Bolehkah Berdoa Dan Berzikir

0

atop Bolehkah Berdoa Dan Berzikir Di Depan Kuburan? – 2008/07/01 00:09
assalamualaikum wr.wb

saya mendapat email yang berisi seperti dibawah ini
apakah benar jawaban yang diberikan tersebut.
terim kasih sebelumnya atas petunjuknya.

wassalam

Berziarah ada 2 macam, ziarah kepada orang yang masih hidup dan
ziarah kepada orang yang telah meninggal.

Ziarah pada orang yang masih hidup gunanya adalah untuk menguatkan
tali kasih sayang (silaturrahim). Sedangkan ziarah kepada orang
yang sudah mati juga merupakan sunnah yang dahulu pernah dilarang,
namun kemudian larangan itu dicabut oleh Rasulullah SAW.

“Dahulu aku melarang kalian ziarah kubur, tapi kini silahkan
ziarahi” (al-Hadits).

Diantara manfaat yang dapat diambil dari ziarah kubur antara lain:
1. Untuk mengingat mati sehingga diaharapkan sepulang dari ziarah
kubur kita lebih serius dalam mempersiapkan kematian itu dengan
meningkatkan kedekatan kita kepadanya dan memperbanyak bekal untuk
dibawa ke akhirat.
2. Untuk mendoakan ahli kubur, karena doa yang kita panjatkan akan
meringankan siksanya.

Dan dalam ziarah kubur harus dihindari hal-hal yang dilarang
antara lain:
1. Meminta berkah dan bantuan dari penghuni kubur, seperti minta
kaya, minta jodoh, petunjuk nomor buntut dan lain-lain.
2. Shalat menghadap kuburan
3. Memberi sesajen, makanan atau pemberian kepada ruh yang ada
dikuburan.

Karena itu bila ingin berziarah kubur, seharusnya setiap orang
mengerti mana hal yang harus dikerjakan atau tidak boleh, agar
tidak terjerumus pada sesuatu yang haram.

Wallahu a^lam bis-shawab.

Bolehkah Berdoa Dan Berzikir Di Depan Kuburan

Pertanyaan:

Assalamu^alaikum ww
Pada saat ^iedul fitri kemarin saya ke kota kelahiran istri saya
yaitu Tulungagung. Pada hari tersebut saya diajak oleh mertua saya
ke pondok pesantren milik seorang kiyai NU. Setiba disana, setelah
bersalaman dengan kiyai tersebut saya diajak masuk kedalam masjid,
yang mana masjid tersebut ada 2 bagian, pada bagian dalam terdapat
kuburan bapak kiyai tersebut yang juga adalah seorang kiyai.
Setelah terkumpul berberapa orang, maka dimulailah pembacaan surah
yasin di depan kuburan tersebut yang diteruskan dengan doa dan
berberapa bacaan zikir yang diakhiri dengan tahlil yang diiringi
nyanyian (barang kali semacam nasyid) berbahasa arab.
Pertanyaan saya; Apakah aktivitas seperti itu dibenarkan oleh
Islam?,
Karena ragu-ragu apakah hal tersebut diperbolehkan agama atau
tidak, maka saya tidak masuk kedalam dalam bagian masjid yang mana
terdapat kuburan dan juga tidak mengikuti ritual tersebut sehingga
saya merasa kurang enak dengan bapak mertua saya.

Terima kasih

Regards,

Hamzah Al Falembani

Jawaban:

Assalamu `alaikum Wr. Wb.
Al-Hamdulillahi Rabbil `Alamin, Washshalatu Wassalamu `Alaa
Sayyidil Mursalin, Wa `Alaa `Aalihi Waashabihi Ajma`in, Wa Ba`d

Anda harus pahami bahwa praktek seperti ini bukan hanya terjadi di
tempat Anda saja, tetapi terjadi juga di banyak tempat bahkan di
Jakarta sekalipun. Yang lebih mengharukan adalah kuburan Al-Imam
Asy-Syafi^i di Cairo Mesir pun juga berada di dalam masjid,
sehingga ada orang-orang yang bertawaf di sekelilingnya.

Ini semua adalah sebuah kenyataan di dunia Islam dan sudah menjadi
fenomena yang mengglobal dan berlangsung lama sekali. Kita tahu
bahwa praktek seperti itu tidak sesuai dengan sunnah Rasulullah
SAW dan juga dalam banyak hal bisa sampai ke batas bid^ah, kalau
dilakukan khusus pada hari raya ^Ied. Karena bukankah disunnahkan
pada hari raya itu untuk berbahagia bahkan puasa pun diharamkan?
Lalu mengapa pada moment yang seharusnya semua orang bergembira
malah melakukan ziarah kubur? Bukankah ziarah kubur itu tujuannya
adalah untuk mengingat mati?

