Pak Habib,
tentu seakan-akan kita diperbolehkan atau bahkan disyari^atkan
untuk makan dan/atau menyediakan makan ketika ada orang meninggal
dari keluarga mayit. Padahal, bila kita tengok lafadh asli di
Sunan Abi Dawud, sama sekali tidak menunjukkan itu. Arti hadits
dalam Sunan Abu Dawud tersebut adalah (ana gunakan terjemahan Pak
Habib dengan perubahan terjemahan di kata imra-ah saja) : “Kami
keluar bersama Rasul saw dalam suatu penguburan jenazah, lalu
kulihat Rasul saw memerintahkan pada penggali kubur untuk
memperlebar dari arah kaki dan dari arah kepala, ketika selesai
maka datanglah seorang perempuan, mengundang Nabi saw untuk
bertandang kerumahnya, lalu Rasul saw menerima undangannya dan
kami bersamanya, lalu dihidangkan makanan, lalu Rasul saw menaruh
tangannya saw di makanan itu kamipun menaruh tangan kami dimakanan
itu lalu kesemuanyapun makan” [selesai].
Nah, di dalam hadits di atas sama sekali tidak ada isyarat
keluarga si mayit yang mengundang makan. Perhatikan itu !! Dan
ingat pula, jikalau ada perbedaan penukilan, maka kita kembalikan
kepada sumbernya. Dan sumbernya di sini adalah Sunan Abu Dawud.
lafadhnya adalah sebagaimana ana bawakan.
Pernyataan Pak Habib itu jelas bertentangan dengan riwayat-riwayat
yang justru lebih sharih daripada riwayat yang dibawakan Pak Habib
yang menyatakan tidak diperbolehkannya makan makanan di keluarga
si mayit.
Jarir bin Abdillah Al-Bajaly radliyallaahu anhu, ia berkata :
كنا نرى الاجتماع إلى أهل الميت وصنعة الطعام من النياحة
Kami (para shahabat) menganggap berkumpul-kumpul di rumah
keluarga mayit, serta penghidangan makanan oleh mereka (kepada
para tamu) merupakan bagian dari niyahah (meratapi mayit) (HR.
Ahmad nomor 6905 dan Ibnu Majah nomor 1612).
Dari Thalhah radliyallaahu anhu, ia berkata :
قدم جرير على عمر فقال : هل يناح قبلكم على الميت. قال : لا. قال :
فهل تجتمع النسآء عنكم على الميت ويطعم. قال : نعم. فقال : تلك
النياحة.
Jarir mendatangi Umar, kemudian Umar berkata : Apakah kamu
sekalian suka meratapi mayit ? . Jarir menjawab : Tidak . Umar
berkata : Apakah diantara wanita-wanita kalian semua suka
berkumpul di rumah keluarga mayit dan memakan hidangannya ? .
Jarir menjawab : Ya . Umar berkata : Hal itu sama dengan
niyahah (meratapi mayit) . (HR. Ibnu Abi Syaibah 2/487).
Dari Sa id bin Jubair radliyallaahu anhu, ia berkata :
من عمل الجاهلية : النياحة والطعام على الميت وبيتوتة المرأة ثم أهل
الميت لبست منهم
Merupakan perkara Jahiliyyah : An-Niyahah, hidangan keluarga
mayit, dan menginapnya para wanita di rumah keluarga mayit (HR.
Abdurrazzaq 3/550 dan Ibnu Abi Syaibah dengan lafadh yang
berbeda). Ketiga riwayat tersebut saling menguatkan.
Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam bersabda :
اثنتان في الناس هما بهم كفر الطعن في النسب والنياحة على الميت
Dua perkara yang dapat membuat manusia kufur : Mencela keturunan
dan meratapi mayit (an-niyahah) . (HR. Muslim nomor 67)
Tolong riwayat-riwayat sampaikan pada Pak Habib. Barangkali beliau
melewatkannya. Atau malah belum pernah membacanya ?
Habib : Mengenai ucapan para Imam itu, yg dimaksud adalah membuat
jamuan khusus untuk mendatangkan tamu yg banyak, dan mereka tak
mengharamkan itu :
1. Ucapan Imam nawawi yg anda jelaskan itu, beliau mengatakannya
tidak disukai (ghairu Mustahabbah), bukan haram, tapi orang wahabi
mencapnya haram padahal Imam Nawawi mengatakan ghairu mustahabbah,
berarti bukan hal yg dicintai, ini berarti hukumnya mubah, dan
tidak sampai makruh apalagi haram.
Abu Al-Jauzaa: Ini namanya pembodohan umat. Bagaimana bisa
perkataan Ghairu mustahabbah hawuwa bid^ah bisa dimaknakan kepada
mubah ? Aneh. Sepertinya Pak Habib ini kurang mengerti bahasa
Arab. Berikut lafadh aslinya :
وإما إصلاح أهل الميت طعاما ويجمع الناس عليه فلم ينقل فيه شيء غير
مستحبة وهو بدعة.
Adapun penghidangan makanan oleh keluarga mayit berikut
berkumpulnya masyarakat dalam acara tersebut tidak ada dalil
naqlinya, dan hal tersebut merupakan perbuatan yang tidak disukai.
(Jelasnya) perbuatan tersebut termasuk bid ah (Al-Majmu
Syarhul-Muhadzdzab 5/186 Daarul-Fikr, Beirut, 1417).
Habib : 2. Imam Ibnu Hajar Al Haitsamiy menjelaskan adalah :
من جعل أهل الميت طعاما ليدعوا الناس إليه بدعة منكرة مكروهة
mereka yg keluarga duka yg membuat makanan demi mengundang orang
adalah hal Bid ah Munkarah yg makruh (bukan haram)
semoga anda mengerti bahasa, bahwa jauh beda dengan rumah duka yg
menyuguhkan makanan untuk tamu yg mengucapkan bela sungkawa, jauh
berbeda dengan membuat makanan demi mengundang orang agar datang,
yg dilarang (Makruh) adalah membuat makanan untuk mengundang orang
agar datang dan meramaikan rumah.
Abu Al-Jauzaa :Sama juga dengan di atas. Ana sampai heran plus
geleng-geleng kepala sama pengalihan makna Pak Habib ini.
Perkataan bid^atun munkaratun makruhatun (Bid^ah yang diingkari
lagi dibenci) bisa diartikan makruh biasa yang malah beliau bawa
pada makna mubah. Coba cermati perkataan Pak Habib di atas !!
Perkataan [وما اعتيد من جعل أهل الميت طعاما ليدعوا الناس إليه ]
sama sekali tidak khusus pada makna yang Pak Habib maui : membuat
makanan untuk mengundang orang agar datang dan meramaikan rumah.
Padahal artinya secara jelas adalah Dan sesuatu yang sudah
menjadi kebiasaan dari penghidangan makanan oleh keluarga mayit
dengan tujuan untuk mengundang masyarakat”. Tidak ada pengkhususan
“harus banyak” dan “meramaikan rumah”. Yang menjadi point Ibnu
Hajar Al-Haitami tersebut di atas adalah menghidangkankan makanan
dan mengundang masyarakat untuk hadir makan makanan tersebut. Dan
kalimat bid^atun munkaratun makruhatun (Bid^ah yang diingkari lagi
dibenci) di sini dalam Ushul Fiqh merupakan kalimat yang keras
dalam peringkat makruh. Makruh di sini maknanya Makna Tahrim
(bermakna Haram).
Dan seterusnya tidak perlu ana teruskan. Pak Habib ini justru yang
gak ilmiah. Gaak ilmiah sama sekali……….. Dan tolong
sampaikan kepada Pak Habib, bahwa kata makruh dalam syari^at itu
dapat bermakna Haram. Tolong dibuka mushhafnya. Dalam QS.
Al-Israa^ banyak menggunakan kata maruh yang bermakna haram.
Banyak sebenarnya kerancuan pendalilan Pak Habib ini yang perlu
ditanggapi. Itung2 hemat energi.
↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓
siliwangi Re:KENDURI ARWAH, TAHLILAN & YASINAN MENURUT ULAM – 2007/07/19
18:16 Habib dibawah ini sebagai penguat dari teman saya yang
lainnya. tetapi sama bermanhaj-kan Salaf.
KENDURI ARWAH
Majlis kenduri arwah lebih dikenal dengan berkumpul beramai-ramai
dengan hidangan jamuan (makanan) di rumah si Mati. Kebiasaannya
diadakan pada hari kematian, dihari kedua, ketiga, ketujuh,
keempat puluh, keseratus, setahun dan lebih dari itu bagi mereka
yang fanatik kepada kepercayaan ini atau kepada si Mati. Malangnya
mereka yang mengerjakan perbuatan ini tidak menyadari bahwa
terdapat banyak fatwa-fatwa dari Imam Syafie rahimahullah dan para
ulama besar dari kalangan yang bermazhab Syafie telah mengharamkan
dan membid ahkan perbuatan atau amalan yang menjadi tajuk
perbincangan dalam tulisan ini.
Di dalam kitab (اعانة الطالبين) juz 2. hlm. 146, tercatat
pengharaman Imam Syafie rahimahullah tentang perkara yang
disebutkan di atas sebagaimana ketegasan beliau dalam fatwanya:
وَيَكْرَهُ اتِّخَاذُ الطَّعَامِ فِى الْيَوْمِ اْلاَوَّلِ وَالثَّالِث وَبَعْدَ اْلاُسْبُوْعِ وَنَقْلُ الطَّعَامِ
اِلَى الْقُبُوْرِ
Dan dilarang (ditegah/makruh) menyediakan makanan pada hari
pertama kematian, hari ketiga dan seterusnnya sesudah seminggu.
Dilarang juga membawa makanan ke kuburan .
Imam Syafie dan jumhur ulama-ulama besar (ائمة العلماء الشافعية)
yang berpegang kepada mazhab Syafie, dengan berlandaskan kepada
hadis-hadis sahih, mereka memfatwakan bahwa yang seharusnya
menyediakan makanan untuk keluarga si Mati adalah jiran/tentangga
, kerabat si Mati atau orang yang datang menziarahi mayat, bukan
keluarga (ahli si Mati) sebagaimana fatwa Imam Syafie:
وَاُحِبُّ لِجِيْرَانِ الْمَيِّتِ اَوْذِيْ قَرَابَتِهِ اَنْ يَعْمَلُوْا لاَهْلِ الْمَيِّتِ فِىْ يَوْمِ يَمُوْتُ
وَلَيْلَتِهِ طَعَامًا مَا يُشْبِعُهُمْ وَاِنَّ ذَلِكَ سُنَّةٌ. Aku suka kalau tetangga si
Mati atau kerabat si Mati menyediakan makanan untuk keluarga si
Mati pada hari kematian dan malamnya sehingga mengenyangkan
mereka. Sesungguhnya itulah amalan yang sunnah .
Fatwa Imam Syafie di atas ini adalah berdasarkan hadis sahih:
قَالَ عَبْدُ اللهِ بْنِ جَعْفَرَ : لَمَّا جَاءَ نَعْيُ جَعْفَرِ حِيْنَ قُتِلَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اِصْنَعُوْا لآلِ جَعْفَرِ طَعَامًا فَقَدْ اَتَاهُمْ مَايُشْغِلُهُمْ . (حسنه
الترمزى وصححه الحاكم)
Abdullah bin Ja far berkata: Ketika tersebar tentang berita
terbunuhnya Ja far, Nabi sallallahu alaihi wa-sallam bersabda:
Hendaklah kamu menyediakan makanan untuk keluarga Ja far, mereka
telah ditimpa keadaan yang menyibukkan (kesusahan) .
Dihasankan oleh at-Turmizi dan di sahihkan oleh al-Hakim.
Menurut fatwa Imam Syafie, adalah haram mengadakan kenduri arwah
dengan menikmati hidangan di rumah si Mati, terutama jika si Mati
termasuk keluarga yang miskin, menanggung beban hutang,
meninggalkan anak-anak yatim yang masih kecil dan waris si Mati
mempunyai tanggungan perbelanjaan yang besar Tentunya tidak
dipertentangkan bahwa makan harta anak-anak yatim hukumnya haram.
Telah dinyatakan juga di dalam kitab (اعانة الطالبين) jld. 2. hlm.
146:
وَقَالَ اَيْضًأ : وَيَكْرَهُ الضِّيَافَةُ مِنَ الطَّعَامِ مِنْ اَهْلِ الْمَيِّتِ لاَنَّهُ شَرَعَ فِى
السُّرُوْرِ وَهِيَ بِدْعَةٌ
Imam Syafie berkata lagi: Dibenci bertamu dengan persiapan
makanan yang disediakan oleh ahli si Mati kerana ia adalah sesuatu
yang keji dan ia adalah bid ah .
Seterusnya di dalam kitab (اعانة الطالبين) juz. 2. hlm. 146 147,
Imam Syafie rahimahullah berfatwa lagi:
وِمِنَ الْبِدَعِ الْمُنْكَرَةِ الْمَكْرُوْهِ فَعْلُهُ مَا يَفْعَلُ النَّاسُ مِنَ الْوَحْشَةِ وَالْجَمْعِ
وَاْلاَرْبِعِيْنَ بَلْ كَلُّ ذَلِكَ حَرَامٌ
Dan antara bid ah yang mungkar ialah kebiasaan orang yang
melahirkan rasa kesedihannya sambil berkumpul beramai-ramai
melalui upacara (kenduri arwah) dihari keempat puluh (empat pulu
harinya) pada hal semuanya ini adalah haram .
Ini bermakna mengadakan kenduri arwah (termasuk tahlilan dan
yasinan beramai-ramai) dihari pertama kematian, dihari ketiga,
dihari ketujuh, dihari keempat puluh, dihari keseratus, setelah
setahun kematian dan dihari-hari seterusnya sebagaimana yang
diamalkan oleh masyarakat Islam sekarang adalah perbuatan haram
dan bid ah menurut fatwa Imam Syafie. Oleh itu, mereka yang
mengaku bermazhab Syafie seharusnya menghentikan perbuatan yang
haram dan bid ah ini mematuhi wasiat imam yang agung ini.
Seterusnya terdapat dalam kitab yang sama (اعانة الطالبين) juz 2.
hlm. 145-146, Mufti yang bermazhab Syafie al-Allamah Ahmad Zaini
bin Dahlan rahimahullah menukil fatwa Imam Syafie yang menghukum
bid ah dan mengharamkan kenduri arwah:
وَلاَ شَكَّ اَنَّ مَنْعَ النَّاسِ مِنْ هَذِهِ الْبِدْعَةِ الْمُنْكَرَةِ فِيْهِ اِحْيَاءٌ لِلسُّنَّةِ وَاِمَاتَةٌ
لِلْبِدْعَةِ وَفَتْحٌ لِكَثِيْرٍ مِنْ اَبْوَابِ الْخَيْرِ وَغَلْقٌ لِكَثِيْرٍ مِنْ اَبْوَابِ الشَّرِّ ، فَاِنَّ
النَّاسَ يَتَكَلَّفُوْنَ تَكَلُّفًا كَثِيْرًا يُؤَدِّيْ اِلَى اَنْ يَكُوْنَ ذَلِكَ الصُّنْعُ مُحَرَّمًا .
Dan tidak diragukan lagi bahwa melarang (mencegah) manusia dari
perbuatan bid ah yang mungkar demi untuk menghidupkan sunnah dan
mematikan (menghapuskan) bid ah, membuka banyak pintu-pintu
kebaikan dan menutup pintu-pintu keburukan dan (kalau dibiarkan
bid ah berterusan) orang-orang (awam) akan terbiasa (kepada
kejahatan) sehingga memaksa diri mereka melakukan perkara yang
haram .
Kenduri arwah atau lebih dikenali dewasa ini sebagai majlis
tahlilan, selamatan atau yasinan, ia dilakukan juga di perkuburan
terutama dihari khaul .(خول) Amalan ini termasuk perbuatan yang
amat dibenci, ditegah, diharamkan dan dibid ahkan oleh Imam Syafie
rahimahullah sebagaimana yang telah ditegaskan oleh beliau:
مَا يَفْعَلُهُ النَّاسُ مِنَ اْلاِجْتَمَاعِ عِنْدَ اَهْلِ الْمَيِّتِ وَصُنْعِ الطَّعَامِ مِنَ الْبِدَعِ
الْمُنْكَرَةِ Apa yang diamalkan oleh manusia dengan berkumpul dirumah
keluarga si mati dan menyediakan makanan adalah termasuk perbuatan
bid ah yang mungkar . Lihat: اعانة الطالبين juz 2 hlm. 145.
Di dalam kitab fikh (حاشية القليوبي) juz. 1 hlm. 353 atau di kitab
قليوبى – عميرة) -(حاشيتان juz. 1 hlm. 414 dapat dinukil ketegasan
Imam ar-Ramli rahimahullah yang mana beliau berkata:
قَالَ شَيْخُنَا الرَّمْلِى : وَمِنَ الْبِدَعِ الْمُنْكَرَةِ الْمَكْرُوْهِ فِعْلُهَا كَمَا فِى الرَّوْضَةِ
مَا يَفْعَلُهُ النَّاسُ مِمَّا يُسَمَّى الْكِفَارَةَ وَمِنْ صُنْعِ طَعَامِ للاِجْتَمَاعِ عَلَيْهِ قَبْلَ
الْمَوْتِ اَوْبَعِدَهُ وَمِنَ الذَّبْحِ عَلَى الْقُبُوْرِ ، بَلْ كُلُّ ذَلِكَ حَرَامٌ اِنْ كَانَ مِنْ مَالٍ
مَحْجُوْرٍ وَلَوْ مِنَ التَّركَةِ ، اَوْ مِنْ مَالِ مَيِّتٍ عَلَيْهِ دَيْنٌ وَتَرَتَّبَ عَلَيْهِ ضَرَرٌ اَوْ نَحْوُ
ذَلِكَ.
Telah berkata Syeikh kita ar-Ramli: Antara perbuatan bid ah yang
mungkar jika dikerjakan ialah sebagaimana yang dijelaskan di dalam
kitab Ar-Raudah yaitu mengerjakan amalan yang disebut kaffarah
secara menghidangkan makanan agar dapat berkumpul di rumah si Mati
sama sebelum atau sesudah kematian, termasuk (bid ah yang mungkar)
penyembelihan untuk si Mati, malah yang demikian itu semuanya
haram terutama jika sekiranya dari harta yang masih
dipersengketakan walau sudah ditinggalkan oleh si Mati atau harta
yang masih dalam hutang (belum dilunas) atau seumpamanya .
Di dalam kitab (الفقه على المذاهب الاربعة) jld.1 hlm. 539, ada
dijelaskan bahawa:
وَمِنَ الْبِدَعِ الْمَكْرُوْهَةِ مَا يَفْعَلُ الآن مِنْ ذَبْحِ الذَّبَائِحَ عِنْدَ خُرُوْجِ الْمَيِّتِ اَوْ
عِنْدَ الْقَبْرِ وَاِعْدَادِ الطَّعَامِ مِمَّنْ يَجْتَمِعُ لِتَّعْزِيَةِ . Termasuk bid ah yang
dibenci ialah apa yang menjadi amalan orang sekarang, yaitu
menyembelih beberapa sembelihan ketika si Mati telah keluar dari
rumah (telah dikebumikan). Ada yang melakukan sehingga kekuburan
atau menyediakan makanan kepada sesiapa yang datang berkumpul
untuk takziyah .
Kenduri arwah pada hakikatnya lebih merupakan tradisi dan
kepercayaan untuk mengirim pahala bacaan fatihah atau
menghadiahkan pahala melalui pembacaan al-Quran terutamanya surah
yasin, zikir dan berdoa beramai-ramai yang ditujukan kepada arwah
si Mati. Mungkin persoalan ini dianggap isu yang remeh, perkara
furu^, masalah cabang atau ranting oleh sebahagian masyarakat awam
dan dilebih-lebihkan oleh kalangan mubtadi^ (مبتدع) “pembuat atau
aktivis bid^ah” sehingga amalan ini tidak dipersoalkam oleh
pengamalnya tentang haram dan larangana dari Imam Syafie
rahimahullah dan para ulama yang bermazhab Syafie.
Pada hakikatnya, amalan mengirim atau menghadiahkan pahala bacaan
seperti yang dinyatakan di atas adalah persoalan besar yang
melibatkan akidah dan ibadah. Wajib diketahui oleh setiap orang
yang beriman bahawa masalah akidah dan ibadah tidak boleh
dilakukan secara suka sesui dengan hwa nafsunya (tanpa ada hujjah
atau dalil dari Kitab Allah dan Sunnah RasulNya), tidak boleh
berdalilkan pada anggapan yang disangka baik lantaran ramainya
masyarakat yang melakukannya, kerana Allah Subhanahu wa-Ta^ala
telah memberi ancaman yang tegas kepada mereka yang suka bertaqlid
(meniru) perbuatan orang banyak yang tidak ada dalil atau
perintahnya dari syara sebagaimana firmanNya:
وَاِنْ تُطِعْ اَكْثَرَ مَنْ فِى اْلاَرْضِ يُضِلُّوْكَ عَنْ سَبِيْلِ اللهِ اِنْ يَّتَّبِعُوْنَ اِلاَّ الظَّنَّ وَاِنْ
هُمْ اِلاَّ يَخْرُصُوْنَ”Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang
di muka bumi ini, nescaya mereka akan menyesatkan diri kamu dari
jalan Allah. Mereka tidak lain hanya mengikuti persangkaan belaka
dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)”.
Al-An^am, 6:116.
Begitu juga sesuatu amalan yang diangap ibadah sama ada yang
dianggap wajib atau sunnah, maka ia tidak boleh ditentukan oleh
akal atau hawa nafsu, antara amalan tersebut ialah amalan kenduri
arwah (tahlilan atau yasinan) maka lantaran ramainya orang yang
mengamalkan dan adanya unsur-unsur agama dalam amalan tersebut
seperti bacaan al-Quran, zikir, doa dan sebagainya, maka kerananya
dengan mudah diangkat dan dikategorikan sebagai ibadah. Sedangkan
kita hanya dihalalkan mengikut dan mengamalkan apa yang
benar-benar telah disyariatkan oleh al-Quran dan as-Sunnah jika ia
dianggap sebagai ibadah sebagaimana firman Allah Azza wa-Jalla:
ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيْعَةٍ مِنَ اْلاَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلاَ تَتَّبِعْ اَهْوَاءَ الَّذِيْنَ لاَ
يَعْلَمُوْنَ . اَنَّهُمْ لَنْ يُّغْنُوْا عَنْكَ مِنَ اللهِ شَيْئًا”Kemudian Kami jadikan kamu
berada di atas suatu syariat (peraturan yang wajib ditaati) dalam
urusan (agamamu) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu
ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui (orang jahil).
Sesungguhnya mereka sekali-kali tidak akan dapat menolak diri kamu
sedikitpun dari siksaan Allah”.
Al-Jasiyah, 45:18-19.
Setiap amalan yang dianggap ibadah jika hanya berdalilkan kepada
dhonn mengikut perkiraan akal fikiran, perasaan, keinginan hawa
nafsu atau ramainya orang yang melakukan tanpa dirujuk terlebih
dahulu kepada al-Quran, as-Sunnah dan athar yang sahih untuk
dinilai haram atau halal, sunnah atau bid^ah, maka perbuatan
tersebut adalah suatu kesalahan (haram dan bid ah) menurut syara
sebagaimana yang dijelaskan oleh ayat di atas dan difatwakan oleh
Imam Syafie rahimahullah. Memandangkan polemik dan persoalan
kenduri arwah kerapkali ditimbulkan maka ia perlu ditangani dan
diselesaikan secara syarii (menurut hukum dari al-Quran dan
as-Sunnah) serta fatwa para ulama Ahli Sunnah wal-Jamaah dari
kalangan Salaf as-Soleh yang muktabar. Dalam membincangkan isu ini
pula, maka ana tumpukan kepada kalangan para ulama dari mazhab
Syafie kerana mereka yang bermazhab Syafie menyangka bahwa amalan
kenduri arwah, tahlilan, yasinan atau amalan mengirim pahala
adalah diajarkan oleh Imam Syafie dan para ulama yang berpegang
dengan mazhab Syafie.
Insya-Allah, mudah-mudahan tulisan ini bukan saja dapat menjawab
pertanyaan bagi mereka yang bertanya, malah akan sampai kepada
mereka yang mempersoalkan isu ini, termasuklah mereka yang masih
salah anggap tentang hukum sebenar kenduri arwah (tahlilan atau
yasinan) menurut Ahli Sunnah wal-Jamaah.
↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓
WIDAYAT Re:KENDURI ARWAH, TAHLILAN & YASINAN MENURUT ULAM – 2007/07/19
19:53 Assalamu^alaikum,
Semoga rahmat Allah selalu tercurah kepada kita yang sedang
mencari ilmu lewat dunia maya ini, terkhusus buat Habib Munzir dan
Keluarga berikut jama^ah MR,
Mas Abu Al-Jauzaa menulis:
Tolong riwayat-riwayat sampaikan pada Pak Habib. Barangkali beliau
melewatkannya. Atau malah belum pernah membacanya ?
Ana berprasangka baik,
Guru mulia al Habib Umar bin Hafidz, hafal kutubus shitah dengan
sanad dan matannya, jadi saya selain berprasangka baik dan
berandai-andai, sepertinya nggak mungkin kalau riwayat-riwayat
yang disebutkan oleh Mas Abu Al-Jauzaa itu terlewatkan untuk
disampaikan kepada murid2nya, dan salah seorang muridnya adalah
Habib Munzir.
Semuanya perlu proses dan pencarian dalil2 yang shahih, jadi belum
final,
Mungkin sikap yang perlu kita kedepankan adalah bersabar baik
untuk mas Abu Al-Jauzaa yang kelihatannya mewakili salafi/wahabi
dan tentunya Habib Munzir sendiri ada keterbatasan waktu untuk
membuka kitab2 besar untuk menjawab ini semua.
Mari kita lanjutkan diskusi atau tanya jawab ini dan kita jauhkan
sikap merasa paling benar, Ok.
Salam,
↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓
munzir Re:KENDURI ARWAH, TAHLILAN & YASINAN MENURUT ULAM – 2007/07/19
23:04 telah dijelaskan didalam Tuhfatul Ahmawdziy, bahwa dalam Al
Misykaat disebutkan dhamir dengan dhamir dhiafah, maka dalam hal
ini shohibul Misykaah mempunyai hujjah pula dalam riwayatnya,
tidak bisa kita menafikan hadits begitu saja dengan mengambil satu
riwayat dan menghapus yg lainnya.
—
Ijtima; ila ahlilamyyit
وأما صنعة الطعام من أهل الميت إذا كان للفقراء فلا بأس به لأن النبي
صلى الله عليه وسلم قبل دعوة المرأة التي مات زوجها كما في سنن أبي
داود وأما إذا كان للأغنياء والاضياف فمنوع ومكروه لحديث أحمد وابن
ماجة
Namun bila membuat makanan dari keluarga mayyit, bila untuk para
fuqara maka diperbolehkan, karena Nabi saw menerima undangan
wanita yg wafat suaminya sebagaimana diriwayatkan pada sunan Abi
dawud, namun bila untuk orang orang kaya dan perjamuan maka
terlarang dan Makruh sebagaimana hadits riwayat Ahmad dan Ibn
Majah.
(Syarh Sunan Ibn Majah Juz 1 hal 116)
فأما صنع أهل الميت طعاما للناس فمكروه لأن فيه زيادة على مصيبتهم
وشغلا لهم إلى شغلهم وتشبها بصنع أهل الجاهلية
Bila keluarga mayyit membuat makanan untuk orang maka makruh,
karena hal itu menambah atas musibah mereka dan menyibukkan, dan
meniru niru perbuatan jahiliyah.
(Almughniy Juz 2 hal 215)
(MAKRUH.. BUKAN HARAM)
Lalu shohibul Mughniy menjelaskan kemudian :
وإن دعت الحاجة إلى ذلك جاز فإنه ربما جاءهم من يحضر ميتهم من القرى
والأماكن البعيدة ويبيت عندهم ولا يمكنهم إلا أن يضيفوه
Bila mereka melakukannya karena ada sebab/hajat, maka hal itu
diperbolehkan, karena barangkali diantara yg hadir mayyit mereka
ada yg berdatangan dari pedesaan, dan tempat tempat yg jauh, dan
menginap dirumah mereka, maka tak bisa tidak terkecuali mereka
mesti dijamu
(Almughniy Juz 2 hal 215)
(DISINI HUKUMNYA BERUBAH MENJADI MUBAH KARENA ADA HAJAT, BUKAN
JAMUAN UNTUK MENGUNDANG ORANG BANYAK)
nah.. inilah kebodohan para wahabi, bagaimana ucapan Ghairu
Mustahibbah dan adalah Bid ah bisa dirubah jadi haram?, sedangkan
makna Mustahibbah adalah disukai untuk dilakukan dan disejajarkan
dg makna sunnah secara istilahi, yaitu yutsab ala fi lihi walaa yu
aqabu alaa tarkihi (diberi pahala bila dilakukan dan tidak
berdosa jika ditinggalkan),
didalam Ushul dijelaskan bahwa Mandub, hasan, annafl, sunnah,
Mustahab fiih (mustahibbah), Muragghab fiih, ini semua satu makna,
yaitu yutsab ala fi lihi walaa yu aqabu alaa tarkihi (diberi
pahala bila dilakukan dan tidak berdosa jika ditinggalkan).
Nah.. imam Nawawi mengatakan hal itu ghairu mustahibbah, yaitu
bukan hal yg bila dilakukan mendapat pahala dan bila ditinggalkan
tidak mendapat dosa, maka jatuhlah derajatnya antara mubah dan
makruh,
Imam Nawawi tidak mengucapkan haram, karena bila haram beliau tak
payah payah menaruh kata ghairu mustahibbah dlsb, beliau akan
berkata haram mutlaqan (haram secara mutlak), namun beliau tak
mengatakannya,
Dan mengenai kata Bid ah sebagaimana mereka menukil ucapan Imam
Nawawi, fahamilah bahwa Bid;ah menurut Imam Nawawi terbagi lima
bagian, yaitu wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram (rujuk syarh
nawawi ala shahih Muslim Juz 6 hal 164-165),
maka sebelum mengambil dan menggunting Ucapan Imam Nawawi, fahami
dulu apa maksud bid;ah dalam ta;rif Imam Nawawi, barulah bicara
fatwa Bid ah oleh Imam Nawawi,
bila Imam Nawawi menjelaskan bahwa dalam Bid ah itu ada yg Mubah
dan yg makruh, maka ucapan Bid ah Ghairu Mustahibbah bermakna
Bid;ah yg mubah atau yg makruh,
kecuali bila Imam Nawawi berkata Bid ah Muharramah (Bid ah yg
haram).
Namun kenyataannya Imam Nawawi tidak mengatakannya haram, maka
hukumnya antara Mubah dan makruh.
Untuk Ucapan Imam Ibn Hajar inipun jelas, beliau berkata Bid ah
Munkarah Makruhah, (Bid ah yg tercela yg makruh), karena Bid;ah
tercela itu tidak semuanya haram, sebagaimana masa kini sajadah yg
padanya terdapat hiasan hiasan warna warni membentuk pemandangan
atau istana istana dan burung burung misalnya, ini adalah Bid ah
munkarah yg makruh, tidak haram untuk memakainya shalat, tidak
batal shalat kita menggunakan sajadah semacam itu, namun Bid;ah
munkarah yg makruh, tidak haram,
Hukum darimana makruh dibilang haram, makruh sudah jelas makruh,
hukumnya yutsab ala tarkihi wala yu aqabu ala fi lihi (mendapat
pahala bila ditinggalkan dan tidak mendapat dosa bila dilakukan),
Dan yg dimakruhkan adalah menyiapkan makanan untuk mengundang
orang, beda dengan orang datang lalu shohibul bait menyuguhi.
Dijelaskan bahwa yg dimaksud adat jahiliyyah ini adalah membuat
jamuan besar, mereka menyembelih sapi atau kambing demi mengundang
tamu setelah ada kematian, ini makruh hukumnya, namun beda dengan
orang datang karena ingin menjenguk, lalu sohibulbait menyuguhi
ala kadarnya,
Bukan kebuli dan menyembelih kerbau, hanya besek sekedar hadiahan
dan sedekah.
Kini saya ulas dengan kesimpulan :
1. membuat jamuan untuk mengundang orang banyak hukumnya makruh,
walaupun ada yg mengatakan haram namun Jumhur Imam dan Muhadditsin
mengatakannya Makruh.
2. membuat jamuan dengan niat sedekah hukumnya sunnah, tidak
terkecuali ada kematian atau kelahiran atau apapun,
3. membuat jamuan dengan tujuan sedekah dan pahalanya untuk mayyit
hukumnya sunnah, sebagaimana riwayat Shahih Bukhari seorang wanita
mengatakan pada Nabi saw bahwa ibuku wafat, dan apakah ibuku
mendapat pahala bila aku bersedekah untuknya?, Rasul saw menjawab
: Betul (Shahih Bukhari hadits no.1322)
4. menghidangkan makanan seadanya untuk tamu yg datang saat
kematian adalah hal yg mubah, bukan makruh, misalnya sekedar the
pahit, atau kopi sederhana.
5. Sunnah Muakkadah bagi masyarakat dan keluarga tidak datang
begitu saja dg tangan kosong, namun bawalah sesuatu, berupa buah,
atau uang, atau makanan.
6. makan makanan yg dihidangkan oleh mereka tidak haram, karena
tak ada yg mengharamkannya, bahkan sebagaimana dalam Syarh Sunan
Ibn Majah dijelaskan hal itu pernah dilakukan oleh Rasul saw,
[/size][size=3]
Forum silahturahmi jama^ah Majelis Rasulullah, klik disini http://
groups.yahoo.com/group/majelisrasulullah
Peduli Perjuangan Majelis Rasulullah saw
No rekening Majelis Rasulullah saw:
Bank Syariah Mandiri
Atas nama : MUNZIR ALMUSAWA
No rek : 061-7121-494
↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓
munzir Re:KENDURI ARWAH, TAHLILAN & YASINAN MENURUT – 2007/07/19 23:32
mengenai fatwa Imam Syafii didalam kitab I^anatutthaalibin itu
wahai saudaraku, yg diharamkan adalah Ittikhadzuddhiyafah,
(mengadakan jamuan besar), sebagaimana dijelaskan oleh tulisan
anda sendiri dari ucapan itu karena hal itu “Syara^a lissurur”,
yaitu jamuan makan untuk kegembiraan, bukan untuk kematian,
nah.. adat orang jahiliyah masa lalu mereka menjamu tamu tamu dg
jamuan besar bila ada yg mati diantara mereka, ada yg menyembelih
kerbau, ada yg menyembelih kambing, ada yg menyembelih kerbau
diatas kuburan si mayyit.
hal semacam itu yg diharamkan oleh Imam Syafii, dan Imam Syafii
mengatakan makruh apabila keluarga duka membuat hidangan2, (bukan
haram),
yg diharamkan oleh Imam Syafii adalah menyembelih kerbau dan
perayaan setelah kematian hingga 40 hari.
sebagaimana dijelaskan didalam Almughniy dalam penjelasan saya yg
terdahulu, bila ia menyiapkan makanan untuk tam yg datang dari
jauh, maka hal itu tentunya diperbolehkan,
kesimpulannya, selama hal itu berupa suguhan suguhan ala kadarnya,
sekedar kopi dan teh, maka hal itu mubah, dan bila menjadi jamuan
makan maka hukumnya makruh, bila dibikin pesta maka hukumnya
haram.
namun bila diniatkan untuk sedekah, walau menyembelih seribu ekor
kerbau selama 40 hari 40 malam atau menyembelih 1.000 ekor kambing
selama 100 hari atau bahkan tiap hari sekalipun, hal itu tidak ada
larangannya, bahkan mendapat pahala.
wahabi ini barangkali pelit saja, saya lebih suka orang yg
kematian itu bersedekah, pahalanya untuk mayyit, itu mestinya yg
diangkat ke permukaan ummat,
umumkan dan buat selebaran dan bagikan ke barat dan timur, bagi
mereka yg mau bikin kenduri kematian silahkan buat sebanyak
banyaknya makanan, tapi niatkan untuk sedekah dan pahalanya untuk
mayyit..!, dan setiap tetangga keluarga yg kematian, disarankan
mengumpulkan sedekah atau uang untuk keluarga mayyit..!
nah.. itu kan lebih baik, daripada nakal nukil gunting tambal
ucapan para imam dan mereka sendiri tidak memanut syafii.
kok anti amat sih pada orang berdzikir, masih untung mereka kumpul
dzikir, saya sangat mendukung upacara tahlil 3 hari, 7 hari, 40
hari, kalau perlu setiap hari bagi keluarga mayyit, karena disitu
ajang dakwah, banyak teman teman mayyit yg tobat,
mereka para narkoba, atau koruptor, atau preman, atau kelompok
gelap lainnya, bila hadir di acara tahlilan kematian temannya
kulihat mereka nunduk, ada yg menangis, ada yg menyesal, ada yg
tobat,
demi Allah berkali kali saya hadir di rumah duka tempat pemuda yg
mati sebab narkotika, saya datang dan pastilah teman2nya hadir,
maka sudah bisa dipastikan ada beberapa orang temannya yg tobat,
mereka gentar melihat temannya sudah dihadiahi surat yaasin,
mereka risau mati seperti itu, mereka ingat kematian,
duh.. sungguh hal seperti ini mesti dimakmurkan..
bukan dimusnahkan, naudzubillah dari dangkalnya pemahaman tentang
maslahat muslimin..
↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓
Moethoy Re:KENDURI ARWAH, TAHLILAN & YASINAN MENURUT – 2007/07/24 23:47
Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,
Limpahan kebahagiaan dan kasih sayang Nya swt semoga selalu
tercurah pada habibiy dan jama^ah MR semuanya.
Saya kira, penjelasan Habibiy sudah sangat jelas sekali (itnab)
bagi yg hatinya mao menerima kebenaran. Tapi bg yg belom, ente
harus banyak istigfar, luruskan niat dan msk islam dulu kalo
belom, he3. Soalnye dari caranye penggal kitab2 klasik, gak beda
dgn missionaris yg bs nyuplik tp gak betul kalo disuruh baca…..
truz kalo salah, siape dong yg benerin, wong die gak punya guru
ngaji……
Orang yg model gini (gak berguru) dalam islam gak direken (gak
dihitung) ilmunya. wujuduhu kal adami.
Sudah lama sy ngak nongol di MR. Mohon maaf yang tulus pada
Habibiy. Ternyata MR semakin maju, berkembang dan dikenal semua
lapisan masyarakat. Wassalamu^alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓
munzir Re:KENDURI ARWAH, TAHLILAN & YASINAN MENURUT – 2007/07/26 10:35
iya nih.. antum ngga ada jadi rame mereka.. he..he..he
posisi saya di pulau Bengkalis, mohon doa
Forum silahturahmi jama^ah Majelis Rasulullah, klik disini http://
groups.yahoo.com/group/majelisrasulullah
Peduli Perjuangan Majelis Rasulullah saw
No rekening Majelis Rasulullah saw:
Bank Syariah Mandiri
Atas nama : MUNZIR ALMUSAWA
No rek : 061-7121-494
↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓
AlMuntazar MENGIRIM PAHALA DAN BACA^AN KEPADA MAYIT ? – 2007/09/16 12:06
Assalamualaikum Ya Sayyidi,
Acara Tahlil adalah acara yang banyak dilaksanakan oleh kaum Ahlu
Sunnah di Indonesia, yang diniatkan pahalanya di hadiakan kepada
Si Mayit. Yang Menjadi Pertanyaan Saya :
1. Bid”ah kah acara tersebut ?
2. Bisa sampaikah pahala yang di kirimkan (Adakah Riwayat atauy
Hadist yang menjadi
rujukan) ?
Wassalam,
↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓
munzir Re:MENGIRIM PAHALA DAN BACA^AN KEPADA MAYIT ? – 2007/09/17 12:52
saudaraku yg kumuliakan,
tampaknya penjelasan diatas telah jelas dan gamblang, anda dapat
mengkajinya.
wallahu a^lam
Forum silahturahmi jama^ah Majelis Rasulullah, klik disini http://
groups.yahoo.com/group/majelisrasulullah
Peduli Perjuangan Majelis Rasulullah saw
No rekening Majelis Rasulullah saw:
Bank Syariah Mandiri
Atas nama : MUNZIR ALMUSAWA
No rek : 061-7121-494
↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓
AlMuntazar Re:MENGIRIM PAHALA DAN BACA^AN KEPADA MAYIT ? – 2007/09/18 11:25
Assalamualaikum Ya Sayyidi,
Ana membaca tulisan-tulisan diatas hanya menjelaskan tentang acara
KENDURI ARWAH, TAHLILAN & YASINAN MENURUT ULAMA namun tidak
menjelaskan satupun mengenai sampai tidaknya pahala yang di
kirimkan kepada si Mayit dari bacaan yang dibaca pada acara
tersebut .
Wassalam,
↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓
munzir Re:MENGIRIM PAHALA DAN BACA^AN KEPADA MAYIT ? – 2007/09/18 16:30
Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,
Rahmat dan kesucian hari hari ramadhan semoga selalu menerangi
hari hari anda,
saudaraku yg kumuliakan, maaf kalau saya tak memperjelas, sungguh
pembahasan ini telah saya jelaskan di forum ini dg sejelas
jelasnya, ucapan diatas adalah memperjelas masalah tahlilan yg
telah saya ulas di artikel di halaman depan, dan diatas telah
disebutkan bahwa hadits hadits shahih telah memperjelas sampainya
pengiriman amal, sedekah, dan para ulama telah sepakat sampainya
doa doa, dan tahlilan itu adalah doa.
namun jika anda perlu penjelasan lebih gamblang, maka saya
tampilkan jawaban saya sebelumnya di website ini sebelum tanya
jawab diatas.
saudaraku yg kumuliakan,
Pada hakikatnya majelis tahlil atau tahlilan adalah hanya nama
atau sebutan untuk sebuah acara di dalam berdzikir dan berdoa atau
bermunajat bersama. Yaitu berkumpulnya sejumlah orang untuk berdoa
atau bermunajat kepada Allah SWT dengan cara membaca
kalimat-kalimat thayyibah seperti tahmid, takbir, tahlil, tasbih,
Asma ul husna, shalawat dan lain-lain.
Maka sangat jelas bahwa majelis tahlil sama dengan majelis dzikir,
hanya istilah atau namanya saja yang berbeda namun hakikatnya
sama. Lalu bagaimana hukumnya mengadakan acara tahlilan atau
dzikir dan berdoa bersama yang berkaitan dengan acara kematian
untuk mendoakan dan memberikan hadiah pahala kepada orang yang
telah meninggal dunia ? Dan apakah hal itu bermanfaat atau
tersampaikan bagi si mayyit ?
Menghadiahkan Fatihah, atau Yaasiin, atau dzikir, Tahlil, atau
shadaqah, atau Qadha puasanya dan lain lain, itu semua sampai
kepada Mayyit, dengan Nash yg Jelas dalam Shahih Muslim hadits
no.1149, bahwa seorang wanita bersedekah untuk Ibunya yg telah
wafat dan diperbolehkan oleh Rasul saw , dan adapula riwayat
Shahihain Bukhari dan Muslim bahwa seorang sahabat menghajikan
untuk Ibunya yg telah wafat , dan Rasulullah SAW pun menghadiahkan
Sembelihan Beliau SAW saat Idul Adha untuk dirinya dan untuk
ummatnya, Wahai Allah terimalah sembelihan ini dari Muhammad dan
keluarga Muhammad dan dari Ummat Muhammad (Shahih Muslim hadits
no.1967).
dan hal ini (pengiriman amal untuk mayyit itu sampai kepada
mayyit) merupakan Jumhur (kesepakatan) Ulama seluruh madzhab dan
tak ada yg memungkirinya apalagi mengharamkannya, dan perselisihan
pendapat hanya terdapat pada madzhab Imam Syafi i, bila si pembaca
tak mengucapkan lafadz : Kuhadiahkan , atau wahai Allah
kuhadiahkan sedekah ini, atau dzikir ini, atau ayat ini.. , bila
hal ini tidak disebutkan maka sebagian Ulama Syafi iy mengatakan
pahalanya tak sampai.
Jadi tak satupun ulama ikhtilaf dalam sampai atau tidaknya
pengiriman amal untuk mayiit, tapi berikhtilaf adalah pd
Lafadznya. Demikian pula Ibn Taimiyyah yg menyebutkan 21 hujjah
(dua puluh satu dalil) tentang Intifa min amalilghair (mendapat
manfaat dari amal selainnya). Mengenai ayat : “DAN TIADALAH BAGI
SESEORANG KECUALI APA YG DIPERBUATNYA, maka Ibn Abbas ra
menyatakan bahwa ayat ini telah mansukh dg ayat DAN ORAN ORANG YG
BERIMAN YG DIIKUTI KETURUNAN MEREKA DENGAN KEIMANAN ,
Mengenai hadits yg mengatakan bahwa bila wafat keturunan adam,
maka terputuslah amalnya terkecuali 3 (tiga), shadaqah Jariyah,
Ilmu yg bermanfaat, dan anaknya yg berdoa untuknya, maka orang
orang lain yg mengirim amal, dzikir dll untuknya ini jelas jelas
bukanlah amal perbuatan si mayyit, karena Rasulullah SAW
menjelaskan terputusnya amal si mayyit, bukan amal orang lain yg
dihadiahkan untuk si mayyit, dan juga sebagai hujjah bahwa Allah
memerintahkan di dalam Al Qur^an untuk mendoakan orang yg telah
wafat : “WAHAI TUHAN KAMI AMPUNILAH DOSA-DOSA KAMI DAN BAGI
SAUDARA-SAUDARA KAMI YG MENDAHULUI KAMI DALAM KEIMANAN”, (QS Al
Hasyr-10).
Mengenai rangkuman tahlilan itu, tak satupun Ulama dan Imam Imam
yg memungkirinya, siapa pula yg memungkiri muslimin berkumpul dan
berdzikir?, hanya syaitan yg tak suka dengan dzikir.
Didalam acara Tahlil itu terdapat ucapan Laa ilaah illallah,
tasbih, shalawat, ayat qur an, dirangkai sedemikian rupa dalam
satu paket dg tujuan agar semua orang awam bisa mengikutinya
dengan mudah, ini sama saja dengan merangkum Al Qur an dalam
disket atau CD, lalu ditambah pula bila ingin ayat Fulani,
silahkan Klik awal ayat, bila anda ingin ayat azab, klik a, ayat
rahmat klik b, maka ini semua dibuat buat untuk mempermudah
muslimin terutama yg awam.
Atau dikumpulkannya hadits Bukhari, Muslim, dan Kutubussittah,
Alqur an dengan Tafsir Baghawi, Jalalain dan Ilmu Musthalah, Nahwu
dll, dalam sebuah CD atau disket, atau sekumpulan kitab,
bila mereka melarangnya maka mana dalilnya ?,
munculkan satu dalil yg mengharamkan acara Tahlil?, (acara
berkumpulnya muslimin untuk mendoakan yg wafat) tidak di Al Qur
an, tidak pula di Hadits, tidak pula di Qaul Sahabat, tidak pula
di kalam Imamulmadzahib, hanya mereka saja yg mengada ada dari
kesempitan pemahamannya.
Mengenai 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1000 hari, atau bahkan
tiap hari, tak ada dalil yg melarangnya, itu adalah Bid ah hasanah
yg sudah diperbolehkan oleh Rasulullah saw, justru kita perlu
bertanya, ajaran muslimkah mereka yg melarang orang mengucapkan
Laa ilaaha illallah?, siapa yg alergi dengan suara Laa ilaaha
illallah kalau bukan Iblis dan pengikutnya ?, siapa yg membatasi
orang mengucapkan Laa ilaaha illallah?, muslimkah?, semoga Allah
memberi hidayah pada muslimin, tak ada larangan untuk menyebut Laa
ilaaha illallah, tak pula ada larangan untuk melarang yg berdzikir
pada hari ke 40, hari ke 100 atau kapanpun, pelarangan atas hal
ini adalah kemungkaran yg nyata.
Bila hal ini dikatakan merupakan adat orang hindu, maka bagaimana
dengan computer, handphone, mikrofon, dan lainnya yg merupakan
adat orang kafir, bahkan mimbar yg ada di masjid masjid pun adalah
adat istiadat gereja, namun selama hal itu bermanfaat dan tak
melanggar syariah maka boleh boleh saja mengikutinya, sebagaimana
Rasul saw meniru adat yahudi yg berpuasa pada hari 10 muharram,
(shahih Bukhari) bahwa Rasul saw menemukan orang yahudi puasa
dihari 10 muharram karena mereka tasyakkur atas selamatnya Musa
as, dan Rasul saw bersabda : Kami lebih berhak dari kalian atas
Musa as, lalu beliau saw memerintahkan muslimin agar berpuasa pula
(HR Shahih Bukhari hadits no.3726, 3727)
Kita bisa melihat bagaimana para Huffadh dan para Imam imam
mengirim hadiah pd Rasul saw :
Berkata Imam Alhafidh Al Muhaddits Ali bin Almuwaffiq
rahimahullah : aku 60 kali melaksanakan haji dengan berjalan
kaki, dan kuhadiahkan pahala dari itu 30 haji untuk Rasulullah saw
.
Berkata Al Imam Alhafidh Al Muhaddits Abul Abbas Muhammad bin
Ishaq Atssaqafiy Assiraaj : aku mengikuti Ali bin Almuwaffiq, aku
lakukan 7X haji yg pahalanya untuk Rasulullah saw dan aku
menyembelih Qurban 12.000 ekor untuk Rasulullah saw, dan aku
khatamkan 12.000 kali khatam Alqur an untuk Rasulullah saw, dan
kujadikan seluruh amalku untuk Rasulullah saw, ia adalah murid
dari Imam Bukhari rahimahullah, dan ia memiliki 70 ribu masalah yg
dijawab oleh Imam Malik, beliau lahir pada 218 H dan wafat pada
313H
Berkata Al Imam Al Hafidh Abu Ishaq Almuzakkiy, aku mengikuti
Abul Abbas dan aku haji pula 7X untuk rasulullah saw, dan aku
mengkhatamkan Alqur an 700 kali khatam untuk Rasulullah saw.
(Tarikh Baghdad Juz 12 hal 111).
demikian saudaraku yg kumuliakan,
Walillahittaufiq
Forum silahturahmi jama^ah Majelis Rasulullah, klik disini http://
groups.yahoo.com/group/majelisrasulullah
Peduli Perjuangan Majelis Rasulullah saw
No rekening Majelis Rasulullah saw:
Bank Syariah Mandiri
Atas nama : MUNZIR ALMUSAWA
No rek : 061-7121-494
↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓
AlMuntazar Re:MENGIRIM PAHALA DAN BACA^AN KEPADA MAYIT ? – 2007/09/19 11:59
Assalamualaikum Ya Sayyidi,
Ada beberapa hal lagi yang menjadi ganjalan.
1. Imam Nawawi dalam Kitabnya SYARAH MUSLIM ( JUZ 1 HAL.90) dan
Kitab TAKLIMATUL MAJMU^ (JUZ 10 HAL 426) Membantah bahwa Pahala
Baca^an dan Sholat yang Digantikan bagi si mayit tidak akan sampai
kepada si mayit. Kalo tidak salah Imam Nawawi ini bermazhab
Syafi^i (Koreksi jika Ana salah).
2. Al Haitami dalam Kitabnya AL FATAWA AL KUBRA AL FIGHIYAH ( JUZ
2 HAL 9 )
3. Imam Muzani dalam Hamisy AL UM, AS SYAFI^I ( JUZ 7 HAL 269)
4. Imam Al Khazin dalam tafsirnya Al Khazin , AL JAMAL (JUZ 4
HAL.236), lebih jelas mengatakan :
” DAN YANG MASYHUR DALAM MAZHAB SYAFI^I BAHWA BACA^AN QUR^AN (YANG
PAHALANYA DI KIRIMKAN KEPADA MAYIT) ADALAH
TIDAK DAPAT SAMPAI KEPADA MAYIT YANG DIKIRIMI”
Dan masih ada beberapa kitab ulama AHLU SUNNAH yang menjelaskan
kurang lebih sama dengan yang ada di atas.
Dari pengamatan Ana, kalau di lihat betul dari beberapa literatur
Kaum AHLU SUNNAHNYA PARA ALAWIYIN dan Syia^h, bahwa Tradisi Kaum
AHLU SUNNAHNYA PARA ALAWIYIN (HABAIB) lebih banyak kemiripannya
dengan tradisi kaum Syi^ah ( Cuman DI SYI^AH SAHABAT YANG DIANGGAP
MURSAL DI BUANG/ DICORET DARI DAFTAR MEREKA ) dari pada dengan
MEREKA yang ada di ke 4 mazhab SUNI.
WASSALAM,
↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓
munzir Re:MENGIRIM PAHALA DAN BACA^AN KEPADA MAYIT ? – 2007/09/19 13:17
saudaraku yg kumuliakan, saran saya anda belajarlah dengan guru yg
mempunyai sanad yg jelas, mengutip dari sana sini merupakan hal yg
menyesatkan,
anda berbicara dengan menukil ucapan orang wahabi, saya ragu anda
membaca buku buku itu sendiri, anda hanya mengambil saja dan
barangkali anda belum pernah melihat buku buku itu, kami mengenal
siapa Imam Nawawi, kami mempunyai sanad kepada Imam Nawawi, kami
mengenal Imam syafii dan kami mempunyai sanad kepada Imam syafii,
demikian pula pada Imam Bukhari, Imam Muslim, dan juga Imam Imam
Muhaddistin lainnya, kami mempunyai sanad yg bersambung kepada
mereka, kami tidak menukil dan meraba raba dengan buku buku
terjemah,
pertanyaan anda sudah pernah saya jawab di web ini,
pertanyaan dari wahabi, anda jangan tersinggung dg jawaban dibawah
ini karena merupakan nukilan ulang dari jawaban saya yg lalu : dan
saya jawab sbgbr :
3 hal yg akan saya jawab dari ucapan mereka ini,
dan perlu saya jelaskan bahwa mereka ini adalah bodoh dan tak
memahami syariah atau memang sengaja menyembunyikan makna, atau
kedua duanya, licik bagaikan missionaris nasrani dan ingin
membalikkan makna sekaligus bodoh pula dalam syariah.
1. Ucapan Imam Nawawi dalam Syarah Nawawi Ala shahih Muslim Juz 1
hal 90 menjelaskan :
من أراد بر والديه فليتصدق عنهما فان الصدقة تصل الى الميت وينتفع
بها بلا خلاف بين المسلمين وهذا هو الصواب وأما ما حكاه أقضى القضاة
أبو الحسن الماوردى البصرى الفقيه
الشافعى فى كتابه الحاوى عن بعض أصحاب الكلام من أن الميت لا يلحقه
بعد موته ثواب فهو مذهب باطل قطعيا وخطأ بين مخالف لنصوص الكتاب
والسنة واجماع الامة فلا التفات اليه ولا تعريج عليه وأما الصلاة
والصوم فمذهب الشافعى وجماهير العلماء أنه لا يصل ثوابها الى الميت
الا اذا كان الصوم واجبا على الميت فقضاه عنه وليه أو من أذن له
الولي فان فيه قولين للشافعى أشهرهما عنه أنه لا يصلح وأصحهما ثم
محققى متأخرى أصحابه أنه يصح وستأتى المسألة فى كتاب الصيام ان شاء
الله تعالى وأما قراءة القرآن فالمشهور من مذهب الشافعى أنه لا يصل
ثوابها الى الميت وقال بعض أصحابه يصل ثوابها الى الميت وذهب جماعات
من العلماء الى أنه يصل الى الميت ثواب جميع العبادات من الصلاة
والصوم والقراءة وغير ذلك وفى صحيح البخارى فى باب من مات وعليه نذر
أن ابن عمر أمر من ماتت أمها وعليها صلاة أن تصلى عنها وحكى صاحب
الحاوى عن عطاء بن أبى رباح واسحاق بن راهويه أنهما قالا بجواز
الصلاة عن الميت وقال الشيخ أبو سعد عبد الله بن محمد بن هبة الله بن
أبى عصرون من أصحابنا المتأخرين فى كتابه الانتصار الى اختيار هذا
وقال الامام أبو محمد البغوى من أصحابنا فى كتابه التهذيب لا يبعد أن
يطعم عن كل صلاة مد من طعام وكل هذه إذنه كمال ودليلهم القياس على
الدعاء والصدقة والحج فانها تصل بالاجماع ودليل الشافعى وموافقيه قول
الله تعالى وأن ليس للانسان الا ما سعى وقول النبى صلى الله عليه
وسلم اذا مات ابن آدم انقطع عمله الا من ثلاث صدقة جارية أو علم
ينتفع به أو ولد صالح يدعو له
Barangsiapa yg ingin berbakti pada ayah ibunya maka ia boleh
bersedekah atas nama mereka (kirim amal sedekah untuk mereka), dan
sungguh pahala shadaqah itu sampai pada mayyit dan akan membawa
manfaat atasnya tanpa ada ikhtilaf diantara muslimin, inilah
pendapat terbaik, mengenai apa apa yg diceritakan pimpinan Qadhiy
Abul Hasan Almawardiy Albashriy Alfaqiihi Assyafii mengenai ucapan
beberapa Ahli Bicara (semacam wahabiy yg hanya bisa bicara tanpa
ilmu) bahwa mayyit setelah wafatnya tak bisa menerima pahala, maka
pemahaman ini Batil secara jelas dan kesalahan yg diperbuat oleh
mereka yg mengingkari nash nash dari Alqur an dan Alhadits dan
Ijma ummat ini, maka tak perlu ditolelir dan tak perlu
diperdulikan.
Namun mengenai pengiriman pahala shalat dan puasa, maka madzhab
Syafii dan sebagian ulama mengatakannya tidak sampai kecuali
shalat dan puasa yg wajib bagi mayyit, maka boleh di Qadha oleh
wali nya atau orang lain yg diizinkan oleh walinya, maka dalam hal
ini ada dua pendapat dalam Madzhab Syafii, yg lebih masyhur hal
ini tak bisa, namun pendapat kedua yg lebih shahih mengatakan hal
itu bisa, dan akan kuperjelas nanti di Bab Puasa Insya Allah Ta
ala.
Mengenai pahala Alqur an menurut pendapat yg masyhur dalam madzhab
Syafii bahwa tak sampai pada mayyit, namun adapula pendapat dari
kelompok Syafii yg mengatakannya sampai, dan sekelompok besar
ulama mengambil pendapat bahwa sampainya pahala semua macam
ibadah, berupa shalat, puasa, bacaan Alqur an, ibadah dan yg
lainnya, sebagaimana diriwayatkan dalam shahih Bukhari pada Bab :
Barangsiapa yg wafat dan atasnya nadzar bahwa Ibn Umar
memerintahkan seorang wanita yg wafat ibunya yg masih punya hutang
shalat agar wanita itu membayar(meng qadha) shalatnya, dan
dihikayatkan oleh Penulis kitab Al Hawiy, bahwa Atha bin Abi Ribah
dan Ishaq bin Rahawayh bahwa mereka berdua mengatakan bolehnya
shalat dikirim untuk mayyit,
telah berkata Syeikh Abu Sa ad Abdullah bin Muhammad bin
Hibatullah bin Abi Ishruun dari kalangan kita (berkata Imam nawawi
dengan ucapan : kalangan kita maksudnya dari madzhab syafii) yg
muta akhir (dimasa Imam Nawawi) dalam kitabnya Al Intishar ilaa
Ikhtiyar bahwa hal ini seperti ini. (sebagaimana pembahasan
diatas), berkata Imam Abu Muhammad Al Baghawiy dari kalangan kita
dalam kitabnya At Tahdzib : Tidak jauh bagi mereka untuk memberi
satu Mudd untuk membayar satu shalat (shalat mayyit yg tertinggal)
dan ini semua izinnya sempurna, dan dalil mereka adalah Qiyas atas
Doa dan sedekah dan haji (sebagaimana riwayat hadist2 shahih)
bahwa itu semua sampai dengan pendapat yg sepakat para ulama.
Dan dalil Imam syafii adalah bahwa firman Allah : dan tiadalah
bagi setiap manusia kecuali amal perbuatannya sendiri dan sabda
Nabi saw : Bila wafat keturunan adam maka terputus seluruh
amalnya kecuali tiga, shadaqah Jariyah, atau ilmu yg bermanfaat,
atau anak shalih yg mendoakannya . (Syarh Nawawi Ala Shahih Muslim
Juz 1 hal 90)
Maka jelaslah sudah bahwa Imam Nawawi menjelaskan dalam hal ini
ada dua pendapat, dan yg lebih masyhur adalah yg mengatakan tak
sampai, namun yg lebih shahih mengatakannya sampai,
tentunya kita mesti memilih yg lebih shahih, bukan yg lebih
masyhur, Imam nawawi menjelaskan bahwa yg shahih adalah yg
mengatakan sampai, walaupun yg masyhur mengatakan tak sampai,
berarti yg masyhur itu dhoif, dan yg shahih adalah yg mengatakan
sampai.
maka dari kesimpulannya Imam Nawawi menukil bahwa sebagian ulama
syafii mengatakan semua pengiriman amal sampai.
Inilah liciknya orang orang wahabi, mereka bersiasat dengan
gunting tambah , mereka menggunting gunting ucapan para imam lalu
ditampilkan di web web, inilah bukti kelicikan mereka,
Saya akan buktikan kelicikan mereka :
2. Ucapan Imam Ibn katsir :
وأن ليس للإنسان إلا ما سعى أي كما لا يحمل عليه وزر غيره كذلك لا
يحصل من الأجر إلا ما كسب هو لنفسه ومن هذه الآية الكريمة استنبط
الشافعي رحمه الله ومن اتبعه أن القراءة لا يصل إهداء ثوابها إلى
الموتى لأنه ليس من عملهم ولا كسبهم ولهذا لم يندب إليه رسول الله
صلى الله عليه وسلم أمته ولا حثهم عليه ولا أرشدهم إليه بنص ولا
إيماءة ولم ينقل ذلك عن أحد من الصحابة رضي الله عنه ولو كان خيرا
لسبقونا إليه وباب القربات يقتصر فيه على النصوص ولا يتصرف فيه
بأنواع الأقيسة والآراء فأما الدعاء والصدقة فذاك مجمع على وصولهما
ومنصوص من الشارع عليهما
Yakni sebagaimana dosa seseorang tidak dapat menimpa kepada
orang lain, demikian juga manusia tidak dapat memperoleh pahala
melainkan dari hasil amalanya sendiri, dan dari ayat yang mulin
ini (ayat 39,Surah An-Najm) Imam Syaf i dan Ulama-ulama yang
mengikutinya mengambil kesimpulan, bahwa bacaan yang pahalanya
dikirimkan kepada mayit adalah tidak sampai, karena bukan dari
hasil usahanya sendiri. Oleh karena itu Rosulullah shallallahu
^alayhi wa sallam tidak pernah menganjurkan umatnya untuk
mengamalkan (pengiriman pahala melalui bacaan), dan tidak pernah
memberikan bimbingan baik dengan nash maupun isyarat, dan tidak
ada seorangpun (shahabat) yang mengamalkan perbuatan tersebut,
jika amalan itu baik, tentu mereka lebih dahulu mengamalkanya,
padalah amalan untuk mendekatkan diri kepada Allah ta ala hanya
terbatas yang ada nash-nashnya dalam al-Qur an dan as-Sunnah, dan
tidak boleh dipalingkan dengan qiyas-qiyas dan pendapat-pendapat
Mereka memutusnya sampai disini, demikian kelicikan mereka,
padahal kelanjutannya adalah :
Namun mengenai doa dan sedekah maka hal itu sudah sepakat seluruh
ulama atas sampainya, dan telah ada Nash nash yg jelas dari
syariah yg menjelaskan keduanya (Tafsir Imam Ibn Katsir juz 4 hal
259).
nah. telah jelas bahwa tahlilan itu adalah doa, dan semua
pengiriman amal itu dengan doa : “wahai Allah, sampaikanlah apa yg
kami baca, dari…. dst, hadiah yg sampai, dan rahmat yg turun,
dan keberkahan yg sempurna, kehadirat…..”
bukankah ini doa?, maka Imam Ibn Katsir telah menjelaskan mengenai
doa dan sedekah maka tak ada yg memungkirinya.
Lalu berkata pula Imam Nawawi :
أن الصدقة عن الميت تنفع الميت ويصله ثوابها وهو كذلك باجماع العلماء
وكذا أجمعوا على وصول الدعاء وقضاء الدين بالنصوص الواردة في الجميع
ويصح الحج عن الميت اذا كان حج الاسلام وكذا اذا وصى بحج التطوع على
الأصح عندنا واختلف العلماء في الصوم اذا مات وعليه صوم فالراجح
جوازه عنه للأحاديث الصحيحة فيه والمشهور في مذهبنا أن قراءة القرآن
لا يصله ثوابها وقال جماعة من أصحابنا يصله ثوابها وبه قال أحمد بن
حنبل
Sungguh sedekah untuk dikirimkan pada mayyit akan membawa manfaat
bagi mayyit dan akan disampaikan padanya pahalanya, demikian ini
pula menurut Ijma (sepakat) para ulama, demikian pula mereka telah
sepakat atas sampainya doa doa, dan pembayaran hutang (untuk
mayyit) dengan nash2 yg teriwayatkan masing masing, dan sah pula
haji untuk mayyit bila haji muslim,
demikian pula bila ia berwasiat untuk dihajikan dengan haji yg
sunnah, demikian pendapat yg lebih shahih dalam madzhab kita
(Syafii), namun berbeda pendapat para ulama mengenai puasa, dan yg
lebih benar adalah yg membolehkannya sebagaimana hadits hadits
shahih yg menjelaskannya,
dan yg masyhur dikalangan madzhab kita bahwa bacaan Alqur an tidak
sampai pada mayyit pahalanya, namun telah berpendapat sebagian
dari ulama madzhab kita bahwa sampai pahalanya, dan Imam Ahmad bin
Hanbal berpegang pada yg membolehkannya (Syarh Imam Nawawi ala
shahih Muslim Juz 7 hal 90)
Dan dijelaskan pula dalam Almughniy :
ولا بأس بالقراءة ثم القبر وقد روي عن أحمد أنه قال إذا دخلتم
المقابر اقرؤوا آية الكرسي وثلاث مرار قل هو الله أحد الإخلاص ثم قال
اللهم إن فضله لأهل المقابر وروي عنه أنه قال القراءة ثم القبر بدعة
وروي ذلك عن هشيم قال أبو بكر نقل ذلك عن أحمد جماعة ثم رجع رجوعا
أبان به عن نفسه فروى جماعة أن أحمد نهى ضريرا أن يقرأ ثم القبر وقال
له إن القراءة ثم القبر بدعة فقال له محمد بن قدامة الجوهري يا أبا
عبد الله ما تقول في مبشر فلهذا قال ثقة قال فأخبرني مبشر عن أبيه
أنه أوصى إذا دفن يقرأ عنده بفاتحة البقرة وخاتمتها وقال سمعت ابن
عمر يوصي بذلك قال أحمد بن حنبل فارجع فقل للرجل يقرأ
Tidak ada larangannya membaca Alqur an dikuburan , dan telah
diriwayatkan dari Ahmad bahwa bila kalian masuk pekuburan bacalah
ayat alkursiy, lalu Al Ikhlas 3X, lalu katakanlah : Wahai Allah,
sungguh pahalanya untuk ahli kubur .
Dan diriwayatkan pula bahwa bacaan Alqur an di kuburan adalah Bid
ah, dan hal itu adalah ucapan Imam Ahmad bin hanbal, lalu muncul
riwayat lain bahwa Imam Ahmad melarang keras hal itu, maka
berkatalah padanya Muhammad bin Qudaamah : Wahai Abu Abdillah
(nama panggilan Imam Ahmad), apa pendapatmu tentang Mubasyir
(seorang perawi hadits), Imam Ahmad menjawab : Ia Tsiqah (kuat dan
terpercaya riwayatnya), maka berkata Muhammad bin Qudaamah sungguh
Mubasyir telah meriwayatkan padaku dari ayahnya bahwa bila wafat
agar dibacakan awal surat Baqarah dan penutupnya, dan bahwa Ibn
Umar berwasiat demikian pula! , maka berkata Imam Ahmad : :
katakana pada orang yg tadi kularang membaca ALqur an dikuburan
agar ia terus membacanya lagi.. . (Al Mughniy Juz 2 hal : 225)
Dan dikatakan dalam Syarh AL Kanz :
وقال في شرح الكنز إن للإنسان أن يجعل ثواب عمله لغيره صلاة كان أو
صوما أو حجا أو صدقة أو قراءة قرآن ذلك من جميع أنواع البر ويصل ذلك
إلى الميت وينفعه ثم أهل السنة انتهى والمشهور من مذهب الشافعي
وجماعة من أصحابه أنه لا يصل إلى الميت ثواب قراءة القرآن وذهب أحمد
بن حنبل وجماعة من العلماء وجماعة من أصحاب الشافعي إلى أنه يصل كذا
ذكره النووي في الأذكار وفي شرح المنهاج لابن النحوي لا يصل إلى
الميت عندنا ثواب القراءة على المشهور والمختار الوصول إذا سأل الله
إيصال ثواب قراءته وينبغي الجزم به لأنه دعاء فإذا جاز الدعاء للميت
بما ليس للداعي فلأن يجوز بما هو له أولى ويبقى الأمر فيه موقوفا على
استجابة الدعاء وهذا المعنى لا يختص بالقراءة بل يجري في سائر
الأعمال والظاهر أن الدعاء متفق عليه أنه ينفع الميت والحي القريب
والبعيد بوصية وغيرها وعلى ذلك أحاديث كثيرة
sungguh boleh bagi seseorang untuk mengirim pahala amal kepada
orang lain, shalat kah, atau puasa, atau haji, atau shadaqah, atau
Bacaan Alqur an, dan seluruh amal ibadah lainnya, dan itu boleh
untuk mayyit dan itu sudah disepakati dalam Ahlussunnah waljamaah.
Namun hal yg terkenal bahwa Imam Syafii dan sebagian ulamanya
mengatakan pahala pembacaan Alqur an tidak sampai, namun Imam
Ahmad bin hanbal, dan kelompok besar dari para ulama, dan kelompok
besar dari ulama syafii mengatakannya pahalanya sampai, demikian
dijelaskan oleh Imam Nawawi dalam kitabnya Al Adzkar,
dan dijelaskan dalam Syarh Al Minhaj oleh Ibn Annahwiy : tidak
sampai pahala bacaan Alqur an dalam pendapat kami yg masyhur, dan
maka sebaiknya adalah pasti sampai bila berdoa kepada Allah untuk
memohon penyampaian pahalanya itu,
dan selayaknya ia meyakini hal itu karena merupakan doa, karena
bila dibolehkan doa tuk mayyit, maka menyertakan semua amal itu
dalam doa tuk dikirmkan merupakan hal yg lebih baik, dan ini boleh
tuk seluruh amal,
dan doa itu sudah Muttafaq alaih (tak ada ikhtilaf) bahwa doa itu
sampai dan bermanfaat pada mayyit bahkan pada yg hidup, keluarga
dekat atau yg jauh, dengan wasiat atau tanpa wasiat, dan dalil ini
dengan hadits yg sangat banyak (Naylul Awthar Juz 4 hal 142).
Kesimpulannya bahwa hal ini merupakan ikhtilaf ulama, ada yg
mengatakan pengiriman amal pada mayyit sampai secara keseluruhan,
ada yg mengatakan bahwa pengiriman bacaan Alqur an tidak sampai,
namun kesemua itu bila dirangkul dalam doa kepada Allah untuk
disampaikan maka tak ada ikhtilaf lagi.
Dan kita semua dalam tahlilan itu pastilah ada ucapan : Allahumma
awshil, tsawabaa maa qaraa naa minalqur anilkarim dst (Wahai
Allah, sampaikanlah pahala apa apa yg kami baca, dari alqur
anulkarim dst). Maka jelaslah sudah bahwa Imam Syafii dan seluruh
Imam Ahlussunnah waljamaah tak ada yg mengingkarinya dan tak
adapula yg mengatakannya tak sampai.
Dan sungguh hal yg lucu bila kalangan wahabi ini meracau dengan
mengumpulkan dalil gunting sambung lalu menyuguhkan kita racun
agar kita teracuni,
mereka kena batunya di website MR.. he..he..
jawaban saya yg pertama telah jelas bahwa banyak para Muhaddits
dan Imam yg menghadiahkan pahala bacaan Alqur^annya pada rasul saw
dll.
wallahu a lam
—
pendapat saya, justru syiah yg banyak mencuri cara cara Imam Imam
Ahlulbait untuk kelicikan mereka, dan mereka adalah pengkhianat
Ahlulait, merekalah musuh Ahlulbait namun mereka berkedok dg
mencintai Ahlul Bait, naudzubillah dari Akidah yg memusuhi
Khalifah Abubakar Asshiddiq ra, Khalifah Umar bin Khattab ra,
Khalifah Utsman bin Affan ra,
mereka yg memusuhi para khulafa urrasyidin adalah musuh kaum
muslimin, mereka musuh Allah dan Rasul Nya, dan akan mati dalam
su^ul khatimah jika tidak bertaubat.
demikian saudaraku yg kumuliakan,
wallahu a^lam
↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓
AlMuntazar Re:MENGIRIM PAHALA DAN BACA^AN KEPADA MAYIT ? – 2007/09/21 10:08
Assalamualaikum Ya Sayyidi,
Jadi bagaimana untuk kitab rujukan selain yang Antum sebut diatas
( Imam Nawawi dalam Syarah Nawawi ) yaitu :
1. Al Haitami dalam Kitabnya AL FATAWA AL KUBRA AL FIGHIYAH ( JUZ
2 HAL 9 )
2. Imam Muzani dalam Hamisy AL UM, AS SYAFI^I ( JUZ 7 HAL 269)
3. Imam Al Khazin dalam tafsirnya Al Khazin , AL JAMAL (JUZ 4
HAL.236),
Adalah potongan/penggalan alias tidak lengkap ?
Antum juga menyebutkan bahwa Kaum Syiah mencuri cara-cara Imam
Alhulbait ?
Siapakah Imam Ahlulbait yang Sayyidi maksud ? Apakah Imam Syafi^i
termasuk didalamnya ?
Wasalam,
↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓
munzir Re:MENGIRIM PAHALA DAN BACA^AN KEPADA MAYIT ? – 2007/09/23 11:39
silahkan anda munculkan ucapan imam imam itu secara jelas, jangan
menukil artikel orang lain lalu turut berfatwa, apakah anda faham
bahasa arab?, atau cuma menukil?, anda pernah baca buku mereka?,
atau belum pernah melihatnya?
saya bicara Fatwa Imam Nawawi saya mempunyai sanad pada Imam
Nawawi, saya bicara fatwa Imam Syafii dan saya mempunyai sanad
pada Imam Syafii, saqya bicara Imam ALi bin Abi Thalib kw, saya
memiliki sanad pada Imam Ali kw,
dan ilmu tidak diakui tanpa sanad,
sedangkan syiah adalah pencuri ajaran ahlulbait lalu berkhianat
pada Ahlulbait, dengan mengaku cinta Imam Alil, memukul dada dan
tubuh di hari wafatnya Imam Husein, untuk apa?, apa gunanya?,
meratapi kematian Imam Husein, untuk apa?, mereka lah yg
meninggalkan Imam Husein saat Imam Husein berjihad, semua orang
syiah kabur tak mau membela hingga Imam Husein wafat sebagai
syahid.
mereka mengaku Imam Mahdi adalah dari mereka, ditunggu didepan
goa, dipanggil panggil karena konon Imam Mahdi akan keluar dari
goa itu, riwayat mereka semua palsu dan bathil,
dan mengenai Imam Imam Ahlulbait, ketahuilah Jumhur Imam Ahlul
Bait bermadzhabkan syafii, dan Madzhab syafii dikenal sebagai
madzhab yg paling banyak diikuti Ahlul bait Rasul saw.
Forum silahturahmi jama^ah Majelis Rasulullah, klik disini http://
groups.yahoo.com/group/majelisrasulullah
Peduli Perjuangan Majelis Rasulullah saw
No rekening Majelis Rasulullah saw:
Bank Syariah Mandiri
Atas nama : MUNZIR ALMUSAWA
No rek : 061-7121-494
↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓
BudhiSuci Re:MENGIRIM PAHALA DAN BACA^AN KEPADA MAYIT ? – 2007/09/23 11:52
buat muntazar, anda ngga usah muter balikin habib munzir deh,
beliau sibuk, saya siap memberi anda kejelasan,
FATWA FATWA PARA IMAM DAN ULAMA
TENTANG SYIAH
Pembaca yang kami hormati, dibawah ini kami kutipkan fatwa-fatwa
para Imam dan para Ulama. Mereka itu mengeluarkan fatwa-fatwa
setelah mempelajari dan mengetahui sampai dimana kesesatan Syiah.
Bahkan dari mereka itu ada yang hidup dalam satu zaman dan satu
daerah dengan orang-orang Syiah.
Fatwa-fatwa para Imam dan Ulama ini kami kutip dari kitab Ushul
Mazhab Asy Syiah Al-Imamiyah Al-Its naasyariyah oleh Dr. Nasir
bin Abdullah bin Ali Al Ghifari.
Para Imam dan para Ulama tersebut dengan tegas menghukum Kafir
orang-orang Rofidhoh atau orang-orang Syiah yang suka mencaci-maki
dan mengkafirkan para sahabat, serta menuduh Siti Aisyah istri
Rasulullah SAW berbuat serong dan berkeyakinan bahwa Al-Qur^an
yang ada sekarang ini sudah tidak orisinil lagi (Muharrof).
Diantara para Imam dan para Ulama yang telah mengeluarkan
fatwa-fatwa tersebut adalah :
Imam Malik # Imam Ahmad Bin Hanbal # Imam Bukhori
Abdurrahman Bin Mahdi # Al-Faryabi # Ahmad Bin Yunus
Abu Zur ah Ar-Rozi # Abdul Qadir Al Baghdadi # Al Qodhi Abu Ya la
Ibnu Hazm # Abu Hamid Al Ghazali # Al Qadhi Iyadh # Ar Rozi
Ibnu Taimiyah # Ibnu Katsir # Abul Mahaasin Yusuf Al Waasithi
Syah Abdul Aziz Dahlawi # Muhammad Bin Ali Asy Syaukani
Para Ulama Sebelah Timur Sungai Jaihun
Dan masih banyak lagi Ulama-ulama yang Nama-namanya tidak kami
sebutkan disini.
IMAM MALIK
االامام مالك
روى الخلال عن ابى بكر المروزى قال : سمعت أبا عبد الله يقول :
قال مالك : الذى يشتم اصحاب النبى صلى الله عليه وسلم
ليس لهم اسم او قال نصيب فى الاسلام.
( الخلال / السن: ۲،٥٥٧ )
Al Khalal meriwayatkan dari Abu Bakar Al Marwazi, katanya : Saya
mendengar Abu Abdulloh berkata, bahwa Imam Malik berkata : Orang
yang mencela sahabat-sahabat Nabi, maka ia tidak termasuk dalam
golongan Islam
.
( Al Khalal / As Sunnah, 2-557 )
Begitu pula Ibnu Katsir berkata, dalam kaitannya dengan firman
Allah surat Al Fath ayat 29, yang artinya :
Muhammad itu adalah Rasul (utusan Allah). Orang-orang yang
bersama dengan dia (Mukminin) sangat keras terhadap orang-orang
kafir, berkasih sayang sesama mereka, engkau lihat mereka itu
rukuk, sujud serta mengharapkan kurnia daripada Allah dan
keridhaanNya. Tanda mereka itu adalah di muka mereka, karena bekas
sujud. Itulah contoh (sifat) mereka dalam Taurat. Dan contoh
mereka dalam Injil, ialah seperti tanaman yang mengeluarkan
anaknya (yang kecil lemah), lalu bertambah kuat dan bertambah
besar, lalu tegak lurus dengan batangnya, sehingga ia menakjubkan
orang-orang yang menanamnya. (Begitu pula orang-orang Islam, pada
mula-mulanya sedikit serta lemah, kemudian bertambah banyak dan
kuat), supaya Allah memarahkan orang-orang kafir sebab mereka.
Allah telah menjanjikan ampunan dan pahala yang besar untuk
orang-orang yang beriman dan beramal salih diantara mereka .
Beliau berkata : Dari ayat ini, dalam satu riwayat dari Imam
Malik, beliau mengambil kesimpulan bahwa golongan Rofidhoh
(Syiah), yaitu orang-orang yang membenci para sahabat Nabi SAW,
adalah Kafir.
Beliau berkata : Karena mereka ini membenci para sahabat, maka
dia adalah Kafir berdasarkan ayat ini . Pendapat tersebut
disepakati oleh sejumlah Ulama.
(Tafsir Ibin Katsir, 4-219)
Imam Al Qurthubi berkata : Sesungguhnya ucapan Imam Malik itu
benar dan penafsirannya juga benar, siapapun yang menghina seorang
sahabat atau mencela periwayatannya, maka ia telah menentang
Allah, Tuhan seru sekalian alam dan membatalkan syariat kaum
Muslimin .
(Tafsir Al Qurthubi, 16-297).
IMAM AHMAD
الامام احمد ابن حمبل
:
روى الخلال عن ابى بكر المروزى قال : سألت ابا عبد الله عمن يشتم
أبا بكر وعمر وعائشة ؟ قال: ماأراه على الاسلام
.
( الخلال / السنة : ۲، ٥٥٧)
Al Khalal meriwayatkan dari Abu Bakar Al Marwazi, ia berkata :
Saya bertanya kepada Abu Abdullah tentang orang yang mencela Abu
Bakar, Umar dan Aisyah? Jawabnya, saya berpendapat bahwa dia bukan
orang Islam .
( Al Khalal / As Sunnah, 2-557).
Beliau Al Khalal juga berkata : Abdul Malik bin Abdul Hamid
menceritakan kepadaku, katanya: Saya mendengar Abu Abdullah
berkata : Barangsiapa mencela sahabat Nabi, maka kami khawatir
dia keluar dari Islam, tanpa disadari .
(Al Khalal / As Sunnah, 2-558).
Beliau Al Khalal juga berkata :
وقال الخلال: أخبرنا عبد الله بن احمد بن حمبل قال : سألت أبى عن رجل
شتم رجلا
من اصحاب النبى صلى الله عليه وسلم فقال : ما أراه على الاسلام
(الخلال / السنة : ۲،٥٥٧)
Abdullah bin Ahmad bin Hambal bercerita pada kami, katanya :
Saya bertanya kepada ayahku perihal seorang yang mencela salah
seorang dari sahabat Nabi SAW. Maka beliau menjawab : Saya
berpendapat ia bukan orang Islam .
(Al Khalal / As Sunnah, 2-558)
Dalam kitab AS SUNNAH karya IMAM AHMAD halaman 82, disebutkan
mengenai pendapat beliau tentang golongan Rofidhoh (Syiah) :
Mereka itu adalah golongan yang menjauhkan diri dari sahabat
Muhammad SAW dan mencelanya, menghinanya serta mengkafirkannya,
kecuali hanya empat orang saja yang tidak mereka kafirkan, yaitu
Ali, Ammar, Migdad dan Salman. Golongan Rofidhoh (Syiah) ini sama
sekali bukan Islam.
AL BUKHORI
الامام البخارى
.
قال رحمه الله : ماأبالى صليت خلف الجهمى والرافضى
أم صليت خلف اليهود والنصارى
ولا يسلم عليه ولا يعادون ولا يناكحون ولا يشهدون ولا تؤكل ذبائحهم
.
( خلق أفعال العباد :١٢٥)
Iman Bukhori berkata : Bagi saya sama saja, apakah aku sholat
dibelakang Imam yang beraliran JAHM atau Rofidhoh (Syiah) atau aku
sholat di belakang Imam Yahudi atau Nasrani. Dan seorang Muslim
tidak boleh memberi salam pada mereka, dan tidak boleh mengunjungi
mereka ketika sakit juga tidak boleh kawin dengan mereka dan tidak
menjadikan mereka sebagai saksi, begitu pula tidak makan hewan
yang disembelih oleh mereka.
(Imam Bukhori / Kholgul Afail, halaman 125).
AL FARYABI
الفريابى :
روى الخلال قال : أخبرنى حرب بن اسماعيل الكرمانى
قال : حدثنا موسى بن هارون بن زياد قال: سمعت الفريابى ورجل يسأله
عمن شتم أبابكر
قال: كافر، قال: فيصلى عليه، قال: لا. وسألته كيف يصنع به وهو يقول
لا اله الا الله،
قال: لا تمسوه بأيديكم، ارفعوه بالخشب حتى تواروه فى حفرته.
(الخلال/السنة: ۲،٥٦٦)
Al Khalal meriwayatkan, katanya : Telah menceritakan kepadaku
Harb bin Ismail Al Karmani, katanya : Musa bin Harun bin Zayyad
menceritakan kepada kami : Saya mendengar Al Faryaabi dan
seseorang bertanya kepadanya tentang orang yang mencela Abu Bakar.
Jawabnya : Dia kafir . Lalu ia berkata : Apakah orang semacam
itu boleh disholatkan jenazahnya ? . Jawabnya : Tidak . Dan aku
bertanya pula kepadanya : Mengenai apa yang dilakukan
terhadapnya, padahal orang itu juga telah mengucapkan Laa Ilaaha
Illalloh? . Jawabnya : Janganlah kamu sentuh jenazahnya dengan
tangan kamu, tetapi kamu angkat dengan kayu sampai kamu turunkan
ke liang lahatnya .
(Al Khalal / As Sunnah, 6-566)
.
AHMAD BIN YUNUS
Beliau berkata : Sekiranya seorang Yahudi menyembelih seekor
binatang dan seorang Rofidhi (Syiah) juga menyembelih seekor
binatang, niscaya saya hanya memakan sembelihan si Yahudi dan aku
tidak mau makan sembelihan si Rofidhi (Syiah), sebab dia telah
murtad dari Islam .
(Ash Shariim Al Maslul, halaman 570).
ABU ZUR AH AR ROZI
أبو زرعة الرازى.
اذا رأيت الرجل ينتقص أحدا من أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم
فاعلم أنه زنديق، لأن مؤدى قوله الى ابطال القران والسنة.
( الكفاية : ٤٩)
Beliau berkata : Bila anda melihat seorang merendahkan (mencela)
salah seorang sahabat Rasulullah SAW, maka ketahuilah bahwa dia
adalah ZINDIIG. Karena ucapannya itu berakibat membatalkan
Al-Qur^an dan As Sunnah .
(Al Kifayah, halaman 49).
ABDUL QODIR AL BAGHDADI
Beliau berkata : Golongan Jarudiyah, Hisyamiyah, Jahmiyah dan
Imamiyah adalah golongan yang mengikuti hawa nafsu yang telah
mengkafirkan sahabat-sahabat terbaik Nabi, maka menurut kami
mereka adalah kafir. Menurut kami mereka tidak boleh di sholatkan
dan tidak sah berma mum sholat di belakang mereka .
(Al Fargu Bainal Firaq, halaman 357).
Beliau selanjutnya berkata : Mengkafirkan mereka adalah suatu hal
yang wajib, sebab mereka menyatakan Allah bersifat Al Bada
IBNU HAZM
Beliau berkata : Salah satu pendapat golongan Syiah Imamiyah,
baik yang dahulu maupun sekarang ialah, bahwa Al-Qur^an
sesungguhnya sudah diubah .
Kemudian beliau berkata : Orang yang berpendapat bahwa Al-Qur^an
yang ada ini telah diubah adalah benar-benar kafir dan mendustakan
Rasulullah SAW .
(Al Fashl, 5-40).
ABU HAMID AL GHOZALI
Imam Ghozali berkata : Seseorang yang dengan terus terang
mengkafirkan Abu Bakar dan Umar Rodhialloh Anhuma, maka berarti ia
telah menentang dan membinasakan Ijma kaum Muslimin. Padahal
tentang diri mereka (para sahabat) ini terdapat ayat-ayat yang
menjanjikan surga kepada mereka dan pujian bagi mereka serta
pengukuhan atas kebenaran kehidupan agama mereka, dan keteguhan
aqidah mereka serta kelebihan mereka dari manusia-manusia lain .
Kemudian kata beliau : Bilamana riwayat yang begini banyak telah
sampai kepadanya, namun ia tetap berkeyakinan bahwa para sahabat
itu kafir, maka orang semacam ini adalah kafir. Karena dia telah
mendustakan Rasulullah. Sedangkan orang yang mendustakan satu kata
saja dari ucapan beliau, maka menurut Ijma kaum Muslimin, orang
tersebut adalah kafir .
(Fadhoihul Batiniyyah, halaman 149).
AL QODHI IYADH
Beliau berkata : Kita telah menetapkan kekafiran orang-orang
Syiah yang telah berlebihan dalam keyakinan mereka, bahwa para
Imam mereka lebih mulia dari pada para Nabi .
Beliau juga berkata : Kami juga mengkafirkan siapa saja yang
mengingkari Al-Qur^an, walaupun hanya satu huruf atau menyatakan
ada ayat-ayat yang diubah atau ditambah di dalamnya, sebagaimana
golongan Batiniyah (Syiah) dan
Syiah Ismailiyah .
(Ar Risalah, halaman 325).
AL FAKHRUR ROZI
Ar Rozi menyebutkan, bahwa sahabat-sahabatnya dari golongan
Asyairoh mengkafirkan golongan Rofidhoh (Syiah) karena tiga alasan
:
Pertama: Karena mengkafirkan para pemuka kaum Muslimin (para
sahabat Nabi). Setiap orang yang mengkafirkan seorang Muslimin,
maka dia yang kafir. Dasarnya adalah sabda Nabi SAW, yang artinya
: Barangsiapa berkata kepada saudaranya, hai kafir, maka
sesungguhnya salah seorang dari keduanya lebih patut sebagai orang
kafir .
Dengan demikian mereka (golongan Syiah) otomatis menjadi kafir.
Kedua: Mereka telah mengkafirkan satu umat (kaum) yang telah
ditegaskan oleh Rasulullah sebagai orang-orang terpuji dan
memperoleh kehormatan (para sahabat Nabi) .
Ketiga: Umat Islam telah Ijma menghukum kafir siapa saja yang
mengkafirkan para tokoh dari kalangan sahabat.
(Nihaayatul Uguul, Al Warogoh, halaman 212).
IBNU TAIMIYAH
Beliau berkata : Barangsiapa beranggapan bahwa Al-Qur^an telah
dikurangi ayat-ayatnya atau ada yang disembunyikan, atau
beranggapan bahwa Al-Qur^an mempunyai penafsiran-penafsiran batin,
maka gugurlah amal-amal kebaikannya. Dan tidak ada perselisihan
pendapat tentang kekafiran orang semacam ini
Barangsiapa beranggapan para sahabat Nabi itu murtad setelah
wafatnya Rasulullah, kecuali tidak lebih dari sepuluh orang, atau
mayoritas dari mereka sebagai orang fasik, maka tidak diragukan
lagi, bahwa orang semacam ini adalah kafir. Karena dia telah
mendustakan penegasan Al-Qur^an yang terdapat di dalam berbagai
ayat mengenai keridhoan dan pujian Allah kepada mereka. Bahkan
kekafiran orang semacam ini, adakah orang yang meragukannya? Sebab
kekafiran orang semacam ini sudah jelas….
(Ash Sharim AL Maslul, halaman 586-587).
SYAH ABDUL AZIZ DAHLAWI
Sesudah mempelajari sampai tuntas mazhab Itsna Asyariyah dari
sumber-sumber mereka yang terpercaya, beliau berkata : Seseorang
yang menyimak aqidah mereka yang busuk dan apa yang terkandung
didalamnya, niscaya ia tahu bahwa mereka ini sama sekali tidak
berhak sebagai orang Islam dan tampak jelaslah baginya kekafiran
mereka .
(Mukhtashor At Tuhfah Al Itsna Asyariyah, halaman 300).
MUHAMMAD BIN ALI ASY SYAUKANI
Perbuatan yang mereka (Syiah) lakukan mencakup empat dosa besar,
masing-masing dari dosa besar ini merupakan kekafiran yang
terang-terangan.
Pertama : Menentang Allah.
Kedua : Menentang Rasulullah.
Ketiga : Menentang Syariat Islam yang suci dan upaya mereka untuk
melenyapkannya.
Keempat : Mengkafirkan para sahabat yang diridhoi oleh Allah, yang
didalam Al-Qur^an telah dijelaskan sifat-sifatnya, bahwa mereka
orang yang paling keras kepada golongan Kuffar, Allah SWT
menjadikan golongan Kuffar sangat benci kepada mereka. Allah
meridhoi mereka dan disamping telah menjadi ketetapan hukum
didalam syariat Islam yang suci, bahwa barangsiapa mengkafirkan
seorang muslim, maka dia telah kafir, sebagaimana tersebut di
dalam Bukhori, Muslim dan lain-lainnya.
(Asy Syaukani, Natsrul Jauhar Ala Hadiitsi Abi Dzar, Al Warogoh,
hal 15-16)
PARA ULAMA SEBELAH TIMUR SUNGAI JAIHUN
Al Alusi (seorang penulis tafsir) berkata : Sebagian besar ulama
disebelah timur sungai ini menyatakan kekafiran golongan Itsna
Asyariyah dan menetapkan halalnya darah mereka, harta mereka dan
menjadikan wanita mereka menjadi budak, sebab mereka ini mencela
sahabat Nabi SAW, terutama Abu Bakar dan Umar, yang menjadi
telinga dan mata Rasulullah SAW, mengingkari kekhilafahan Abu
Bakar, menuduh Aisyah Ummul Mukminin berbuat zina, padahal Allah
sendiri menyatakan kesuciannya, melebihkan Ali r.a. dari
rasul-rasul Ulul Azmi. Sebagian mereka melebihkannya dari
Rasulullah SAW dan mengingkari terpeliharanya Al-Qur^an dari
kekurangan dan tambahan .
(Nahjus Salaamah, halaman 29-30).
Demikian telah kami sampaikan fatwa-fatwa dari para Imam dan para
Ulama yang dengan tegas mengkafirkan golongan Syiah yang telah
mencaci maki dan mengkafirkan para sahabat serta menuduh Ummul
mukminin Aisyah berbuat serong, dan berkeyakinan bahwa Al-Qur^an
yang ada sekarang ini tidak orisinil lagi (Mukharrof). Serta
mendudukkan imam-imam mereka lebih tinggi (Afdhol) dari para
Rasul.
Semoga fatwa-fatwa tersebut dapat membantu pembaca dalam mengambil
sikap tegas terhadap golongan Syiah.
Yaa Allah tunjukkanlah pada kami bahwa yang benar itu benar dan
jadikanlah kami sebagai pengikutnya, dan tunjukkanlah pada kami
bahwa yang batil itu batil dan jadikanlah kami sebagai orang yang
menjauhinya.
www.albayyinat.net/ind1.html
↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓
Mattawaf Re:MENGIRIM PAHALA DAN BACA^AN KEPADA MAYIT ? – 2007/09/24 01:36
Salam,
Eh Abang Budi Suci met ketemu lagi nih
kok lama gak muncul di milis KI untuk meenentang wahabi.
he he kangen nih bang
Salam,
↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓
BudhiSuci Re:MENGIRIM PAHALA DAN BACA^AN KEPADA MAYIT ? – 2007/09/25 11:24
he..he..he.., saya harus sopan disini mas, kalau ngaco langsung
hilang.., salam agung tuk habibana dan admin..
↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓
munzir Re:MENGIRIM PAHALA DAN BACA^AN KEPADA MAYIT ? – 2007/09/26 14:16
Salam rindu tuk anda, jaga akhlak diluaran saudaraku..
Forum silahturahmi jama^ah Majelis Rasulullah, klik disini http://
groups.yahoo.com/group/majelisrasulullah
Peduli Perjuangan Majelis Rasulullah saw
No rekening Majelis Rasulullah saw:
Bank Syariah Mandiri
Atas nama : MUNZIR ALMUSAWA
No rek : 061-7121-494
↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓
AlMuntazar BUAT BudhiSuci – 2007/09/29 15:32 Buat Saudara BhudiSuci, Ane nga
nanya sama NT. Kenapa Nt yang Jawab ? Kalo Habib Munzir tidak mau
mejawab atau lagi Pusing karena Ane Nanya melulu, biar beliau
sendiri yang menyampaikan, bukan NT yang maen slonong. Nt belajar
akhlak dimana ?
Ane berhak bertanya karena ana masih mencari dan belajar
Mazhab-Mazhab Islam yang kiranya mampu menjawab
permasalahan-permasalahan sejarah dan Ummat Islam, Nt mau
menkafirkan Syiah itu urusan Nt bukan urusan Ane. Kalu Nt suruh
Ane mampir ke Al-bayinat.Net. Makasih Ane nga kepingin, Nt Orang
(Al-bayinat.Net) kurang lebih sama dengan Syiah….hobinya mencaci
maki. Dan yang Ane tau Nt Orang (Al-bayinat.Net) trima bayaran
dari Saudi (Wahabi) buat bikin ribut-ribut di Indonesia.
Huehehe….ngaku Salaf tapi trima fulus Wahabi.
Afwan Habib Munzir.
↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓
zaenal Re:BUAT BudhiSuci – 2007/09/30 02:56 AlMuntazar tulis:
Buat Saudara BhudiSuci, Ane nga nanya sama NT. Kenapa Nt yang
Jawab ? Kalo Habib Munzir tidak mau mejawab atau lagi Pusing
karena Ane Nanya melulu, biar beliau sendiri yang menyampaikan,
bukan NT yang maen slonong. Nt belajar akhlak dimana ?
Ane berhak bertanya karena ana masih mencari dan belajar
Mazhab-Mazhab Islam yang kiranya mampu menjawab
permasalahan-permasalahan sejarah dan Ummat Islam, Nt mau
menkafirkan Syiah itu urusan Nt bukan urusan Ane. Kalu Nt suruh
Ane mampir ke Al-bayinat.Net. Makasih Ane nga kepingin, Nt Orang
(Al-bayinat.Net) kurang lebih sama dengan Syiah….hobinya mencaci
maki. Dan yang Ane tau Nt Orang (Al-bayinat.Net) trima bayaran
dari Saudi (Wahabi) buat bikin ribut-ribut di Indonesia.
Huehehe….ngaku Salaf tapi trima fulus Wahabi.
Afwan Habib Munzir.
Masya Allah …
Buat Almuntazar, antum nanya ke saudara bhudisuci ttg akhlak?
apakah tulisan antum diatas sudah berakhlak? ana kira itu tulisan
su^ul adab…
Siapa pun berhak berpendapat disini, antum gak perlu lihat siapa
budhisuci tapi perhatikan apa yg disampaikannya… kalau itu haq,
antum ambil dan ikuti, tapi kalau itu bathil antum tinggalkan. Gak
perlu marah-marah begitu di bulan Ramadhan ini ! apalagi berkata
pada habibana demikian ! Antum gak tahu sich gimana padatnya
jadwal habib sehari-hari ! jaga adab dong pada seorang ulama
keturunan Rasulullah SAW !!!
Satu hal lagi, tolong jaga ucapan… Antum mengatakan kalau beliau
(budhisuci/Al-Bayinat.net) kurang lebih nya sama dengan syiah dan
terima uang dari wahabi guna bikin ribut di Indonesia . Bila hal
itu tidak terbukti, maka antum telah memfitnahnya ! Allah Maha
Mengetahui
AlMuntazar, mari kita jaga bersama-sama ibadah kita, akhlak kita
di bulan suci ini
Afwan kepada semuanya terutama pada Al Habib Munzir
Salam ta^dhim dari ana
Alfaqir
↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓
munzir Re:BUAT BudhiSuci – 2007/09/30 17:00 untuk saudara Muntazar hati
hati anda memfitnah para aktifis Albayyinat, mereka bukan berfatwa
kosong, mereka adalah murid murid Guru Besar Al Allamah Al Musnid
Assayyid Muhammad bin Alwi Almalikiy, mereka bertentangan dengan
wahabi,
jaga akhlak anda.
Forum silahturahmi jama^ah Majelis Rasulullah, klik disini http://
groups.yahoo.com/group/majelisrasulullah
Peduli Perjuangan Majelis Rasulullah saw
No rekening Majelis Rasulullah saw:
Bank Syariah Mandiri
Atas nama : MUNZIR ALMUSAWA
No rek : 061-7121-494
↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓
sumber
http://arsip.majelisrasulullah.org/index.php?option=com_simpleboard&Itemid=34&func=view&id=5628