Habib Ahmad bin Novel bin Salim bin Jindan merupakan adik kandung Habib Jindan, Beliau berdua adalah rekan satu angkatan dengan almarhum Habib Munzir al-Musawa saat berguru ke Ma’had Darul Musthofa Yaman pimpinan al-Musnid al-Habib Umar bin Hafidz.
Dalam [VIDEO] ini, Habib Ahmad menyampaikan sebuah kisah tentang kakek beliau yaitu al-‘Allamah al-Habib Salim bin Jindan (‘alaihi ridhwanalloh ta’ala).
Al-Habib Salim bin Jindan adalah satu dari tiga ulama Indonesia yang mencapai derajat “Al-Hafidz”, yaitu Ulama Ahli Hadits yang hafal 100.000 hadits berikut SANAD dan HUKUM MATANNYA.
Ulama terdahulu yang pernah mencapai gelar ini antara lain Imam Zainuddin al-Iraqi, Imam Ibnu Hajar al-Asqolani, Imam Syarafuddin ad-Dimyati, dan para ulama lainnya.
Pada zaman ini, ulama yang mencapai gelar atau derajat al-Hafidz dan al-Musnid adalah al-Habib Umar bin Hafidz dari Yaman yang merupakan guru dari almarhum Habib Munzir al-Musawa, Habib Jindan, dan juga Habib Ahmad.
Sedangkan para ulama dari Indonesia yang pernah hidup dan mencapai gelar ini adalah almarhum Habib Abdulloh bin Abdul Qodir Balfaqih Malang, almarhum Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi Kwitang, dan almarhum Habib Salim bin Jindan.
Dahulu di masa generasi awal, gelar ini sangat banyak disandang oleh para ulama, karena zaman mereka memungkinkan untuk mencapai gelar ini dan jumlah hadits yang diriwayatkan juga masih sangat banyak serta belum terseleksi secara ketat.
Sedangkan di zaman akhir ini, gelar al-Hafidz hampir sangat sulit (apabila tidak mau dikatakan mustahil) untuk didapatkan, sebab apabila keseluruhan kitab hadits dikumpulkan, maka tidak akan mampu mencapai jumlah minimal 100 ribu, sebagai jumlah yang disyaratkan untuk mencapai gelar al-Hafidz.
Mari kita lihat bagaimana adab Ulama terdahulu ketika menyampaikan sebuah hadits dalam [VIDEO] berdurasi 10 menit berikut.
———————
Setelah itu, marilah kita pandang diri kita, dimana posisi kita? Apakah kita berhak menilai sebuah hadits (dhoif atau shohih) atau mengkritisi bahwa suatu amalan tidak ada haditsnya, padahal kita sendiri tidak memiliki kapasitas sebagai seorang Muhaddits?
Bagaimana bisa dikatakan seorang Ahli Hadits sedangkan satu hadits pun belum tentu kita hafal lengkap beserta sanad dan hukum matannya, apatah lagi 100.000 hadist?
Bagaimana mau hafal 100.000 hadist sedangkan hadist-hadist yang ada pada zaman sekarang ini jika dikumpukan semua jumlahnya tidak mencapai 100.000 hadist?
————
Wallohu a’lam bishshowaab. Allohumma Sholli ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala Aalihi wa Shohbihi Ajma’iin. Aamiin
[AUTO POST] Video bukan milik CaraUntuk.Com dan bersumber dari Youtube.com Jika kamu Pemilik Video Dan Merasa Keberatan Tentang Posting Ini Jangan Sengan Untuk Kontak Kami