Kita tidak melarang orang berziarah kubur, juga tidak melarang
orang membaca yasin, tahlil, tahmid atau membaca shalawat serta
syiir tertentu. Kita juga tidak menyalahkan kalau ada orang yang
berkeyakinan bahwa pahala bacaan Al-Quran Al-Karim itu bisa
“dikirim” kepada orang yang sudah wafat. Karena memang hal itu
merupakan wilayah khilaf diantara para ulama.

Tapi kalau semua itu dikemas sedemikian rupa dan dijadikan sebagai
paket ritual resmi bagian dari perayaan ^Iedul Fitrhi, disitulah
permasalahannya. Apalagi bila dilakukan dengan cara rutin dan
berulang-ulang setiap tahun, tentu akan menimbulkan kekhawatiran
bahwa hal itu menjadi sebuah bid^ah yang diada-adakan, padahal
kita sama sekali tidak mendapatkan tuntunan seperti itu dari
Rasulullah SAW dan salafus shalih.

Namun di sisi lain kita pun harus menyadari bahwa sebagian besar
umat Islam telah melakukannya dengan tanpa ilmu dan kedalaman
pengetahuan. Mereka umumnya hanya ikut-ikutan saja atas perbuatan
yang dilakukan oleh tokoh mereka. Sayangnya, tidak mudah bagi
mereka untuk menerima kenyataan bahwa praktek seperti itu tidak
punya landasan syar^i yang kuat. Dan lebih sayang lagi bahwa
mereka tidak mau menerima begitu saja “masukan” yang kita
sampaikan. Alih-alih menerima wejangan, justru mereka akan membuat
front tersendiri untuk mempertahankan diri. Bahkan mereka terbiasa
membalas dengan menuduh orang yang mengingatkannya sebagai
pengikut wahabi dan sebagainya.

Padahal urusan seperti tidak ada kaitannya dengan wahabi tidaknya
seseorang. Benar bahwa tokoh ulama yang dahulu gencar memerangi
praktek seperti ini adalah Muhammad bin Abdul Wahhab, namun
mengidentikkan segala sesuatu dengan wahabi pun bukan hal yang
tepat. Lantaran bertentangannya bukan semata-mata dengan wahabi,
tetapi dengan ruh dari syariat Islam itu sendiri.

Pendekatan yang paling baik sebenarnya bukan dengan meneriaki
mereka sebagai ahli bid^ah. Pola seperti ini terbukti tidak
terlalu efektif, karena biar bagaimana pun ketika seseorang
diteriaki sebagai ahli bid^ah, ada wilayah harga diri mereka yang
terinjak-injak. Sehingga alih-alih mau mendengarkan peringatan,
justru mereka akan berpaling dan memusuhi. Pendekatan yang baik
itu adalah dengan dialog dari hati ke hati dengan cara yang hikmah
dan beratmosfir mauizhah hasanah. Intinya adalah setiap muslim
wajib mempelajari, mendalami dan menghayati ajaran Islam secara
baku sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dan diwarisi
oleh para shahabat dan salafus shalih. Semakin “cerdas” seorang
muslim atas aqidah dan syariahnya, semakin paham atas agamanya dan
secara otomatis dia sendiri yang akan menghentikan segala praktek
yang tidak ada dasarnya.

Jadi kita punya kewajiban untuk meningkatkan ^kecerdasan^ aqidah
dan ^kecerdasan syariah dari umat ini. Bukan semata-mata
kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ) atau
kecerdasan spiritual (SQ), tapi kecerdasan aqidah dan kecerdasan
syariah .

Untuk bisa jadi umat yang punya kecerdasan aqidah dan kecerdasan
syariah, tidak bisa dihasilkan hanya melalui teriakan, cemoohan
dan tudingan, tetapi melalui pembelajaran, pendidikan, tarbiyah
dan menanaman aqidah dan fikrah yang islami. Dan yang pasti,
semuanya butuh proses. Sehingga kita tidak dengan mudah terjebak
dengan urusan yang tidak produktif yang membuat kita harus
terpisah oleh jurang dengan umat ini. Akhirnya, seorang da^i
dituntut untuk menjadi cerdas dalam berdakwah. Sebuah ^kecerdasan
dakwah^ .

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓

adminIII Re:Bolehkah Berdoa Dan Berzikir Di Depan Kuburan? – 2008/07/01
00:25 Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh

Saudaraku yang kumuliakan, berikut kutipan jawaban Habibana yang
sudah ada di forum :

Ziarah kubur adalah mendatangi kuburan dengan tujuan untuk
mendoakan ahli kubur dan sebagai pelajaran (ibrah) bagi peziarah
bahwa tidak lama lagi juga akan menyusul menghuni kuburan sehingga
dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah swt.
Ketahuilah berdoa di kuburan pun adalah sunnah Rasulullah saw,
beliau saw bersalam dan berdoa di Pekuburan Baqi , dan berkali
kali beliau saw melakukannya, demikian diriwayatkan dalam
shahihain Bukhari dan Muslim, dan beliau saw bersabda : Dulu aku
pernah melarang kalian menziarahi kuburan, maka sekarang ziarahlah
. (Shahih Muslim hadits no.977 dan 1977)

Dan Rasulullah saw memerintahkan kita untuk mengucapkan salam
untuk ahli kubur dengan ucapan Assalaamu alaikum Ahliddiyaar
minalmu minin walmuslimin, wa Innaa Insya Allah Lalaahiquun, As
alullah lana wa lakumul aafiah.. (Salam sejahtera atas kalian
wahai penduduk penduduk dari Mukminin dan Muslimin, Semoga kasih
sayang Allah atas yg terdahulu dan yang akan datang, dan Sungguh
Kami Insya Allah akan menyusul kalian) (Shahih Muslim hadits no
974, 975, 976). Hadits ini menjelaskan bahwa Rasulullah saw
bersalam pada Ahli Kubur dan mengajak mereka berbincang-bincang
dengan ucapan Sungguh Kami Insya Allah akan menyusul kalian .

Rasul saw berbicara kepada yg mati sebagaimana selepas perang
Badr, Rasul saw mengunjungi mayat mayat orang kafir, lalu
Rasulullah saw berkata : wahai Abu Jahal bin Hisyam, wahai
Umayyah bin Khalf, wahai Utbah bin Rabi , wahai syaibah bin rabi
ah, bukankah kalian telah dapatkan apa yg dijanjikan Allah pada
kalian ?!, sungguh aku telah menemukan janji tuhanku benar..! ,
maka berkatalah Umar bin Khattab ra : wahai rasulullah.., kau
berbicara pada bangkai, dan bagaimana mereka mendengar ucapanmu? ,
Rasul saw menjawab : Demi (Allah) Yang diriku dalam genggamannya,
engkau tak lebih mendengar dari mereka (engkau dan mereka sama
sama mendengarku), akan tetapi mereka tak mampu menjawab (shahih
Muslim hadits no.6498).

Makna ayat : Sungguh Engkau tak akan didengar oleh yg telah mati
.
Berkata Imam Qurtubi dalam tafsirnya makna ayat ini bahwa yg
dimaksud orang yg telah mati adalah orang kafir yg telah mati
hatinya dg kekufuran, dan Imam Qurtubi menukil hadits riwayat Imam
Bukhari dan Imam Muslim bahwa Rasul saw berbicara dengan orang
mati dari kafir Quraisy yg terbunuh di perang Badr. (Tafsir
Qurtubi Juz 13 hal 232).

Berkata Imam Attabari rahimahullah dalam tafsirnya bahwa makna
ayat itu : bahwa engkaua wahai Muhammad tak akan bisa memberikan
kefahaman kepada orang yg telah dikunci Allah untuk tak memahami
(Tafsir Imam Attabari Juz 20 hal 12, Juz 21 hal 55, )

Berkata Imam Ibn katsir rahimahullah dalam tafsirnya : walaupun
ada perbedaan pendapat tentang makna ucapan Rasul saw pada mayat
mayat orang kafir pada peristiwa Badr, namun yg paling shahih
diantara pendapat para ulama adalah riwayat Abdullah bin Umar ra
dari riwayat riwayat shahih yg masyhur dengan berbagai riwayat,
diantaranya riwayat yg paling masyhur adalah riwayat Ibn Abdilbarr
yg menshahihkan riwayat ini dari Ibn Abbas ra dg riwayat Marfu
bahwa : tiadalah seseorang berziarah ke makam saudara muslimnya
didunia, terkecuali Allah datangkan ruhnya hingga menjawab
salamnya , dan hal ini dikuatkan dengan dalil shahih (riwayat
shahihain) bahwa Rasul saw memerintahkan mengucapkan salam pada
ahlilkubur, dan salam hanyalah diucapkan pada yg hidup, dan salam
hanya diucapkan pada yg hidup dan berakal dan mendengar, maka
kalau bukan karena riwayat ini maka mereka (ahlil kubur) adalah
sama dengan batu dan benda mati lainnya. Dan para salaf bersatu
dalam satu pendapat tanpa ikhtilaf akan hal ini, dan telah muncul
riwayat yg mutawatir (riwayat yg sangat banyak) dari mereka, bahwa
Mayyit bergembira dengan kedatangan orang yg hidup ke kuburnya .
Selesai ucapan Imam Ibn Katsir (Tafsir Imam Ibn Katsir Juz 3 hal
439).

Rasul saw bertanya2 tentang seorang wanita yg biasa berkhidmat di
masjid, berkata para sahabat bahwa ia telah wafat, maka rasul saw
bertanya : mengapa kalian tak mengabarkan padaku?, tunjukkan
padaku kuburnya seraya datang ke kuburnya dan menyolatkannya,
lalu beliau saw bersabda : Pemakaman ini penuh dengan kegelapan
(siksaan), lalu Allah menerangi pekuburan ini dengan shalatku pada
mereka (shahih Muslim hadits no.956)

Abdullah bin Umar ra bila datang dari perjalanan dan tiba di
Madinah maka ia segera masuk masjid dan mendatangi Kubur Nabi saw
seraya berucap : Assalamualaika Yaa Rasulallah, Assalamualaika Yaa
Ababakar, Assalamualaika Ya Abataah (wahai ayahku) . (Sunan Imam
Baihaqi Alkubra hadits no.10051)

Berkata Abdullah bin Dinar ra : Kulihat Abdullah bin Umar ra
berdiri di kubur Nabi saw dan bersalam pada Nabi saw lalu berdoa,
lalu bersalam pada Abubakar dan Umar ra (Sunan Imam Baihaqiy
ALkubra hadits no.10052)
l
Sabda Rasulullah saw : Barangsiapa yg pergi haji, lalu menziarahi
kuburku setelah aku wafat, maka sama saja dengan mengunjungiku
saat aku hidup (Sunan Imam Baihaqiy Alkubra hadits no.10054).

Dan masih banyak lagi kejelasan dan memang tak pernah ada yg
mengingkari ziarah kubur sejak Zaman Rasul saw hingga kini selama
14 abad (seribu empat ratus tahun lebih semua muslimin berziarah
kubur, berdoa, bertawassul, bersalam dll tanpa ada yg
mengharamkannya apalagi mengatakan musyrik kepada yg berziarah,
hanya kini saja muncul dari kejahilan dan kerendahan pemahaman
atas syariah, munculnya pengingkaran atas hal hal mulia ini yg
hanya akan menipu orang awam, karena hujjah hujjah mereka Batil
dan lemah.

Dan mengenai berdoa dikuburan sungguh hal ini adalah perbuatan
sahabat radhiyallahu anhu sebagaimana riwayat diatas bahwa Ibn
Umar ra berdoa dimakam Rasul saw, dan memang seluruh permukaan
Bumi adalah milik Allah swt, boleh berdoa kepada Allah dimanapun,
bahkan di toilet sekalipun boleh berdoa, lalu dimanakah dalilnya
yg mengharamkan doa di kuburan?, sungguh yg mengharamkan doa
dikuburan adalah orang yg dangkal pemahamannya, karena doa boleh
saja diseluruh muka bumi ini tanpa kecuali

Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga sukses dg segala cita
cita, semoga dalam kebahagiaan selalu,

Wallahu a^lam
berikut linknya:
Itemid=&func=view&catid=9&id=14042&lang=id#14042

tidak ada larangan berbuat apapun dikuburan dengan hal hal yg
berupa ibadah, dzikir, mengaji, berdoa atau apapun, bahkan shalat,
yg dilarang adalah shalat diatas kuburan, dan para fuqaha
menambahkan bahwa diharamkannya shalat di pekuburan yg telah
pernah digali berkali kali untuk umum, karena ditakutkan serpihan
tubuh bercampur dengan tanah, maka tanah itu bercampur bangkai
manusia.

mengenai hal lain tak ada yg membedakan antara kuburan dan tempat
lain dimuka bumi, tidak ada satu hadits pun atau ayat yg melarang
berdzikir, berdoa, atau membaca Alqur^an di kuburan, Bahkan
Rasulullah saw berdoa, bersalam dan berdzikir di pekuburan.
bahkan Kubur Rasul saw, mengandung banyak kemuliaan tersendiri,
maka sepantasnya kita banyak berdoa dan iri untuk dikuburkan
disamping makam beliau, sebagaimana Umar ra meminta dikuburkan
disebelah kuburan beliau saw, dan ketika telah diiznikan oleh
Aisyah ra maka Umar ra berkata :”tidak ada yg lebih kupentingkan
selain pembaringan ditempat itu” (Shahih Bukhari)
kalau kuburan Rasul saw tak memiliki nilai tambah, maka untuk apa
Umar ra meminta dikuburkan disebelah kubur beliau saw, dan berucap
demikian?,
sangat sempit prmikiran mereka yg mengatakan Makam Rasul saw tidak
beda dengan makam muslimin lainnya.
wallahu a^lam
berikut linknya:
Itemid=&func=view&catid=9&id=851&lang=id#851

Wassalam,
AdminIII

↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓

sumber
http://arsip.majelisrasulullah.org/index.php?option=com_simpleboard&Itemid=34&func=view&id=15992

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments