Kami ahlussunnah waljamaah sudah memahami fatwa imam imam kami, tak bisa dikaburkan dengan potongan potongan kalimat perusak agama di akhir zaman yg membolak balikkan maknanya lalu berfatwa semaunya.

0
AL Maghfurlah Habibana Munzir AL Musawa
AL Maghfurlah Habibana Munzir AL Musawa
  • Author
    Posts
  • #77319243


    alfatih

    Participant

    Assalamu\’alaikum ustadz,

    innal hamdalillah wa sholatu wa salamu \’ala Rasulillah wa ba\’d
    Setelah ana baca artikel dengan judul Bid\’ah, sepertinya ana ada perbedaan pemahaman dengan ulasan ustadz karena sepengetahuan ana dalil-dalil yang digunakan sama sekali bukan ditujukan dibolehkannya bid\’ah hasanah tetapi sunnah hasanah.

    Mungkin untuk memberikan pemahaman pembanding ana dapatkan tulisan dari link berikut yang mengupas secara lebih detail sebanyak empat Bab, semoga ustadz tidak keberatan untuk membacanya. syukron katsir

    http://www.al-firdaus.com/BidahHasanah/Bab1.htm

    Dengan demikian semoga duduk perkaranya semakin jelas

    Barakallafu fiik
    Wassalamu\’alaikum warahmatullahi wa barakatuh

    #77319266


    Munzir Almusawa

    Participant

    Alaikumsalam warahmatullah wabaraktuh,

    Rahmat dan Ketenangan Jiwa semoga selalu menghiasi hari hari anda,

    Saudaraku yg kumuliakan,
    penjelasan saya telah jelas, mengenai artikel yg ditulis oleh si fulan itu bila anda mempercayainya maka silahkan saja, saya tak punya waktu untuk mempelajari puluhan halaman hanya untuk membuktikan bahwa darah itu berwarna kuning,

    Karena masalah ini telah jelas bagi kami dan bukan merupakan hal yg perlu dipertanyakan lagi, kami mempunyai sanad,

    Kami ahlussunnah waljamaah memahami siapa imam imam kami dan bagaimana fatwa mereka, kami bicara bukan dengan menggunting kalimat dan menukil, kami bicara dg sanad,
    Saya bicara fatwa Imam Syafii dan saya memiliki sanad kepada Imam Syafii, saya bicara hadits Bukhari dan saya mempunyai sanad kepada Imam Bukhari, saya bicara fatwa Imam Nawawi saya mempunyai sanad pada Imam Nawawi, saya bicara fatwa Imam Assuyuthi saya mempunyai sanad kepada Imam Assuyuthiy,

    Kami ahlussunnah waljamaah sudah memahami fatwa imam imam kami, tak bisa dikaburkan dengan potongan potongan kalimat perusak agama di akhir zaman yg membolak balikkan maknanya lalu berfatwa semaunya.

    Artikel saya telah jelas, silahkan anda bantah poin poinnya bila anda ingin membantahnya,

    Anda sebaiknya belajarlah bahasa arab, jangan mengutip artikel2 terjemah tulisan orang yg tak jelas, karena anda bisa ditipu, coba buka sumber2nya itu, pelajari dg seksama,

    Karena dikalangan ahlussunnah waljamaah semua fatwa dari orang yg tak memiliki sanad adalah bathil, sebagaimana ucapan Imam Syafii : “Tiada ilmu tanpa sanad”

    Siapa yg menjamin shalat kita betul?, buku kah?, siapa yg menjamin pendapat kita benar?, buku kah?, siapa yg membimbing kita?,

    Saudaraku yg kumuliakan, inilah nasihat saya, bila anda merasa tak berkenan dg artikel saya maka silahkan bantah, saya akan jelaskan poin2nya, saya siap bertanggung jawab atas isinya, gunakan dalil yg jelas, bukan menumpukkan dan mengutip2 artikel orang lain setebal puluhan halaman yg anda tak mengenalnya,

    karena berhujjah dg buku buku terjemah adalah hujjah yg sangat dhoif, apalagi berhujjah menentang suatu hukum hanya dg berdalilkan artikel terjemahan yg anda tak kenal pula siapa dia dan tak tahu apakah orang itu berilmu atau hanya menukil nukil pula,

    Anda pelajari saja artikel itu, lalu anda pelajari artikel saya, mana yg anda tak faham silahkan tanyakan, saya sangat sibuk sekali untuk mengumbar waktu membaca tulisan artikel puluhan halaman dari orang yg tak jelas sanadnya, hanya berfatwa dari kepalanya dan menukil dari buku buku, karena Imam Imam kami telah jelas fatwanya,

    mereka ini menukil fatwa Imam Syafii, Imam Nawawi, Imam Ibn Rajab, dan memujinya, menyanjungnya, namun mereka tetap wahabi, mereka tak bermadhzabkan syafii, mereka tak bermazhab hanbali sebagaimana Imam Ibn Rajab,

    semua perbuatan mereka hanya menukil nukil demi menjatuhkan tanpa ada keinginnan berpanut pada Imam Syafii, atau para Muhadditsin yg mereka sebutkan, mereka tetap hanya punya satu panutan, yaitu Ibn abdulwahab,

    semua pujian pujian atas imam imam itu hanya kamuflase dan mengaburkan makna, mereka sendiri tak bermadzhab syafii, sebagaimana Imam Nawawi yg bermadzhab syafii, atau memanut imam lainnya, mereka hanya munafik saja, bertujuan debat dan tak lebih dari itu,

    hal hal ini baiknya menjadi perbandingan bagi anda,

    demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu.

    wallahu a\’lam

    #77319333


    alfatih

    Participant

    Assalamu\’alaikum warahmatullahi wa barakatuh

    Alhamdulillahi ladzi arsala Rasulahu bi al-huda wa dien al-haq, liyudzhirohu \’ala ad-Dieni kullihi wa lau karihal musyrikun. Wa ba\’d

    Jazakallauhu atas penjelasan ustadz yang sangat panjang. Afwan ana tidak bisa mewujudkan keinginan ustadz untuk membantah artikel tersebut, karena ana tidak menginginkan adanya perdebatan.

    Lagipula bantahan terhadap artikel tersebut sudah sangat banyak dan insya Allah tsiqoh dan dapat dipertanggung jawabkan pula secara dakwah dan ilmu, karena penulisnya pun memiliki ilmu yang cukup. Jadi ana tetap berpegang bahwa kullu bid\’atin dholalah (setiap bid\’ah sesat) tidak ada bid\’ah hasanah.

    Kemudian mengenai sanad sepengetahuan ana ulama manapun yang memiliki kemampuan berijtihad akan mengatakan ia memiliki sanad guru termasuk ulama-ulama yang kurang diminati oleh ustadz. Ana memiliki ustadz yang sanadnya pun sampai ke Imam Muslim jadi ana melihat anomali dari mereka yang terlalu membenci wahabi namun hakekatnya tidak mengetahui dakwah Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah.

    Tentang sran ustadz agar ana belajar bahasa arab ana sangat perhatikan, karena alhamdulillah ana sedikit banyak mempelajari pula kitab-kitab asli tim-teng, bukan terjemahan. Sudah lama ana tinggalkan buku-buku terjemahan. Dan artikel yang ana nukilkanpun menyertakan tex bahasa arab yang aslinya, seperti perkataan Imam as-Syaitibi dan Imam As-Syafi\’i dll. sehingga ana berkesimpulan tidak ada yang dipolitisir untuk mencari kemenangan semata. Karena kalau kemenangan yang dicari ana ikhlas melepaskannya. Bagi ana ilmu tidak akan habis digali, siapapun bisa mengatakan pemahamannya sesuai dengan kebenaran selagi ia mampu berhujjah secara ilmiah berdasarkan al-Qur\’an dan sunnah

    Demikian ustadz sekali lagi syukron atas penjelasn ustadz dan ana mohon maaf jika ada yang kurang berkenan dengan ustadz. Semoga Allah ta\’ala menjadikan kita sebagai hamba-Nya yang ikhlas. Amiin.

    Barakallau fiik
    Wassalamu\’alaikum warahmatulahi wa barakatuh

    #77319367


    Munzir Almusawa

    Participant

    Alaikumsalam warahmatullah wabaraktuh,

    Kebahagiaan dan Kesejukan rohani semoga selalu menghiasi hari hari anda,

    Saudaraku yg kumuliakan,
    kesimpulannya, anda hanya menukil saja, mengadu domba antara kami dan mengadu antara dua artikel, dan anda sendiri tak memberi pendapat apa apa selain menyalahkan artikel saya.

    anda tidak pula menyangkal sehurufpun dari artikel saya,

    berarti Alhamdulillah anda insya Allah bersama saya, mengakui kebenaran bahwa Bid\’ah hasanah itu adalah hal yg baik, ok, saya ulas lagi sebagian dari artikel saya, pendapat yg datang bukan dari tukang ketoprak, tapi dari para Imam dan muhaddits, silahkan periksa sendiri dalam kitab aslinya, saya bukan mengambil dari terjemahan.

    [b]Pendapat para Imam dan Muhadditsin mengenai Bid’ah

    1. Al Hafidh Al Muhaddits Al Imam Muhammad bin Idris Assyafii rahimahullah (Imam Syafii)
    Berkata Imam Syafii bahwa bid’ah terbagi dua, yaitu bid’ah mahmudah (terpuji) dan bid’ah madzmumah (tercela), maka yg sejalan dg sunnah maka ia terpuji, dan yg tidak selaras dengan sunnah adalah tercela, beliau berdalil dg ucapan Umar bin Khattab ra mengenai shalat tarawih : “inilah sebaik baik bid’ah”. (Tafsir Imam Qurtubiy juz 2 hal 86-87)

    2. Al Imam Al Hafidh Muhammad bin Ahmad Al Qurtubiy rahimahullah
    “Menanggapi ucapan ini (ucapan Imam Syafii), maka kukatakan (Imam Qurtubi berkata) bahwa makna hadits Nabi saw yg berbunyi : “seburuk buruk permasalahan adalah hal yg baru, dan semua Bid’ah adalah dhalalah” (wa syarrul umuuri muhdatsaatuha wa kullu bid’atin dhalaalah), yg dimaksud adalah hal hal yg tidak sejalan dg Alqur’an dan Sunnah Rasul saw, atau perbuatan Sahabat radhiyallahu ‘anhum, sungguh telah diperjelas mengenai hal ini oleh hadits lainnya : “Barangsiapa membuat buat hal baru yg baik dalam islam, maka baginya pahalanya dan pahala orang yg mengikutinya dan tak berkurang sedikitpun dari pahalanya, dan barangsiapa membuat buat hal baru yg buruk dalam islam, maka baginya dosanya dan dosa orang yg mengikutinya” (Shahih Muslim hadits no.1017) dan hadits ini merupakan inti penjelasan mengenai bid’ah yg baik dan bid’ah yg sesat”. (Tafsir Imam Qurtubiy juz 2 hal 87)

    3. Al Muhaddits Al Hafidh Al Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf Annawawiy rahimahullah (Imam Nawawi)
    “Penjelasan mengenai hadits : “Barangsiapa membuat buat hal baru yg baik dalam islam, maka baginya pahalanya dan pahala orang yg mengikutinya dan tak berkurang sedikitpun dari pahalanya, dan barangsiapa membuat buat hal baru yg dosanya”, hadits ini merupakan anjuran untuk membuat kebiasaan kebiasaan yg baik, dan ancaman untuk membuat kebiasaan yg buruk, dan pada hadits ini terdapat pengecualian dari sabda beliau saw : “semua yg baru adalah Bid’ah, dan semua yg Bid’ah adalah sesat”, sungguh yg dimaksudkan adalah hal baru yg buruk dan Bid’ah yg tercela”. (Syarh Annawawi ‘ala Shahih Muslim juz 7 hal 104-105)

    Dan berkata pula Imam Nawawi bahwa Ulama membagi bid’ah menjadi 5, yaitu Bid’ah yg wajib, Bid’ah yg mandub, bid’ah yg mubah, bid’ah yg makruh dan bid’ah yg haram.
    Bid’ah yg wajib contohnya adalah mencantumkan dalil dalil pada ucapan ucapan yg menentang kemungkaran, contoh bid’ah yg mandub (mendapat pahala bila dilakukan dan tak mendapat dosa bila ditinggalkan) adalah membuat buku buku ilmu syariah, membangun majelis taklim dan pesantren, dan Bid;ah yg Mubah adalah bermacam macam dari jenis makanan, dan Bid’ah makruh dan haram sudah jelas diketahui, demikianlah makna pengecualian dan kekhususan dari makna yg umum, sebagaimana ucapan Umar ra atas jamaah tarawih bahwa inilah sebaik2 bid’ah”. (Syarh Imam Nawawi ala shahih Muslim Juz 6 hal 154-155)

    Al Hafidh AL Muhaddits Al Imam Jalaluddin Abdurrahman Assuyuthiy rahimahullah
    Mengenai hadits “Bid’ah Dhalalah” ini bermakna “Aammun makhsush”, (sesuatu yg umum yg ada pengecualiannya), seperti firman Allah : “… yg Menghancurkan segala sesuatu” (QS Al Ahqaf 25) dan kenyataannya tidak segalanya hancur, (*atau pula ayat : “Sungguh telah kupastikan ketentuanku untuk memenuhi jahannam dengan jin dan manusia keseluruhannya” QS Assajdah-13), dan pada kenyataannya bukan semua manusia masuk neraka, tapi ayat itu bukan bermakna keseluruhan tapi bermakna seluruh musyrikin dan orang dhalim.pen) atau hadits : “aku dan hari kiamat bagaikan kedua jari ini” (dan kenyataannya kiamat masih ribuan tahun setelah wafatnya Rasul saw) (Syarh Assuyuthiy Juz 3 hal 189).

    Maka bila muncul pemahaman di akhir zaman yg bertentangan dengan pemahaman para Muhaddits maka mestilah kita berhati hati darimanakah ilmu mereka?, berdasarkan apa pemahaman mereka?, atau seorang yg disebut imam padahal ia tak mencapai derajat hafidh atau muhaddits?, atau hanya ucapan orang yg tak punya sanad, hanya menukil menukil hadits dan mentakwilkan semaunya tanpa memperdulikan fatwa fatwa para Imam?[/b]

    Walillahittaufiq

    demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu,

    wallahu a\’lam

    #77319376


    Achmad Prapanca

    Participant

    Assalamualaikum Wr Wb

    Pancaran ilmu Alloh semoga slalu menyinari Habibana..Amiin

    Afwan bib..
    Ane mau tanggapin \’mereka\’ sedikit…

    \"Website ini KHUSUS Ahlussunnah wal Jamaah,adapun Wahabby,Salafi dlsb DILARANG masuk kecuali yg mencari kebenaran\"

    Kayaknya orang2 ini(wahaby) ga bakalan \"mau ngarti\".capee..deh.

    -Bukti pertama:

    Bila Alloh Tidak Ridho dengan Ahlussunah wal jamaah(DEngan Maulid,Tahlil,Tabaruk,tawassul,Bid,ah hasanah dll) pastilah ajaran ini sudah tidak adalagi di muka bumi,tp kenyataannya Alhamdullilah tetap eksis..

    .Dengan Maulid,Tahlillan,majelis ta\’lim kami Syiar,Dengan apa anda men syiarkan Agama Alloh?
    .Al Quran mana yg anda baca kalau tidak dgn adanya Bid\’ah Hasanah?
    .hadis mana yg anda gunakan sbg hujjah kalau tidak ada Bid\’ah Hasanah?

    -Bukti kedua:

    Sejak Zaman Wali Songo(semoga Alloh memberkati mereka) dengan cara Dakwah mereka yg halus dan telaten.Alhamdullilah Indonesia jauh dari musibah2 besar..

    Ini lah sedikit bukti yg kongkrit bahwa Ahlussunnah wal Jamaah yg kita yakini di Ridhoi ALLOH SWT.

    Oleh itu Mari Saudara-Saudara Ku yg istiqomah dgn Ahlussunnah wal Jamaah Rapatkan BARISAN jangan sampai \"mereka\" mengacak-acak\" Bumi Ahlussunnah wal Jamaah.

    -Tuk \’mereka\’ jangan ganggu ketentraman bumi\’Kami\’
    -jalankan keyakinan anda..jangan membesar2kan masalah yg FURU\’-
    -Berkacalah dimana anda berada…….

    Afwan ya Habib

    Insya Alloh,kita semua dimuliakan Alloh SWT…Amiin

    Wassalamualaikum wr wb.

    #77319371


    alfatih

    Participant

    Assalamu\’alaikum warahmatullahi wa barakatuh,

    Al-Habib yang semoga Allah muliakan,

    Bolehkah ana tanya satu hal, begini habib:

    Hadits Muslim No. 1017 yang habib kutip, setahu ana dalam lafazh aslinya tertulis: \"man sanna fil islami sunnatan hasanatan\" yang artinya bahwa kata \"man sanna\" adalah \"barangsiapa yang melakukan amalan\" sebagai penerapan dari syariat yang ada karena dilanjutkan dengan kalimat \"fil islami\" (di dalam islam). Artinya amalan tersebut ada tempat kembali (asalnya) dalam syariat. Bukan sesuatu yang baru.

    Namun habib mentranslate \"man sanna\" dengan \"barangsiapa yang melakukan hal baru\". Ini yang membuat bias arti terjemahannya karena padanan kata dalam bahasa indonesia sulit mengikuti kekayaan kosa-kata dan maksud kalimat dalam bahasa arab.

    Kemudian perkataan para imam berikut dalam menafsirkan perkataan Umar ra:

    Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: \"Paling jauh dalam hal bahwa Umar menyebutkan sebagai bid\’ah yang dianggap baik, namun merupakan penamaan menurut tinjauan bahasa saja, bukan menurut syara\’. Karena \"bid\’ah\" dalam pengertian bahasa meliputi segala apa yang dikerjakan pertama kali tanpa ada contoh sebelumnya. Adapun bid\’ah menurut syara\’ adalah segala sesuatu yang tidak ada dalilnya dalam syara\'[Tafsir Ibni Katsir, terhadap surat al-Baqarah ayat 117]

    Ibnu Katsir rahimahullah berkata: \"Bid\’ah itu ada dua macam, yakni pertama menurut syara\’ seperti sabda Raulullahi Shallallahu \’alaihi wa sallam,\"Karena sesungguhnya setiap perkara yang dibuat-buat dalam agama adalah bid\’ah dan setiap bid\’ah itu sesat\". Sedangkan kedua menurut bahasa, sebagaimana perkataan Umar bin Khaththab mengenai perbuatannya ketika mengumpulkan orang-orang untuk shalat tarawih dan secara kontinyu,\"inilah sebaik-baik bid\’ah\".[Jaami\’ul \’Uluum Wal-Hikam, no.28]

    Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah berkata: \"Adapun apa yang terdapat pada perkataan para ulama salaf mengenai adanya anggapan BAIK terhadap sebagian bid\’ah, maka yang dimaksud adalah bid\’ah lughawiyyah (menurut bahasa), bukan syar\’iyyah (menurut agama). Diantaranya adalah perkataan Umar:\"Inilah sebaik-baik bid\’ah\". Maksudnya adalah perbuatan tersebut belum ada dengan cara demikian pada saat itu, namun sebelumnya ia mempunyai asal dari syariat yang dijadikan rujukan.[Tafsiirul Manaar 9/660 melalui Ilmu Ushulul Bida\’ oleh Syaikh Ali Hasan]

    Demikian habib mohon penjelasannya. Afwan atas tulisan yang kurang berkenan.
    Wallahu al-Musta\’an

    Wassalamu\’alaikum warahmatullahi wa barakatuh

    #77319381


    Saqqaf

    Participant

    [b]alfatih tulis:[/b]
    [quote]
    ………. Diantaranya adalah perkataan Umar:\"Inilah sebaik-baik bid\’ah\". Maksudnya adalah perbuatan tersebut belum ada dengan cara demikian pada saat itu, namun sebelumnya ia mempunyai asal dari syariat yang dijadikan rujukan.[Tafsiirul Manaar 9/660 melalui Ilmu Ushulul Bida\’ oleh Syaikh Ali Hasan] ………
    [/quote]

    Demikian berarti antum sudah mengetahui dalilnya Dan Maulid, tahlil, serta segala macam yang dibid\’ahkan oleh sebagian golongan dari antum sudah ada dalil-dalil rujukannya… diterangkan tuntas oleh habib dalam artikel di web ini dan dalam bukunya Aqlan wa syar\’an…

    Jadi sepertinya tidak ada masalah besar.. dan tidak perlu dibesar-besarkan lagi.
    Ya Habibana Mundzir… Ana kangen antum bib.. Ga sabar ana nunggu malem jum\’at nih..

    Maassalamah ya habibiy
    Wassalamu\’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

    #77319392


    MuhammadSulton

    Participant

    Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh

    Semoga Allah SWT selalu mencurahkan kebahagiaan dan rahmatNYA pada diri kita yg dhoif ini.

    Perihal penulis di web http://www.al-firdaus.com/BidahHasanah/Bab1.htm yg bernama Dr. Mohd Asri Zainul Arifin memang seorang mufti di daerah perlis (mufti daerah) malaysia.
    Dan saat ini beliau sedang bermasalah dengan para Habaib se Malaysia krn menghina ahlul bait Rasulullah SAW.

    Saya pernah baca permasalah tersebut di majalah AlKisah (silahkan cek sendiri ke Alkisah) yg salah satu point ejekan beliau adalah bahwa \"dzikir yg dilakukan / diamalakan oleh orang orang di Hadramaut membuang buang waktu saja\".
    (Mungkin Habib Mundzir bisa lansung mengecek dengan para Habaib di Malaysia atas brita tersebut.)
    Saat itu para Habaib di Malaysia bereaksi dengan mengundang (secara resmi dgn surat) debat terbuka atau tertutup kepada beliau namun saya sampai saat ini tak tahu pasti apakah beliau bersedia hadir di debat tersebut atau tidak.

    Saya lampirkan sepenggal informasi yg Insya Allah bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi diri saya.

    http://abu-syafiq.blogspot.com/2007/05/siri-1-membongkar-kesesatan-muftin-asri.html

    Demikianlah sepenggal informasi yg saya peroleh.
    Wallahu\’alam

    #77319393


    suratno

    Participant

    ASSLAMUALAIKUM

    SAYA MENDUNGKUNG MU..PANJAY…..

    #77319404


    Munzir Almusawa

    Participant

    Alaikumsalam warahmatullah wabaraktuh,

    Kebahagiaan dan Kesejukan rohani semoga selalu menghiasi hari hari anda,

    Saudaraku yg kumuliakan,
    sanna ini luas maknanya, dan sebagaimana saya telah mengutip penjelasan dari para Muhadditsin bahwa yg dimaksud adalah hal yg berupa perbuatan yg baru dalam islam, (baru namun tak bertentangan dg syariah) karena kejadian perbuatan shadaqah yg terjadi dalam hadits itu adalah hal baru, memang shadaqahnya adalah hal yg sudah masyru’, namun perbuatan sahabat itu adalah hal yg baru demi mengajak sahabat lainnya mau bersedekah.

    Dan bila yg dimaksud adalah sunnah Nabi saw yg telah ada, maka mustahil ada sunnah yg buruk sebagaimana hadits tersebut, barangsiapa yg membuat hal baru dalam islam berupa hal buruk…

    Demikian pula dalam penjilidan Al Qur’an sebagaimana artikel yg saya tulis :

    Siapakah yg pertama memulai Bid’ah hasanah setelah wafatnya Rasul saw?
    Ketika terjadi pembunuhan besar besaran atas para sahabat (Ahlul yamaamah) yg mereka itu para Huffadh (yg hafal) Alqur’an dan Ahli Alqur’an di zaman Khalifah Abubakar Asshiddiq ra,

    berkata Abubakar Ashiddiq ra kepada Zeyd bin Tsabit ra : “Sungguh Umar (ra) telah datang kepadaku dan melaporkan pembunuhan atas ahlulyamaamah dan ditakutkan pembunuhan akan terus terjadi pada para Ahlulqur’an, lalu ia menyarankan agar Aku (Abubakar Asshiddiq ra) mengumpulkan dan menulis Alqur’an, aku berkata : [b]Bagaimana aku berbuat suatu hal yg tidak diperbuat oleh Rasulullah..??, [/b]

    maka Umar berkata padaku bahwa Demi Allah ini adalah demi kebaikan dan merupakan kebaikan, dan ia terus meyakinkanku [b]sampai Allah menjernihkan dadaku dan aku setuju dan kini aku sependapat dg Umar,[/b] dan engkau (zeyd) adalah pemuda, cerdas, dan kami tak menuduhmu (kau tak pernah berbuat jahat), kau telah mencatat wahyu, dan sekarang ikutilah dan kumpulkanlah Alqur’an dan tulislah Alqur’an..!”

    berkata Zeyd : “Demi Allah sungguh bagiku diperintah memindahkan sebuah gunung daripada gunung gunung tidak seberat perintahmu padaku untuk mengumpulkan Alqur’an, [b]bagaimana kalian berdua berbuat sesuatu yg tak diperbuat oleh Rasulullah saw??”[/b], maka Abubakar ra mengatakannya bahwa hal itu adalah kebaikan, [b]hingga iapun meyakinkanku sampai Allah menjernihkan dadaku dan aku setuju dan kini aku sependapat dg mereka berdua [/b]dan aku mulai mengumpulkan Alqur’an”. (Shahih Bukhari hadits no.4402 dan 6768).

    Nah saudaraku, bila kita perhatikan konteks diatas Abubakar shiddiq ra mengakui dengan ucapannya : “Bagaimana aku berbuat sesuatu yg tak diperbuat oleh Rasulullah?? (BID’AH)”, lalu beliau berkata : “sampai Allah menjernihkan dadaku dan aku setuju dan kini aku sependapat dg Umar”,

    hatinya jernih menerima hal yg baru (bid’ah hasanah) yaitu mengumpulkan Alqur’an, karena sebelumnya alqur’an belum dikumpulkan menjadi satu buku, tapi terpisah pisah di hafalan sahabat, ada yg tertulis di kulit onta, di tembok, dihafal dll, ini adalah Bid’ah hasanah, justru mereka berdualah yg memulainya.

    Kita perhatikan hadits yg dijadikan dalil menafikan (menghilangkan) Bid’ah hasanah mengenai semua bid’ah adalah kesesatan, diriwayatkan bahwa Rasul saw selepas melakukan shalat subuh beliau saw menghadap kami dan menyampaikan ceramah yg membuat hati berguncang, dan membuat airmata mengalir.., maka kami berkata : “Wahai Rasulullah.. seakan akan ini adalah wasiat untuk perpisahan…, maka beri wasiatlah kami..”

    maka rasul saw bersabda : “Kuwasiatkan kalian untuk bertakwa kepada Allah, mendengarkan dan taatlah walaupun kalian dipimpin oleh seorang Budak afrika, sungguh diantara kalian yg berumur panjang akan melihat sangat banyak ikhtilaf perbedaan pendapat, maka berpegang teguhlah pada sunnahku dan sunnah khulafa’urrasyidin yg mereka itu pembawa petunjuk, gigitlah kuat kuat dg geraham kalian (suatu kiasan untuk kesungguhan), dan hati hatilah dengan hal hal yg baru, sungguh semua yg Bid;ah itu adalah kesesatan”. (Mustadrak Alasshahihain hadits no.329).

    Jelaslah bahwa Rasul saw menjelaskan pada kita untuk mengikuti [b]sunnah beliau dan sunnah khulafa’urrasyidin[/b], dan sunnah beliau saw telah memperbolehkan hal yg baru selama itu baik dan tak melanggar syariah, dan sunnah khulafa’urrasyidin adalah anda lihat sendiri bagaimana Abubakar shiddiq ra dan Umar bin Khattab ra menyetujui bahkan menganjurkan, bahkan memerintahkan hal yg baru, yg tidak dilakukan oleh Rasul saw yaitu pembukuan Alqur’an, lalu pula selesai penulisannya dimasa Khalifah Utsman bin Affan ra, dg persetujuan dan kehadiran Ali bin Abi Thalib kw.

    Demikian pula hal yg dibuat-buat tanpa perintah Rasul saw adalah dua kali adzan di Shalat Jumat, tidak pernah dilakukan dimasa Rasul saw, tidak dimasa Khalifah Abubakar shiddiq ra, tidak pula dimasa Umar bin khattab ra dan baru dilakukan dimasa Utsman bn Affan ra, dan diteruskan hingga kini (Shahih Bulkhari hadits no.873).

    Siapakah yg salah dan tertuduh?, siapakah yg lebih mengerti larangan Bid’ah?, adakah pendapat mengatakan bahwa keempat Khulafa’urrasyidin ini tak faham makna Bid’ah?

    saya melihat Kitab Jami’ul Ulum walhikam halaman 28 dan pembahasan anda tidak saya dapatkan, apakah anda membacanya sendiri atau menukil dari orang lain sebelum membuktikannya?, atau jika memang tertulis di Jamiul ulum wal hikam dapatkah anda “copy Paste” pada saya agar jelas bahwa ada tertulis ucapan demikian.

    mengenai ucapan Al Hafidh Imam Ibn Rajab, beliau tidak melarang hal yg baru, namun harus ada sandaran dalil secara logika atau naqli nya, maka bila orang yg bicara hal baru itu punya sandaran logika dan sandaran Naqli nya, maka terimalah, sebagaimana ucapan beliau :

    [size=4][b]وهذا الحديث من قواعد الدين لأنه يندرج تحته من الأحكام ما لا يأتي عليه الحصر وما مصرحه وأدله على إبطال ما فعله الفقهاء من تقسيم البدع إلى أقسام وتخصيص الردببعضها بلا مخصص من عقل ولا نقل
    فعليك إذا سمعت من يقول هذه بدعة حسنة بالقيام في مقام المنع مسندا له بهذه الكلية وما يشابهها من نحو قوله صلى الله عليه وآله وسلم كل بدعة ضلالة طالبا لدليل تخصيص تلك البدعة التي وقع النزاع في شأنها بعد الاتفاق على أنها بدعة فإن جاءك به قبلته وإن كاع كنت قد ألقمته حجرا واسترحت من المجادل[/size]ة
    [/b]
    [b]“hadits hadits ini merupakan kaidah kaidah dasar agama karena mencakup hukum hukum yg tak terbatas, betapa jelas dan terangnya dalil ini dalam menjatuhkan perbuatan para fuqaha dalam pembagian Bid’ah kepada berbagai bagian dan mengkhususkan penolakan pada sebagiannya (penolakan thd Bid;ah yg baik) dengan tanpa mengkhususkan (menunjukkan) hujjah dari dalil akal ataupun dalil tulisan (Alqur’an/hadits),

    maka bila kau dengar orang berkata : “ini adalah Bid’ah hasanah”, dg kau mengambil posisi melarangnya dg bertopang pada dalil bahwa keseluruhan Bid;ah adalah sesat dan yg semacamnya sebagaimana sabda Nabi saw : “semua Bid’ah adalah sesat” dan (kau) meminta dalil pengkhususan (secara aqli dan naqli) mengenai hal Bid’ah yg menjadi pertentangan dalam penentuannya (apakah itu bid;ah yg baik atau bid’ah yg sesat) setelah ada kesepakatan bahwa hal itu Bid;ah (hal baru), maka bila ia membawa dalilnya (tentang Bid’ah hasanah) yg dikenalkannya maka terimalah, bila ia tak bisa membawakan dalilnya (aqlan wa syar’an) maka sungguh kau telah menaruh batu dimulutnya dan kau selesai dari perdebatan” (Naylul Awthaar Juz 2 hal 69-70).[/b]

    Jelaslah bahwa ucapan Imam Asyaukaniy menerima Bid;ah hasanah yg disertai dalil Aqli (Aqliy = logika) atau Naqli (Naqli = dalil Alqur’an atau hadits), bila orang yg mengucapkan pada sesuatu itu Bid’ah hasanah namun ia tak bisa mengemukakan alasan secara logika, atau tak ada sandaran Naqli nya maka pernyataan tertolak, bila ia mampu mengemukakan dalil logikanya, atau dalil Naqli nya maka terimalah.

    Jelas jelas beliau mengakui Bid’ah hasanah.[size=4]
    [b]
    وقال ابن رجب في كتابه جامع العلوم والحكم ما لفظه جوامع الكلم التي خص بها النبي صلى الله عليه وسلم نوعان أحدهما ما هو في القران كقوله تعالى إن الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي قال الحسن لم تترك هذه الاية خيرا إلا أمرت به ولا شرا إلا نهت عنه والثاني ما هو في كلامه صلى الله عليه وسلم وهو منتشر موجود في السنن المأثورة عنه صلى الله عليه وسلم انتهى[/b]
    [/size]
    Berkata Ibn Rajab dalam kitabnya Jami’ul Uluum walhikam bahwa lafadhnya : kumpulan seluruh kalimat yg dikhususkan pada nabi saw ada dua macam, yg pertama adalah Alqur’an sebagaimana firman Nya swt : “Sungguh Allah telah memerintahkan kalian berbuat adil dan kebaikan, dan menyambung hubungan dg kaum kerabat, dan melarang kepada keburukan dan kemungkaran dan kejahatan” berkata Alhasan bahwa ayat ini tidak menyisakan satu kebaikanpun kecuali sudah diperintahkan melakukannya, dan tiada suatu keburukan pun kecuali sudah dilarang melakukannya.
    Maka yg kedua adalah hadits beliau saw yg tersebar dalam semua riwayat yg teriwayatkan dari beliau saw. (Tuhfatul Ahwadziy Juz 5 hal 135)
    maaf kalau saya merepotkan anda dengan meminta penjelasan, saya senang bila anda bertanya satu persatu seperti ini hingga tak menyita waktu dalam membahasnya, kita bisa saling memperjelas, Baarakallahufiikum.

    demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu,

    wallahu a\’lam
    [size=3][/size]

    #77319418


    WIDAYAT NUR AZIS

    Participant

    Assalamu\’alaikum.

    Semoga limpahan Rahmat selalu tercurah pada Habib dan keluarga,

    Sungguh ana sangat dapat mengambil manfaat dengan apa yang disampaikan Habib terhadap masalah Bid\’ah ini, semoga benang kusut (bid\’ah) yang selama ini menyelimuti umat Islam ini akan cepat terurai.

    Dan untuk mas Alfatih, ana juga mengucapkan terima kasih dan salam hangat dari ana, semoga antum selalu dalam lindungan dan kasih sayang Allah, dengan inisiatif Mas Alfatih, Habib Munzir mau mengurai masalah Bid\’ah ini dengan segala ilmu yang dimilikinya, semoga hal ini kalau benar adanya tidak akan menutup kemungkinan mas Alfatih akan kembali lagi ke pangkuan Ahlussunnah Wal Jamaah.

    Untuk teman2 dan saudara2 yang lain, kedepankan sikap santun, lemah lembut dan kasing sayang terhadap sesama Muslim.

    Semoga Habib mau meneruskan pembicaraan mengenai Bid\’ah ini dengan sejelas-jelasnya,

    Sekali lagi salam ana buat Habib dan Keluarga, semoga selalu dalam limpahan kasih sayang Allah, dan semoga sakitnya cepat digantikan dengan kesembuhan (karena saya lihat senen malam selasa kemarin Habib pakai tongkat untuk berdiri).

    #77319429


    khunthai

    Participant

    Assalamu\’alaikum wrwb
    Semoga kemuliaan dan kesehatan selalu menyertai habib Munzir sekeluarga.. amien.

    Alhamdulillah ..penjelasan habib munzir sangat mencerahkan kami. Tapi ada yang sedikit mengganggu, tentang ini,
    [quote]mengenai ucapan Al Hafidh Imam Ibn Rajab, beliau tidak melarang hal yg baru, namun harus ada sandaran dalil secara logika atau naqli nya, maka bila orang yg bicara hal baru itu punya sandaran logika dan sandaran Naqli nya, maka terimalah, sebagaimana ucapan beliau :

    ……………….

    Jelaslah bahwa ucapan Imam Asyaukaniy menerima Bid;ah hasanah yg disertai dalil Aqli (Aqliy = logika) atau Naqli (Naqli = dalil Alqur’an atau hadits), [/quote]

    Yang benar..Imam Ibn Rajab ataukah Imam Asyaukamiy?

    Terima kasih pak habib penjelasannya.

    #77319436


    Munzir Almusawa

    Participant

    Alaikumsalam warahmatullah wabaraktuh,

    Kebahagiaan dan Kesejukan rohani semoga selalu menghiasi hari hari anda,

    Saudaraku yg kumuliakan,
    terimakasih atas doanya, doakan saya cepat sembuh ya mas widayat?,

    semoga dalam kebahagiaan selalu,

    wallahu a\’lam

    #77319590


    alfatih

    Participant

    Assalamu\’alaikum warahmatullahi wa barakatuh

    Al Imam Ibnu Katsir rahimahullah ketika menafsirkan ayat:

    [size=4][b]بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ [/b][/size]

    Beliau rahimahullah berkata:

    [b]اي خالقهما على غير مثال سبق قال مجاهد و السدي: و هو مقتضى اللغة ومنه يقال للشيء المحد ث بدعة كما جاء في صحيح مسلم: فان كل محد ثة بدعة وكل بدعة ضلا لة – والبد عة على قسمين: تارة تكون بدعة شرعية كقوله: فان كل محد ثة بدعة وكل بدعة ضلا لة و تارة تكون بدعة لغوية كقول امير المؤ منين عمر بن الخطاب عن جمعه اياهم على صلاة التراويح واستمراهم: نعمت البدعة هذه[/b]

    \"Yaitu yang menciptakan keduanya tanpa ada contoh sebelumnya, Mujahid dan as-Sadi berkata hal tersebut merupakan keperluan bahasa dan daripadanya dikatakan terhadap sesuatu yang baru adalah bid’ah. Sebagaimana di dalam Shahih Muslim: [i]“Karena sesungguhnya setiap perkara yang dibuat-buat dalam agama adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat”. [/i]Bid\’ah itu ada dua macam, yakni pertama menurut syara\’ seperti sabda Raulullahi Shallallahu \’alaihi wa sallam,\"Karena sesungguhnya setiap perkara yang dibuat-buat dalam agama adalah bid\’ah dan setiap bid\’ah itu sesat\". Sedangkan kedua menurut bahasa, sebagaimana perkataan Umar bin Khaththab mengenai perbuatannya ketika mengumpulkan orang-orang untuk shalat tarawih dan secara kontinyu,\"inilah sebaik-baik bid\’ah\".(Tafsir QS: Al-Baqoroh 117, Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim Ibnu Katsir, hal 223 cet. Maktabah at-Taufiqiyah Cairo Mesir)

    Dengan demikian kita tidak boleh berdalil dengan bid\’ah menurut bahasa untuk urusan (perkara) agama. Karena perbedaannya sangat jelas seperti di atas.

    Demikian semoga memperjelas. Afwan jiddan dari ana yang dhoif jika kurang berkenan

    Barakallahu fiik
    Wassalamu\’alaikum warahmatullahi wa barakatuh

    #77319599


    Munzir Almusawa

    Participant

    Alaikumsalam warahmatullah wabaraktuh,

    Semoga Keagungan Cahaya Rajab dan kemuliaan Isra wal Mi’taj selalu menerangi hari hari anda,

    Saudaraku yg kumuliakan,
    makna bid\’ah sudah saya jelaskan diatas, bahwa hal yg tak ada landasan secara logika dan dalil (aqlan wa syar\’an), diluar itu maka boleh,

    saudaraku Fatih yg kumuliakan, sadarlah, guntingan2 ucapan itu tak bisa menipu kami bahwa mereka para Imam itu mengatakan Bid\’ah pada hal hal yg baru yg bermanfaat, selama ada sandarannya aqlan wa syar\’an.

    kami tahu sejarah Imam Nawawi, ia membenarkan tabarruk di kubur2, kami tahu Imam Syafii, ia bertabarruk dg Jubah Imam Ahmad bin hanbal ketika muridnya itu disiksa dan dicambuk di penjara., kami tahu Imam Ahmad bin Hanbal mewasiatkan agar potongan Rambut Rasulullah dimasukkan dalam kafannya,

    kami tahu Imam Syaukani yg merupakan tokoh sufi yg banyak menulis shalawat2 atas nabi saw.

    bukan menggunting sana sini lalu memfitnah mereka itu adalah sejalan dengan pemikiran wahabi,

    mereka adalah guru guru kami, penipuan dengan potongan potongan ucapan seperti ini mentah, karena kami mengenal mereka dan sejarah mereka,

    anda lihatlah ucapan khulafa urrasyidin, anda lihat perbuatan sahabat, lihat perbuatan para Imam dan Muhaddits, apakah mereka ini bodoh semua hingga berbuat bid\’ah hasanah?

    anda bertobatlah dari madzhab sempalan itu, tidak ada ajaran apa apa selain menuduh dg dalil yg gunting tambal, dan memusyrikkan orang yg beriman,

    hanya sebatas itulah wahabi ini, tidak lebih dari itu.

    demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu,

    wallahu a\’lam

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments