pendapat sebagian ulama bahwa ayah dan ibu nabi saw bebas dari kemusyrikan dan neraka, karena wafat sebelum kebangkitan Risalah

0
131

pencarian diatas.

<< Awal < Sebelum 1 2 Berikut > Akhir >>

AbuAfidita Orang tua Rasuk mati Musyrik? – 2007/07/14 05:34 Assalamu^alaikum
wr.wb.

Semoga keberkahan selalu untuk Habib, Keluarga & Jmaah MR.

Sungguh serangan kaum Wahabi kian meraja-lela. Salah satunya
pernyataan bahwa kedua orang tua Nabi SAW Musyrik, menyebut di
antaranya pendapat Imam Nawawi & Al-Baihaqi. Apakah benar demikian?
Karena selama ini saya menganggap seluruh jalur orang tua Nabi
adalah hanif.

Terima kasih atas penjelasannya.

↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓

Saqqaf Re:Orang tua Rasuk mati Musyrik? – 2007/07/14 07:05 Salam alaikum
afwan bib, ana ikut-ikutan ^_^
Bukannya yang di hukumi syirik adalah yang menduakan ALLAH.. Dan
Orang Tua Rasulullah SAW meninggal sebelum RASUL diutus dalam
kenabian… Apakah mereka tetap dihukumi demikian ?
Wal afu ya habib..
Wassalam

↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓

munzir Re:Orang tua Rasuk mati Musyrik? – 2007/07/15 00:25 Alaikumsalam
warahmatullah wabaraktuh,

Rahmat dan kesucian Jiwa semoga selalu menaungi hari hari anda,

Saudaraku yg kumuliakan,
sudah dijelaskan dalam Alqur^an bahwa : “Tiadalah kami menyiksa
terkecuali setelah datang kepada mereka Rasul” (QS Al isra 15).

maka jelaslah sudah bahwa Allah tidak menghukumi musyrik kecuali
setelah ada nabi saw.

apakah itu musyrik?, tidak mengakui tiada tuhan selain Allah dan
Nabi Muhammad utusan Allah.

ketika nabi dibangkitkan, lalu mengenalkan kalimat tauhid, maka
mereka yg menolak itulah yg dibilang musyrik.

bukankah Yahudi dan nasrani sudah ada sebelum nabi saw lahir?,
mereka mengakui Yesus sebagai anak tuhan, dan Yahudi mengakui Uzair
sebagai anak tuhan, namun Allah tidak mengatakan mereka kafir atau
musyrik, mereka dinamai Ahlul kitab, mulia dan suci, padahal mereka
jelas jelas musyrik,

tapi setelah kebangkitan Nabi saw, lalu Nabi saw mengenalkan mereka
kalimat tauhid, mereka tetap membantah maka barulah disebut kafir
dan musyrik.

mengenai ucapan Imam Nawawi dan Imam baihaqi, saya jadi penasaran
deh, coba anda pancing untuk mengemukakan hal itu, kitab apa,
halaman berapa, saya akan cek, tampaknya mereka ini sebagaimana
penyakit lama, gunting tambal.

lagi pula apa sih faidahnya berkeras kepala untuk menunjukkan bahwa
ayah nabi mereka sendiri itu kafir,

kan lucu.., duh,, tapi saya penasaran saudaraku, coba anda pancing
mereka mengemukakan bukti

demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu,

wallahu a^lam

Forum silahturahmi jama^ah Majelis Rasulullah, klik disini http://
groups.yahoo.com/group/majelisrasulullah

Peduli Perjuangan Majelis Rasulullah saw
No rekening Majelis Rasulullah saw:
Bank Syariah Mandiri
Atas nama : MUNZIR ALMUSAWA
No rek : 061-7121-494

↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓

AbuAfidita Re:Orang tua Rasuk mati Musyrik? – 2007/07/15 01:05
As-salamu^alaikum wr.wb.

Semoga Allah selalu membimbing Habib, keluarga & Jamaah MR.

Berikut alasan mereka
1. Berkata Al Imam An Nawawi ketika menjelaskan sabda Nabi
shalallahu alaihi wasallam : Sesungguhnya ayahku dan ayahmu di
neraka , Di dalam hadits ini terdapat faidah bahwa siapa yang mati
di atas kekafiran maka dia di neraka dan tidak akan bermanfaat
baginya kerabat dekat.
(Sumbernya tidak jelas)

2. Al Imam Al Baihaqi berkata di dalam kitabnya Dalailun Nubuwah
(1/192-193) setelah menyebutkan sejumlah hadits yang menjelaskan
bahwa kedua orang tua Nabi di neraka: Bagaimana mungkin keduanya
tidak mendapatkan sifat yang demikian di akhirat, sedang mereka
menyembah patung-patung sampai mereka mati, dan tidak beragama
dengan apa yang dibawa oleh Nabi Isa alaihi salam, .

Dan beliau berkata juga didalam As Sunanul Kubro (7/190): Kedua
orang tua beliau adalah Musyrik kemudian beliau menyebutkan
dalil-dalilnya.

Juga sumber dari berbagai Hadist, misalnya:

Hadits yang diriwayatkan Al Imam Muslim di dalam Shahihnya (203),
Abu Daud As Sunan (4718), Ibnu Hibban As Shahih (578), Al
Baihaqi Sunanul Kubro (13856), Ahmad Al Musnad (7/13861), Abu
Awanah Al Musnad (289), Abu Ya la Al Mushili Al Musnad (3516),
dari Anas bin Malik radhiallahu anhu:

أن رجلا قال: يا رسول الله! أين أبي؟ قال: في النار فلما قفي دعاه
فقال: إن أبي وأباك في النار .

Bahwasanya seseorang bertanya: wahai Rasulullah! Dimana ayahku?
Beliau menjawab: di neraka ketika orang tersebut beranjak pergi,
beliau memanggilnya dan berkata: Sesungguhnya ayahmu dan ayahku di
neraka.

Demikian Habib, bagaimana penjelasan yang sebenarnya?

↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓

munzir Re:Orang tua Rasuk mati Musyrik? – 2007/07/16 05:16 Alaikumsalam
warahmatullah wabaraktuh,

Rahmat dan kesucian Jiwa semoga selalu menaungi hari hari anda,

Saudaraku yg kumuliakan,
Dalil dalil yg mereka kemukakan itu sefihak, namun telah muncul
dalam fihak lainnya banyak teriwayatkan hal yg sebaliknya,
sebagaimana dijelaskan bahwa Paman Nabi saw yg jelas jelas menolak
bersyahadat saat wafatnya,
Ketika ditanyakan pada nabi saw :

ما أغنيت عن عمك فإنه كان يحوطك ويغضب لك قال هو في ضحضاح من نار ولولا
أنا لكان في الدرك الأسفل من النار
Apa yg kau perbuat untuk pamanmu abu thalib?, dahulu ia
melindungimu, dan marah demi membelamu.., maka Rasul saw bersabda :
Dia di pantai api neraka, kalau bukan karena aku, niscaya ia di
dasar neraka yg terdalam (Shahih Bukhari hadits no.3670, 5855,
Shahih Muslim hadits no.209)

وقال البيهقي في البعث صحة الرواية في شأن أبي طالب فلا معنى للإنكار
من حيث صحة الرواية ووجهه عندي ان الشفاعة في الكفار انما امتنعت لوجود
الخبر الصادق في أنه لا يشفع فيهم أحد وهو عام في حق كل كافر فيجوز أن
يخص منه من ثبت الخبر بتخصيصه قال وحمله بعض أهل النظر على أن جزاء
الكافر من العذاب يقع على كفره وعلى معاصيه فيجوز أن الله يضع عن بعض
الكفار بعض جزاء معاصيه تطييبا لقلب الشافع لا ثوابا للكافر لان
حسناته صارت بموته على الكفر هباء

Berkat Al Hafidh Al Imam Ibn Hajar Al Atsqalaniy : Berkata Imam
Baihaqi didalam penjelasan riwayat masalah Abu Talib : tiada makna
pengingkaran karena telah shahih nya riwayat ini, dan bentuknya
menurutku bahwa syafaat pada kafir terhalang sebagaimana sampainya
kabar yg jelas dan benar, bahwa tiada yg bisa memberi syafaaat pada
kafir seorangpun, namun ini adalah makna umum bagi semua kafir, dan
boleh saja ada kekhususan darinya bagi siapa yg telah dikuatkan
kekhususan baginya (Rasul saw),

Berkata sebagian mereka yg berpendapat bahwa balasan orang kafir
daripada siksa adalah atas kekufurannya dan maksiatnya, maka boleh
saja Allah mengurangkan sebagian dari siksa orang kafir, demi
menenangkan hati sang nabi saw pemberi syafaat, bukan karena pahala
bagi orang kafir, karena pahalanya telah hapus karena kematiannya.
(Fathul Baari Al masyhur Juz 11 hal 431).

Bahkan Juga diriwayatkan bahwa Abbas bin Abdulmuttalib melihat Abu
Lahab dalam mimpinya, dan Abbas bertanya padanya : bagaimana
keadaanmu? , abu lahab menjawab : di neraka, Cuma diringankan
siksaku setiap senin karena aku membebaskan budakku Tsuwaibah karena
gembiraku atas kelahiran Rasul saw (Shahih Bukhari hadits no.4813,
Sunan Imam Baihaqi Alkubra hadits no.13701, syi bul iman no.281,
fathul baari Almasyhur juz 11 hal 431). Walaupun kafir terjahat ini
dibantai di alam barzakh, namun tentunya Allah berhak menambah
siksanya atau menguranginya menurut kehendak Allah swt, maka Allah
menguranginya setiap hari senin karena telah gembira dg kelahiran
Rasul saw dengan membebaskan budaknya.
Walaupun mimpi tak dapat dijadikan hujjah untuk memecahkan hukum
syariah, namun mimpi dapat dijadikan hujjah sebagai manakib, sejarah
dan lainnya, misalnya mimpi orang kafir atas kebangkitan Nabi saw,
mimpi Pendeta Buhaira atas kebangkitan Rasul saw, maka tentunya hal
itu dijadikan hujjah atas kebangkitan Nabi saw maka Imam imam diatas
yg meriwayatkan hal itu tentunya menjadi hujjah bagi kita bahwa hal
itu benar adanya, karena diakui oleh imam imam dan mereka tak
mengingkarinya, bahkan berkata Imam Ibn Hajar dan Imam Assuyuthiy,
perlu pertimbangan untuk memungkiri itu karena telah diriwayatkan
dalam Shahih Bukhari,

Karena memang shahih Bukhari adalah kitab hadits tertinggi dan
terkuat dari semua kitab hadits, dan Imam Bukhari adalah digelari
Sayyidul Muhadditsin (Raja para Ahli Hadits), gelar ini dikatakan
oleh Imam Muslim yg kaget ketika melihat Imam Bukhari dapat menjawab
dengan mudah permasalahan yg tak bisa dipecahkan olehnya, maka
berkata Imam Muslim : Izinkan aku mencium kedua kakimu Wahai Guru
para Guru Ahli hadits, Wahai Raja para ahli hadits, Wahai Penyembuh
hadits dari ilal nya..! .

Dengan kejelasan diatas, bila Abu Thalib yg hidup dimasa nabi dapat
syafaat Rasul saw hingga teringankan siksanya, dan bahkan Raja semua
kafir yaitu Abu lahab bahkan mendapat keringanan siksanya karena
pernah membebaskan budaknya yaitu tsuwaibah karena gembiranya
menyambut kelahiran nabi saw,

Maka bagaimana ayah bunda Rasul saw ?, yg melahirkan Nabi saw..?,
dan mereka tak sempat hidup di masa kebangkitan Risalah untuk
beriman pada nabi saw..,

Demikian pendapat sebagian ulama bahwa ayah dan ibu nabi saw bebas
dari kemusyrikan dan neraka, karena wafat sebelum kebangkitan
Risalah, dan tak ada pula nash yg menjelaskan mereka menyembah
berhala, diantara Ulama yg berpendapat bahwa ayah bunda nabi bukan
Musyrik adalah :
Hujjatul Islam Al Imam Syafii dan sebagian besar ulama syafii,
Al Hafidh Al Muhaddits Al Imam Qurtubi,
Hujjatul Islam wa barakatul anam Al Imam Bukhari,
Al Hafidh Al Imam Assakhawiy,
Al hafidh Al Muhaddits Al Imam Jalaluddin Abdurrahman Assuyuthi yg
mengarang sebuah buku khusus tentang keselamatan ayah bunda nabi saw
Al hafidh Al Imam Ibn Syaahin,
Al Hafidh Al Imam Abubakar Al baghdadiy
Al hafidh Al Imam Attabari
Al hafidh Al Imam Addaruquthniy, dan masih banyak lagi yg lainnya,

Maka Ikhtilaf ulama akan hal ini, dan saya berpegang pada mereka
ini,

Satu hal yg buruk pada jiwa para wahabi, adalah meng Ghibah Nabi saw
dg pembahasan ini, naudzubillah dari jiwa busuk yg meng Ghibah
Rasulullah saw, menuduh bunda Nabi Kafir musyrik, lalu bagaimana
bila hal ini tak benar?, sungguh kekufuran akan balik pada mereka.

Saudaraku, beribu maaf, bila Amir tak jelas apakah ayah ibunya
muslim atau kafir, lalu Zeyd menukil 100 cara untuk menjelaskan pada
orang banyak bahwa ayah dan ibunya Amir adalah musyrik dan kafir,
bukankah berarti Zeyd memusuhi Amir?, bukankah ini Ghibah terburuk?,
bukankah jelas jelas Zeyd mengumpat Amir?, bukankah berarti ia musuh
besar Amir?

Saya bingung kok bisa bisanya ada jiwa seorang muslim mengumpat nabi
saw..,

demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu,

wallahu a^lam
[size=3][/size]

Forum silahturahmi jama^ah Majelis Rasulullah, klik disini http://
groups.yahoo.com/group/majelisrasulullah

Peduli Perjuangan Majelis Rasulullah saw
No rekening Majelis Rasulullah saw:
Bank Syariah Mandiri
Atas nama : MUNZIR ALMUSAWA
No rek : 061-7121-494

↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓

siliwangi Re:Orang tua Rasuk mati Musyrik? – 2007/07/17 02:30
Assalammu^alaikum Warahmatullahi wabarakatuh,

Semoga bau surga tercium oleh Habib karena keberkahan Ilmu, Bib saya
mohon maaf karena tidak terlebih dahulu meminta izin buat copy paste
tentang jawaban Habib. karena jawaban Habib sangat berguna bagi
kamii untuk berhujjah yang kebingungan dikala berdiskusi dengan
orang Salafi, karena mereka ini mengeluarkan pendapat yang sangat
menyilaukan hati kami. ketika saya kemukakan jawaban pendapat Habib
, mereka ini bersih keras kepada pendapatnya.

Hujjatul Islam Al Imam Syafii dan sebagian besar ulama syafii,
Al Hafidh Al Muhaddits Al Imam Qurtubi,
Hujjatul Islam wa barakatul anam Al Imam Bukhari,
Al Hafidh Al Imam Assakhawiy,
Al hafidh Al Muhaddits Al Imam Jalaluddin Abdurrahman Assuyuthi yg
mengarang sebuah buku khusus tentang keselamatan ayah bunda nabi saw
Al hafidh Al Imam Ibn Syaahin,
Al Hafidh Al Imam Abubakar Al baghdadiy
Al hafidh Al Imam Attabari
Al hafidh Al Imam Addaruquthniy, dan masih banyak lagi yg lainnya,

——————–ini kutipan dari Habib yang di koreksi oleh
orang Salafi, sehingga mereka menjawab seperti di bawah
ini…………………..

Pertama, ikhtilaf bukan dalil. Yang penting adalah argumen yang
dibawakan masing-masing pihak.

Kedua, bagaimanakah perkataan mereka? (kitab apa, halaman berapa
agar bukan “gunting tambal”) Dari daftar itu yang saya tahu memang
as-Suyuthi berpendapat demikian.

Ketiga, apakah an-Nawawi dan al-Bayhaqi tidak punya sanad kepada
para ulama terdahulu? BTW, keduanya adalah ulama Syafi^i.

Atau lebih jelasnya di link http://myquran.org/forum/index.php/
topic,23606.45.html#quickreply

Maaf habib telah disusahkan oleh saya , karena saya tidak mau
beragama dalam kebimbangan.

Wassalammu^alaikum warahamtullahi wabarakatuh

↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓

munzir Re:Orang tua Rasuk mati Musyrik? – 2007/07/17 22:49 Pertama,
“ikhtilaf bukan dalil”, pendapat siapa pula ini?, justru tak bisa
Ikhtilaf diakui kecuali ada dalil. kalau tak ada dalil maka itu
hanya Ikhtilaf antara keledai satu dengan keledai lainnya.

Kedua, bagaimanakah perkataan mereka? (kitab apa, halaman berapa
agar bukan “gunting tambal). >> Kasyful Khafa Juz 1 hal 61-64 :

وقد وقع في كلام بعض المفسرين ثم تفسير قوله تعالى ولا تسأل عن أصحاب
الجحيم ما لا يليق أخذا بظاهر ما في الصحيح الإشارة ويمكن الجواب بأن
ما في الصحيح كان أولا ثم أحياهما الله تعالى حتى آمنا به صلى الله
عليه وسلممعجزة له وخصوصية لهما في نفع إيمانهما به بعد الموت على أن
الصحيح ثم الشافعية من الأقوال ان أهل الفترة ناجون وقد ألف كثير من
العلماء في اسلامهما شكر الله سعيهم منهم الحافظ السخاوي فانه قال في
المقاصد وقد كتبت فيه جزءا الكف عن هذا اثباتا ونفيا وقال في الدرر
أخرجه بعضهم باسناد ضعيف وما أحسن قول حافظ الشام ابن ناصر الدين حبا
الله النبي مزيد فضل على فضل وكان به رؤفا فأحيا أمه وكذا اباه لايمان
به فضلا لطيفا فالقديم بذا قدير وان كان الحديث به ضعيفا ومنهم الحافظ
السيوطي فانه ألف في ذلك مؤلفات عديدة منها مسالك الحنفا في الاسلام
فينبغي ما ذكره في ذلك ثلاثة مسالك المسلك الأول انهما ماتا قبل البعثة
ولا تعذيب قبلها لقوله تعالى وما كنا معذبين حتى نبعث رسولا وقد أطبقت
الأشاعرة من أهل الكلام والأصول والشافعية من الفقهاء على أن من مات
ولم تبلغه الدعوة يموت ناجيا وانه لا يقاتل حتى يدعى الى الاسلام وانه
اذا قتل يضمن بالدية والكفارة كما نص عليه الشافعي وسائر الأصحاب بل
قال بعضهم انه يجب في قبله القصاص لكن الصحيح خلافه لانه ليس بمسلم
حقيقي وشرط القصاص المكافأة المسلك الثاني انهما لم يثبت عنهما شرك بل
كانا على الحنيفية دين جدهما ابراهيم عليه السلام كما كان على ذلك
طائفة من العرب كزيد بن عمرو بن نفيل وورقة بن نوفل وذهب الى هذا
المسلك طائفة منهم الامام الرازي بل قالوا ان سائر آبائه صلى الله عليه
وسلم لهم هذا الحكم فليس فيهم كافر وأما آذر فليس بوالد ابراهيم بل عمه
على الصحيح المسلك الثالث أن الله أحيا له أبويه صلى الله عليه وسلم
حتى آمنا به وهذا المسلك مال اليه طائفة كثيرة من حفاظ المحدثين وغيرهم
منهم ابن شاهين والحافظ أبو بكر البغدادي والسهيلي والقرطبي والمحب
الطبري وغيرهم واستدلوا لذلك بما أخرجه ابن شاهين والخطيب البغدادي
والدارقطني وابن عساكر بسند ضعيف عن عائشة قالت حجبنا رسول الله صلى
الله عليه وسلم حجة الوداع فمر بي على عقبةالحجون وهو باك حزين مغتم
فنزل فمكث عني طويلا ثم عاد إلي وهو فرح مبتسم فقلت له فقال ذهبت لقبر
أمي فسألت الله يحييها فأحياها فآمنت بي وردها الله وهذا الحديث ضعيف
باتفاق الحافظ بل قيل انه موضوع لكن الصواب ضعفه وأورده السهيلي في
روضه بسند فيه مجهولون عن عائشة بلفظ ان رسول الله صلى الله عليه وسلم
سأل ربه أن يحيي أبويه فأحياهما له ثم آمنا ثم أماتهما فان السهيلي بعد
إيراده والله قادر على كل شيء وليس تعجز رحمته وقدرته عن شيء ونبيه صلى
الله عليه وسلم أهل أن يختص بما شاء من فضله وينعم عليه بما شاء من
كرامته وقال القرطبي لا تعارض بين حديث الاحياء وحديث النهي عن
الاستغفار فان احياءهما متأخر عن الاستغفار لهما بدليل حديث عائشة ان
ذلك كان في حجة الوداع ولذلك جعله ابن شاهين ناسخا لما ذكر من الاخبار
وقال العلامة ابن المنير المالكي في المقتفى في قد وقع لنبينا صلى الله
عليه وسلم احياء الموتى نظير ما وقع لعيسى بن مريم الى أن قال وجاء في
حديث أن النبي صلى الله عليه وسلم لما منع من ان الذي بعث النبي محمدا
نجى به الثقلين مما يجحف ولأمه وأبيه حكم شائع أبداه أهل العلم فيما
صنفوا

Ketiga, apakah an-Nawawi dan al-Bayhaqi tidak punya sanad kepada
para ulama terdahulu? BTW, keduanya adalah ulama Syafi^i.

Imam Nawawi dan Imam Baihaqi tidak mengatakan ayah dan ibu nabi
musyrik, penjelasannya dg jelas dan sharih dijelaskan dalam kitab
Sadaaduddien oleh Al Hafidh Imam Assayyid Abbas Al barzanjiy hal
324-328.

kembali pada jawaban saya yg terdahulu, bila Abu Thalib mendapat
syafaat Nabi saw untuk diringankan siksanya, bahkan Abu Lahab pun
diringankan siksanya setiap senin, dan kedua riwayat ini jelas
didalam Shahih Bukhari, dan diakui oleh para Muhaddits kebenarannya,
maka lebih lebih lagi Bunda yg melahirkan beliau saw dan ayah beliau
saw,

sedangkan kafir adalah najis, tak selayaknya Rasululla saw lahir
dari rahim najis,

dan semua sanggahan itu batil karena firman Allah swt : “Kami tak
akan menyiksa suatu kaum sebelum kebangkitan seorang Nabi”

mengenai ucapan yg mengatakan bahwa Sudah ada agama Ibrahim as dan
isa as sebelum kebangkitan Nabi saw, maka itu tak bisa dijatuhkan
pada ayah bunda Nabi saw, karena para Nabi itu diutus untuk Bani
Israil, bukan untuk bangsa arab, dan hanya Nabi Muhammad saw yg
diutus untuk seluruh manusia.

wallahu a^lam.

↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓

hamba Re:Orang tua Rasul mati Musyrik? – 2007/07/18 16:49 assalamualaikum
wr.wb,

semoga habibana sekeluarga selalu dlm lindungan Allah swt.

aduh… gimana ya… bikin tambah gemesss aja nih ngebaca.
sebenarnya sih yang kayak gitu gak usah diladenin krn mereka pasti
punya motif & tujuan utk merusak aqidah kita. ane pernah tuh ngerasa
terjebak tapi stlh ana pikir2 lagi gak ada manfaatnya malah mudharat
yg di dpt (wkt jd tersita mencari2 jawaban utk membantah argumen
mrk). lbh baik waktunya dipake buat ngaji/hadir majelis aja.

semakin kita luruskan pemahaman mrk, semakin kita di olok2 bukan
memberikan jawaban yang shahih.

“bukankah berdebat itu tidak baik? karena hikmahnya tidak dapat
dipetik akan tetapi fitnahnya yang mengenai kita…”

masa ada sih b**i/an**ng ngelahirin sapi/kambing… hehe… (maaf
bib, cuma analogi aja)

wassalamualaikum wr.wb,

↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓

siliwangi Re:Orang tua Rasuk mati Musyrik? – 2007/07/18 18:46
Assalammu^alaikum wr.wb.

Terima kasih atas penerangan Ilmunya kepada kami, namun setelah saya
konpirmasikan lagi ke kawan diskusi mereka masih bisa menyanggahnya.
Bagaimana ini Habib?

saya akan kasih dengan tanyaa jawab :

Habib : Pertama, “ikhtilaf bukan dalil”, pendapat siapa pula ini?,
justru tak bisa Ikhtilaf diakui kecuali ada dalil. kalau tak ada
dalil maka itu hanya Ikhtilaf antara keledai satu dengan keledai
lainnya.

aridha : Saudara, jangan salah artikan perkataan saya. Saya berkata
“ikhtilaf bukan dalil”, bukan “ikhtilaf tanpa dalil.” Maksudnya
adalah bahwa adanya ikhtilaf dalam suatu masalah tidak menjadikan
seseorang boleh memilih sembarang salah satu pendapat tanpa melihat
dalilnya. Semestinya ia melihat argumentasi (dalil)
pendapat-pendapat itu sesuai kemampuannya. Jika tidak mampu ia dapat
bertaqlid pada mujtahid yang ia percayai. Jadi dalam masalah ini
kita kan ingin melihat dalil-dalilnya, bukan emosi.

Habib : >> Kasyful Khafa Juz 1 hal 61-64 :

aridha : Dalam nukilan itu disebutkan riwayat bahwa kedua orang tua
Rasulullah dihidupkan lagi lagi beriman. Namun juga disebutkan bahwa
riwayat itu isnadnya dha^if (CMIIW). Bahkan ketika disebutkan hadits
yang diriwayatkan Ibnu Syahin dan lainnya dengan sanad dha^if dari
^Aisyah radhiyallahu ^anha dikatakan bahwa hadits itu dha^if dengan
kesepakatan, bahkan ada yang menyatakannya palsu.

Juga dikatakan bahwa hadits itu me-nasakh hadits yang melarang
permohonan ampunan bagi ibu beliau. Jadi dapat kita lihat di sini
bahwa para ulama menerima hadits-hadits yang dibawakan TS. Namun
mereka menganggapnya telah nasakh. Akan tetapi, dari penjelasan itu
disebutkan bahwa hadits yang me-nasakh itu lemah, bahkan ada yang
menyatakannya palsu. Terlebih, disebutkan kejadiannya itu pada haji
wada^ namun mengapa hanya ada riwayat lemah? Padahal haji wada^
dihadiri oleh ribuan orang.

Wahai saudara, adakah riwayat shahih untuk me-nasakh riwayat yang
shahih?

Catatan: kelemahan riwayat itu telah disoroti TS di thread lain:

http://myquran.org/forum/index.php/topic,23590.0.html

Habib : Imam Nawawi dan Imam Baihaqi tidak mengatakan ayah dan ibu
nabi musyrik, penjelasannya dg jelas dan sharih dijelaskan dalam
kitab Sadaaduddien oleh Al Hafidh Imam Assayyid Abbas Al barzanjiy
hal 324-328.

aridha : Berikut penjelasan an-Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim:

Kutip
– قَوْله : ( أَنَّ رَجُلًا قَالَ : يَا رَسُول اللَّه أَيْنَ أَبِي ؟ قَالَ : فِي النَّار ،
فَلَمَّا قَفَى دَعَاهُ قَالَ : إِنَّ أَبِي وَأَبَاك فِي النَّار )
فِيهِ : أَنَّ مَنْ مَاتَ عَلَى الْكُفْر فَهُوَ فِي النَّار ، وَلَا تَنْفَعهُ قَرَابَة الْمُقَرَّبِينَ ،
وَفِيهِ أَنَّ مَنْ مَاتَ فِي الْفَتْرَة عَلَى مَا كَانَتْ عَلَيْهِ الْعَرَب مِنْ عِبَادَة الْأَوْثَان فَهُوَ
مِنْ أَهْل النَّار ، وَلَيْسَ هَذَا مُؤَاخَذَة قَبْل بُلُوغ الدَّعْوَة ، فَإِنَّ هَؤُلَاءِ كَانَتْ قَدْ
بَلَغَتْهُمْ دَعْوَة إِبْرَاهِيم وَغَيْره مِنْ الْأَنْبِيَاء صَلَوَات اللَّه تَعَالَى وَسَلَامه عَلَيْهِمْ
. وَقَوْله صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( إِنَّ أَبِي وَأَبَاك فِي النَّار ) هُوَ مِنْ حُسْن
الْعِشْرَة لِلتَّسْلِيَةِ بِالِاشْتِرَاكِ فِي الْمُصِيبَة وَمَعْنَى ( قَفَى ) وَلَّى قَفَاهُ مُنْصَرِفًا .

Sedangkan al-Bayhaqi dalam Dalailun Nubuwah memiliki bab:

Kutip
باب ذكر وفاة عبد الله أبي رسول الله صلى الله عليه وسلم ووفاة أمه
آمنة بنت وهب ووفاة جده عبد المطلب بن هاشم

Yang di dalamnya disebutkan riwayat tentang keadaan ayah beliau dan
juga ditolaknya permohonan ampun beliau bagi ibu belia.

Lalu dikatakan.

Kutip
وكيف لا يكون أبواه وجده بهذه الصفة في الآخرة ، وكانوا يعبدون الوثن
حتى ماتوا ، ولم يدينوا دين عيسى ابن مريم عليه السلام ؟ وأمرهم لا
يقدح في نسب رسول الله صلى الله عليه وسلم ؛ لأن أنكحة الكفار صحيحة ،
ألا تراهم يسلمون مع زوجاتهم فلا يلزمهم تجديد العقد ، ولا مفارقتهن
إذا كان مثله يجوز في الإسلام . وبالله التوفيق

Habib : kembali pada jawaban saya yg terdahulu, bila Abu Thalib
mendapat syafaat Nabi saw untuk diringankan siksanya, bahkan Abu
Lahab pun diringankan siksanya setiap senin, dan kedua riwayat ini
jelas didalam Shahih Bukhari, dan diakui oleh para Muhaddits
kebenarannya, maka lebih lebih lagi Bunda yg melahirkan beliau saw
dan ayah beliau saw,

aridha : Siksa, keringanan dan ampunan adalah urusan Allah. Tidaklah
kita ketahui melainkan dari Allah dan Rasul-Nya.

Habib: sedangkan kafir adalah najis, tak selayaknya Rasululla saw
lahir dari rahim najis,

aridha : Najisnya musyrikin bukanlah najis pada keyakinan mereka.
Sederhananya begini, apakah bekas bersentuhan dengan orang musyrik
harus dicuci?

Habib : dan semua sanggahan itu batil karena firman Allah swt :
“Kami tak akan menyiksa suatu kaum sebelum kebangkitan seorang Nabi”

mengenai ucapan yg mengatakan bahwa Sudah ada agama Ibrahim as dan
isa as sebelum kebangkitan Nabi saw, maka itu tak bisa dijatuhkan
pada ayah bunda Nabi saw, karena para Nabi itu diutus untuk Bani
Israil, bukan untuk bangsa arab, dan hanya Nabi Muhammad saw yg
diutus untuk seluruh manusia.

wallahu a^lam.

aridha : Agama Nabi Ibrahim ^alayhis salaam adalah juga bagi bangsa
Arab. Ingat bahwa putera beliau, Nabi Isma^il ^alayhis salaam adalah
bapak bangsa Arab. Secara nyata kita ketahui bahwa ibadah seperti
haji dan kurban terus dikenal oleh bangsa Arab. Ka^bah adalah
kebanggaan mereka dan melayani jama^ah haji dianggap sebagai
perbuatan mulia.

Bahkan dalam nukilan yang saudara bawakan dari Kasyful Khafa
disebutkan contoh yang beriman yakni Zayd bin ^Amr bin Nufayl dan
Waraqah bin Nawfal. Lihat juga penjelasan an-Nawawi di atas.

Kemudian, juga ditunjukkan dari hadits lain.

“Pada suatu hari Nabi Shallallahu ^alayhi wa Sallam memasuki kebun
kepunyaan Bani an-Najjar, kemudian beliau mendengar suara-suara
orang-orang dari Bani an-Najjar yang telah mati pada masa jahiliyah,
mereka disiksa di dalam kuburnya.” (HR. Ahmad)

Kejadian itu juga diriwayatkan dalam Shahih Muslim dan disebutkan
bahwa Rasulullah Shallallahu ^alayhi wa Sallam bertanya kapan mereka
mati lalu seseorang menjawab bahwa mereka mati dalam kesyirikan.

Jadi agama Nabi Ibrahim ^alayhis salaam telah sampai kepada orang
Arab yang di masa jahiliyah sehingga mereka tidak dianggap sebagai
ahlul fathrah.

Allahu Ta^ala a^lam.

——–demikian Habib sanggahan dari mereka oleh saya dijadikan
bentuk tanya jawab agar saya juga ikut belajar dalam hal ini——-

↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓

munzir Re:Orang tua Rasuk mati Musyrik? – 2007/07/18 22:01 Cahaya
keberkahan Rajab dan kemuliaan malam isra wal mi raj semoga selalu
menaungi hari hari anda,

Saudaraku yg kumuliakan,
Taqlid pada para mujtahid membutuhkan sanad, bukan taqlid pada buku.

walaupun hadits itu dhaif namun riwayatnya diterima oleh para
Muhadditsin, ini menjadi hujjah penguatnya, sebab hadits dhoif itu
diperkuat oleh firman Allah swt : Tiadalah kami menyiksa suatu kaum
sebelum kami membangkitkan Rasul (QS Al Isra-15),

dan pendapat yg shahih dalam madzhab Syafii bahwa ayah bunda Nabi
saw selamat karena tergolong ahlul fatrah, karena tak ada bukti
bahwa mereka menyembah berhala.

Dan hadits dhoif itu diterima oleh para Muhadditsin bukan sebagai
dalil, tapi sebagai penjelas ayat diatas, dan diperkuat dengan
hadits shahih Bukhari mengenai syafaat nabi saw atas Abu Thalib.

Dan riwayat shahih Bukhari dan Alqur anulkarim tentunya menguatkan
hadits dhoif itu untuk menjadi Naasikh terhadap hadits riwayat
muslim juga dengan hadits2 berikut,

Hadits itu memang dhoif, namun ada pendapat yg mengatakannya palsu,
namun pendapat terbanyak mendhoifkannya (tidak mengatakannya palsu).

Berkata Imam Qurtubi bahwa kedua hadits itu tidak saling
bertentangan, karena kejadian itu adalah jauh setelah hadits yg
pertama, karena kejadiannya adalah ketika hujjatul wada , maka AL
Hafidh Ibn Syaahin menjadikannya sebagai Naasikh (penghapus) dari
hadits shahih muslim yg menjadi Mansukh dengan hadits itu.

Riwayat itu tentunya bukan saat khutbah di Hujjatul wada , namun
Nabi saw menziarahi kubur Ibunya dan Aisyah ra yg mengetahuinya.

Mengenai Naasikh tentunya bukan hanya berpatokan dengan hadits
shahih, namun berpatokan dengan fatwa para Muhadditsin yg lebih
memahami kedudukan Naasikh dan Mansukh, dan kedudukan hadits shahih
dan dhoif, sebagaimana Imam Ahmad bin hanbal yg berfatwa sentuhan
antara pria dan wanita tidak membatalkan wudhu, ia berhujjah dengan
hadits dhoif, namun menjadikannya sebagai dalil hukum, hal ini
diterima karena merupakan Ijtihad Imam Ahmad bin Hanbal, ia hafal 1
juta hadits dengan sanad dan hukum matannya,

Lalu bagaimana bila berkumpul sedemikian banyak Muhadditsin yg
menyepakati bahwa hadits riwayat muslim mansukh dengan hadits ini?,
tentunya hadits dhoif itu diperkuat oleh ayat Alqur an sebagai
penguat Nasikh nya, dan diperkuat oleh riwayat Shahih Bukhari yg
jauh lebih kuat dari Shahih Muslim, dan diperkuat oleh Ijtihad
banyak Muhadditsin dan para Imam, disertai riwayat2 lainnya.

Kalimat Abiy dalam ucapan Nabi saw tak bisa diterjemahkan mutlak
sebagai ayah kandung, sebagaimana firman Allah swt : Berkata Ya kub
ketika akan wafat kepada putra putranya : apa yg akan kalian sembah
setelah wafatku nanti? , mereka menjawab : Kami menyembah Tuhanmu,
dan Tuhan ayah ayah mu yaitu Ibrahim, dan Ismail dan Ishaq .dst (QS
Al Baqarah 133).

Jelas sudah bahwa ayah dari Ya qub hanyalah Ishaq, sedangkan ibrahim
adalah kakeknya dan Ismail adalah paman ya qub, namun mereka
mengatakan : ayah ayah mu namun bermakna : ayahmu, kakekmu, dan
pamanmu , Karena dalam kaidah arabiyyah sering terjadi ucapan ayah,
adalah untuk paman,

bila siksa, keringanan dan ampunan adalah urusan Allah, dan Allah
meringankan Abu lahab, dan meringankan Abu Thalib yg jelas jelas
menolak bersyahadat, maka lebih lebih ayah Bunda Nabi saw,

nah.. justru najisnya musyrikin itulah bukan najis tubuh, tapi najis
dengan kemurkaan Allah, pantaskan Rasulullah saw dilahirkan dari
rahim manusia yg najis dengan kemurkaan Allah?,

Sungguh hadits shahih Muslim: ayahku dan ayahmu di neraka adalah
hadits aahaad, yaitu hadits yg hanya diriwayatkan oleh satu
periwayat, dan riwayat aahaad bila bertentangan dengan Alqur;an atau
bertentangan dengan riwayat mutawatir, atau bertentangan dg Kaidah
kaidah syariah, atau Ijma ulama maka hadits itu ditinggalkan dhohir
maknanya,

Berkata Al hafidh Jalaluddin Abdurrahman Assuyuthi dalam kitabnya
Masalikul hunafaa fi abaway mustofa, bahwa Riwayat hadits shahih
muslim itu diriwayatkan oleh hammad, dan ia adalah Muttaham
(tertuduh), dan Imam Muslim tidak meriwayatkan hadits lain darinya
hanya ini, dan riwayat hadits itu (ayahku dan ayahmu di neraka)
adalah hadits riwayat Hammad sendiri, dan hammad diingkari sebagai
orang yg lemah hafalannya, dan ia terkelompok dalam hadits hadistnya
banyak diingkari, karena lemah hafalannya dan Imam Bukhari tidak
menerima Hammad, dan tak mengeluarkan satu hadits pun darinya,

Dan Imam Muslim tak punya riwayat lain dari hammad kecuali dari
tsabit ra dari riwayat ini, dan telah berbeda riwayat lain dari
Muammar yg juga dari Tsabit ra dari Anas ra dengan tidak menyebut
lafadh : ayahku dan ayahmu di neraka , tapi dikatakan padanya bila
kau lewat di kubur orang orang kafir fabassyirhu binnaar , dan
riwayat ini Atsbat (lebih kuat) haytsu riwayat (dari segi
riwayatnya), karena Muammar jauh lebih kuat dari hammad, sungguh
hammad telah dijelaskan bahwa ia lemah dalam hafalannya dan pada
hadits hadits nya banyak yg terkena pengingkaran,

Berkata AL hafidh AL Imam Nawawi : ketika kabar dari aahaad
bertentangan dengan Nash Alqur an atau Ijma, maka wajib ditinggalkan
dhohirnya (Syarh Muhadzab Juz 4 hal 342)

Berkata Al Hafidh Al Imam Ibn hajar Al Atsqalaniy yg menyampaikan
ucapan Al Kirmaniy bahwa yg menjadi ketentuannya adalah Kabar
Aaahaad adalah hanya pada amal perbuatan, bukan pada I;tiqadiyyah
(Fathul baari Almasyhur Juz 13 hal 231)

berkata Al hafidh Al Imam Assuyuthiy bahwa hadits shahih bila
diajukan pada hadits lain yg lebih kuat maka wajib penakwilannya dan
dimajukanlah darinya dalil yg lebih kuat sebagaimana hal itu
merupakan ketetapan dalam Ushul (Masaalikul Hunafa fii abaway
Mustofa hal 66),

berkata Imam Al Hafidh Jalaluddin Abdurrahman Assuyuthiy bahwa
hadits riwayat Muslim abii wa abaaka finnaar (ayahku dan ayahmu di
neraka), dan tidak diizinkannya nabi saw untuk beristighfar bagi
ibunya telah MANSUKH dg firman Allah swt : Dan kami tak akan
menyiksa suatu kaum sebelum kami membangkitkan Rasul (QS Al Isra
15), rujuk (Masaalikul Hunafa fii abaway Mustofa hal 68) dan
(Addarajul Muniifah fii abaai Musthifa hal 5 yg juga oleh beliau).

Dikeluarkan oleh Ibn Majah dari ibrahim bin sa ad dari zuhri dari
salim dari ayahnya yg berkata :datanglah seorang dusun kepada nabi
saw (ya rasulullah inna abi kaana yasilul rraha wa kaana wa
kaana..fa aina huwa?, qaala finnaar qaala :fa kaannahu wajada
mindzalik faqaala: ya rasulullah fa aina abuuk?, faqaala saw haistu
mararta fi qabr kafir fa bassyirhu binnaar, fa aslama a rabiy ba d
faqaala law qad kallafani rasulullah saw taba an, ma marartu bi qabr
kafir illa bassyartuhu binnar)

Maka jelaslah bahwa Imam Muslim dan Imam Nawawi mengambil riwayat
ini bukan bermaksud menuduh ayah kandung nabi saw kafir, namun
sebagai penjelas bahwa paman paman nabi saw ada banyak yg dalam
kekufuran, karena menolak risalah Nabi saw, termasuk Abu Lahab.
Bahkan Abu Thalib pun riwayat shahih Bukhari bahwa ia di Neraka,

TAMBAHAN
Berkata Al Hafidh Al Imam Jalaluddin Abdurrahman Assuyuthiy :
Dikatakan oleh Al Qadhiy Abubakar Al A raabiy bahwa orang yg
mengatakan ayah bunda nabi di neraka, mereka di Laknat Allah swt,
karena Allah swt telah berfirman : Sungguh mereka yg menyakiti dan
mengganggu Allah dan Nabi Nya mereka dliaknat Allah di dunia dan
akhirat, dan dijanjikan mereka azab yg menghinakan (QS Al Ahzab 57)
maka berkata Qadhiy Abubakar tiadalah hal yg lebih menyakiti Nabi
saw ketika dikatakan ayahnya di neraka, dan sungguh telah bersabda
Nabi saw : Janganlah kalian menyakiti yg hidup karena sebab yg
telah wafat .(Masalikul hunafa hal 75 li imam suyuti)

demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu,

wallahu a^lam

Forum silahturahmi jama^ah Majelis Rasulullah, klik disini http://
groups.yahoo.com/group/majelisrasulullah

Peduli Perjuangan Majelis Rasulullah saw
No rekening Majelis Rasulullah saw:
Bank Syariah Mandiri
Atas nama : MUNZIR ALMUSAWA
No rek : 061-7121-494

↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓

siliwangi Re:Orang tua Rasuk mati Musyrik? – 2007/07/19 19:19 Habib, jangan
sampai matahari yang menyinari bumi terang benarang menjadi gelap
dan tertutup oleh bulan yang sedikit sinarnya. dibawah ini sanggahan
dari teman saya bermanhaj-kan Salafus sholeh berbentuk tanya jawab.

Habib : Imam Nawawi dan Imam Baihaqi tidak mengatakan ayah dan ibu
nabi musyrik, penjelasannya dg jelas dan sharih dijelaskan dalam
kitab Sadaaduddien oleh Al Hafidh Imam Assayyid Abbas Al barzanjiy
hal 324-328.

Abu Al-Jauzaa: Ana akan memberikan sedikit sumbangan tulisan dalam
Thread ini, terutama mengomentari apa yang dituliskan oleh Pak Habib
Munzir.Akh @aridha sebenarnya telah menukilan penjelasan An-Nawawi
dalam Syarah Shahih Muslim juz 3 halaman 79 dengan cukup baik. Namun
anehnya, penjelasan itu tidak cukup memuaskan bagi Pak Habib Munzir
dan beliau malah membuat tahrif-tahrif makna dengan menukil dari
perkataan Al-Barzanji. Tentu, kita tahu perkataan An-Nawawi itu diri
beliau sendiri, bukan malah Al-Barzanji. Akan coba ana terjemahkan
penjelasan An-Nawawi tersebut sebagai berikut :

Di dalam hadits tersebut [yaitu hadits : إن أبي وأباك في النار]
terdapat pengertian bahwa orang yang meninggal dunia dalam keadaan
kafir, maka dia akan masuk neraka. Dan kedekatannya dengan
orang-orang yang mendekatkan diri (dengan Allah) tidak memberikan
manfaat kepadanya. Selain itu, hadits tersebut juga mengandung makna
bahwa orang yang meninggal dunia pada masa dimana bangsa Arab
tenggelam dalam penyembahan berhala, maka diapun masuk penghuni
neraka. Hal itu bukan termasuk pemberian siksaan terhadapnya sebelum
penyampaian dakwah, karena kepada mereka telah disampaikan dakwah
Ibrahim dan juga para Nabi yang lain shalawaatullaah wa salaamuhu
alaihim (Syarah Shahih Muslim oleh An-Nawawi 3/79).

Kalau Pak Habib mengatakan bahwa orang tua nabi tidak meinggal dalam
keadaan kafir/musyrik, tentu ini sangat bertentangan dengan
penjelasan Imam Nawawi sendiri. Apalagi jika kita mau mencermati
Shahh Muslim; maka kita akan tahu pemahaman yang ingin diambil dari
hadits tersebut. Imam Muslim memasukkan hadits tersebut dalam Bab
[بيان أن من مات على الكفر فهو في النار ولا تناله شفاعة ولا تنفعه
قرابة المقربين] Penjelasan bahwasannya siapa saja meninggal dalam
kekafiran maka ia berada di neraka dan ia akan memperoleh syafa at
dan tidak bermanfaat baginya hubungan kekerabatan . Nah, ini semakin
jelas bahwa Imam Muslim memahami orang tua Nabi mati dalam keadaan
kafir. Dan penjelasan Imam An-Nawawi yang tidak kalah jelas itu juga
sebenarnya menjabarkan pemahaman dari Imam Muslim terhadap hadits
tersebut.

Adapun Imam Baihaqi, akh @aridha telah berkata dengan perkataan
wadlihah (jelas/gamblang). Tidak perlu ana tambah lagi.

Habib: kembali pada jawaban saya yg terdahulu, bila Abu Thalib
mendapat syafaat Nabi saw untuk diringankan siksanya, bahkan Abu
Lahab pun diringankan siksanya setiap senin, dan kedua riwayat ini
jelas didalam Shahih Bukhari, dan diakui oleh para Muhaddits
kebenarannya, maka lebih lebih lagi Bunda yg melahirkan beliau saw
dan ayah beliau saw,

sedangkan kafir adalah najis, tak selayaknya Rasululla saw lahir
dari rahim najis,

Abu Al-Jauzaa:Ini adalah logika-logika bathil yang dibangun atas
dasar asumsi. Bila kita memilih logika yang diambil oleh Pak Habib
Munzir, maka cerita Nabi Ibrahim dan ayahnya juga patut didustakan
(yang otomatis mendustakan ayat Al-Qur an). Apa sebab ? Tidak
mungkin Nabi Ibrahim Al-Khalil terlahir dari sperma/nutfah najis !
Begitu juga sebaliknya. Nasab mulia tidak menjamin keturunan yang
mulia dan jaminan surga. Contoh ? Perhatikan kisah Nabi Nuh dan
anaknya.
Nasab tidaklah mempengaruhi amal dan keadaan diri seseorang. Adapun
najis yang Pak Habib maksudkan dalam QS. At-Taubah ayat 28 [Hai
orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu
najis – يَأَيّهَا الّذِينَ آمَنُوَاْ إِنّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ] bukanlah najis
dzatiyyah. Namun najis maknawiyyah atas kekufuran mereka. Itu juga
telah dikatakan oleh akh @aridha.

Habib:dan semua sanggahan itu batil karena firman Allah swt : “Kami
tak akan menyiksa suatu kaum sebelum kebangkitan seorang Nabi”

mengenai ucapan yg mengatakan bahwa Sudah ada agama Ibrahim as dan
isa as sebelum kebangkitan Nabi saw, maka itu tak bisa dijatuhkan
pada ayah bunda Nabi saw, karena para Nabi itu diutus untuk Bani
Israil, bukan untuk bangsa arab, dan hanya Nabi Muhammad saw yg
diutus untuk seluruh manusia.

wallahu a^lam.

Abu Al-Jauzaa:Mengapa bathil ? Haditsnya shahih. Dan perlu dicatat
bahwa hadits yang menerangkan status orang tua Nabi shallallaahu
alaihi wasallam bukan yang diriwayatkan oleh Muslim saja. (Nanti
akan ana tuliskan)

Lanjut, . Ayat tersebut tidak bisa dipertentangkan dengan hadits
yang sedang kita bahas. Sebelumnya ana ingin ketengahkan satu
prinsip Ahlus-Sunnah dalam beristidlal.

Imam Asy-Syafi i berkata : [ان سنة رسول الله لا تكون مخالفة لكتاب
الله بحال ولكنها مبينة عامة وخاصة] Bahwasannya Sunnah Rasulullah
shallallaahu alaihi wasallam (yang shahih) itu tidak akan
menyelisihi (bertentangan) dengan Kitabullah (Al-Qur an) sama
sekali. Akan tetapi Sunnah Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam
itu menjelaskan yang umum dan khusus [lihat Ar-Risalah halaman 78
tartib maktabah sahab].

Catatan : Masih banyak penjelasan ulama lain yang senada dengan Imam
Asy-Syafi^i. Sengaja ana tampilkan perkataan Imam Asy=Syafi^i karena
nampaknya antum menisbatkan diri pada madzhab Syafi^iy

Dan memang keadaannya sebagaimana yang diterangkan oleh Imam
Asy-Syafi i. Jika hadits tersebut adalah shahih, maka tidak mungkin
bertentangan dengan Al-Qur an. Kemungkinan hadits tersebut
mentakhsish yang aam, tafsir atau tabyin dari yang mujmal,
mentaqyid dari yang muthlaq, dan sejenisnya.

Mari kita kritisi pernyataan Pak Habib di atas. Pak Habib
mengisyaratkan bahwa bangsa Arab adalah bangsa yang tidak pernah
beragama samawi. Agama samawi hanyalah turun kepada Bani Israel
saja. Ini salah bapak ..!! Kita ketahui bahwa Nabi Ibrahim merupakan
bapak dari bangsa Arab dan bangsa Israil. Adalah benar jikalau antum
mengatakan bahwa Nabi Isa turun kepada Nabi Israil. Tapi tidak
benar bahwa ketauhidan agama Nabi Ibrahim tidak menyentuh bangsa
Arab. Perhatikan hadits berikut :

وقال أبو هريرة قال النبي صلى الله عليه وسلم رأيت عمرو بن عامر بن لحي
الخزاعي يجر قصبه في النار وكان أول من سيب السوائبTelah berkata Abu
Hurairah radliyallaahu anhu : Telah bersabda Nabi shallallaahu
alaihi wasallam : Aku melihat Amru bin Amir bin Luhay Al-Khuzaa i
menarik-narik ususnya di neraka. Dia adalah orang pertama yang
melepaskan onta-onta (untuk dipersembahkan kepada berhala) (HR.
Bukhari no. 3333 tartib maktabah sahab, Muslim no. 2856).

Nisbah Al-Khuzaa i merupakan nisbah kepada sebuah suku besar Arab,
yaitu Bani Khuza ah. Ibnu Katsir menjelaskan sebagai berikut :

عمرو هذا هو ابن لحي بن قمعة, أحد رؤساء خزاعة الذين ولوا البيت بعد
جرهم وكان أول من غير دين إبراهيم الخليل, فأدخل الأصنام إلى الحجاز,
ودعا الرعاع من الناس إلى عبادتها والتقرب بها, وشرع لهم هذه الشرائع
الجاهلية في الأنعام وغيرها Amru bin Amir bin Luhay Al-Khuza i
merupakan salah satu pemimpin Khuza ah yang memegang kekuasaan atas
Ka bah setelah Kabilah Jurhum. Ia adalah orang yang pertama kali
mengubah agama Ibrahim (atas bangsa Arab). Ia memasukkan
berhala-berhala ke Hijaz, lalu menyeru kepada beberapa orang jahil
untuk menyembahnya dan bertaqarrub dengannya, dan ia membuat
beberapa ketentuan jahiliyyah ini bagi mereka yang berkenaan dengan
binatang ternak dan lain-lain [lihat Tafsir Ibnu Katsir 2/148 QS.
Al-Maidah ayat 103].

Fakta sejarah ini menggugurkan hujjah antum. Dengan ini kita pahami
bahwa bangsa Arab sebenarnya telah mengenal ajaran ketauhidan yang
dibawa oleh Nabi Ibrahim alaihis-salaam. Termasuk di dalamnya kedua
orang tua Nabi shallallaahu alaihi wasallam.

Habib:walaupun hadits itu dhaif namun riwayatnya diterima oleh para
Muhadditsin, ini menjadi hujjah penguatnya, sebab hadits dhoif itu
diperkuat oleh firman Allah swt : Tiadalah kami menyiksa suatu kaum
sebelum kami membangkitkan Rasul (QS Al Isra-15),

dan pendapat yg shahih dalam madzhab Syafii bahwa ayah bunda Nabi
saw selamat karena tergolong ahlul fatrah, karena tak ada bukti
bahwa mereka menyembah berhala.

Abu Al-Jauzaa:Metode istidlal macam apa yang telah diperbuat oleh
Pak Habib ? Hadits yang antum sebut itu adalah dla if bima na munkar
!! Di sini antum mengingkari hadits shahih namun malah menerima
hadits dla if sebagai penjelas ayat Al-Qur an. Metode semacam ini
tidak dikenal di kalangan ahlul- ilmi. Ingat Pak Habib dalam ilmu
musthalah hadits tentang definisi Hadits Munkar. Ana ingatkan jika
antum memang lupa. Hadits Munkar (secara ringkas) adalah hadits dla
if yang menyelisihi/bertentangan dengan hadits shahih. Kedla ifan
hadits munkar ini merupakan tingkat kedla ifan yang sangat berat.
Tidak bisa terangkat menjadi kuat karena qarinah selainnya.

Siapa yang menerima hadits dla if munkar (atau bahkan maudlu ) ?
Kalau antum menyebut Imam As-Suyuthi dalam kitabnya
Masaalikul-Hunafaa fii Waalidayyal-Musthafaa; maka kita tahu bahwa
beliau adalah seorang ulama yang terkenal mudah sekali mengambil
hadits-hadits yang tidak shahih. Kalau antum menisbatkan penerimaan
hadits dla if tersebut sebagai pendapat madzhab Syafi i, ini juga
tidak bisa dibenarkan. Ibnu Hajar, An-Nawawi, Ibnu Katsir, dan yang
lainnya merupakan ulama-ulama ahli hadits sekaligus fuqahaa madzhab
Syafi i yang berseberangan pendapat dengan antum.

Habib:Dan hadits dhoif itu diterima oleh para Muhadditsin bukan
sebagai dalil, tapi sebagai penjelas ayat diatas, dan diperkuat
dengan hadits shahih Bukhari mengenai syafaat nabi saw atas Abu
Thalib.

Dan riwayat shahih Bukhari dan Alqur anulkarim tentunya menguatkan
hadits dhoif itu untuk menjadi Naasikh terhadap hadits riwayat
muslim juga dengan hadits2 berikut,

Abu Al-Jauzaa:Ayat Al-Qur an itu hanya dijelaskan oleh hadits yang
shahih. Bagaimana bisa ayat Al-Qur an dijelaskan oleh hadits dla if
munkar atau maudlu ? Apalagi menasakh hadits shahih ? Laa haula
walaa quwwata illaa billaah !! Ingatlah kata pepatah : Bila
seseorang bicara di luar bidang keahliannya, maka ia datang dengan
membawa keajaiban-keajaiban.

Adapun pengkaitan antum dengan Abu Thalib, maka menurut ana ini
adalah pengkaitan yang mengada-ada dalam beristinbath. Tidak
nyambung. Apa hubungannya dengan Abu Thalib. Abu Thalib jelas
meninggal dalam keadaan kafir yang mana ia lebih memilih agama nenek
moyangnya daripada Islam. Sifat-sifat hadits seperti ini merupakan
khabariyyah yang tidak perlu logika-logika. Bila Rasulullah
shallallaahu alaihi wasallam mengatakan bahwa Abu Tahlib mati dalam
keadaan kafir dan ia mendapatkan keringanan adzab karena jasanya
membantu dan melindungi Nabi shallallaahu alaihi wasallam pada awal
Islam; maka kita terima dan imani itu. Dan jika Nabi shallallaahu
alaihi wasallam mengatakan bahwa kedua orang tua beliau meninggal
dalam keadaan kafir, maka kita terima dan imani itu. Itulah
konsekuensi dari khabar-khabar yang dibawa Nabi shallallaahu alaihi
wasallam.

Habib:Hadits itu memang dhoif, namun ada pendapat yg mengatakannya
palsu, namun pendapat terbanyak mendhoifkannya (tidak mengatakannya
palsu).

Berkata Imam Qurtubi bahwa kedua hadits itu tidak saling
bertentangan, karena kejadian itu adalah jauh setelah hadits yg
pertama, karena kejadiannya adalah ketika hujjatul wada , maka AL
Hafidh Ibn Syaahin menjadikannya sebagai Naasikh (penghapus) dari
hadits shahih muslim yg menjadi Mansukh dengan hadits itu.

Riwayat itu tentunya bukan saat khutbah di Hujjatul wada , namun
Nabi saw menziarahi kubur Ibunya dan Aisyah ra yg mengetahuinya.

Abu Al-Jauzaa:Di sini antum kelihatan gigih sekali membela hadits
munkar/palsu dan meninggalkan hadits shahih. Aneh. Sekali lagi,
hadits dla if tidak bisa memansukh hadits shahih Pak !! Kalau antum
menemukan kaidah dalam Ulumul-Hadits seperti itu, tolong deh
jelaskan pada kami . Mungkin ana bisa mengambil manfaat dari
penjelasan antum. Namun jika kaidah itu tidak ada, jangan lupa
katakan kepada kami bahwa memang itu tidak ada.

Sebagai tambahan saja Pak Habib, dalam ilmu hadits, kalaupun ada dua
hadits shahih yang mungkin dianggap berlainan matan (bahasa
haditsnya : Maqbul Mukhtalaf); tidak serta merta kita katakan bahwa
hadits A menasakh hadits B. Tidak seperti itu !! Harus ada qarinah
yang kuat yang mengindikasikan bahwa hadits itu benar-benar
dinasakh. Karena pada asalnya, ketika kita katakan hadits A menasakh
hadits B, ada kemungkinan pula justru hadits B yang menasakh hadits
A. Para ulama telah menjelaskan bahwa jika ada dua hadits shahih
yang kelihatan bertentangan (mukhtalaf), maka ditempuh dua jalan :

1. Thariqatul-Jam i
2. Thariqatut-Tarjih (yang di dalamnya ada pembahasan
nasikh-mansukh).

Ini jika kedua haditsnya adalah shahih. Lantas, . Bagaimana jika
haditsnya dla if atau palsu ?

Adapun tentang Al-Qur an dengan As-Sunnah (Al-Hadits), penjelasannya
adalah sebagaimana yang telah ana tulis sebelumnya.

Habib:Mengenai Naasikh tentunya bukan hanya berpatokan dengan hadits
shahih, namun berpatokan dengan fatwa para Muhadditsin yg lebih
memahami kedudukan Naasikh dan Mansukh, dan kedudukan hadits shahih
dan dhoif, sebagaimana Imam Ahmad bin hanbal yg berfatwa sentuhan
antara pria dan wanita tidak membatalkan wudhu, ia berhujjah dengan
hadits dhoif, namun menjadikannya sebagai dalil hukum, hal ini
diterima karena merupakan Ijtihad Imam Ahmad bin Hanbal, ia hafal 1
juta hadits dengan sanad dan hukum matannya,

Abu Al-Jauzaa:Nah, itu antum sendiri telah mengakui bahwa hadits
mengenai dihidupkannya kedua orang tua Nabi shallallaahu alaihi
wasallam adalah hadits yang tidak shahih.

Maaf, tentang pembahasan menyentuh tangan wanita membatalkan wudlu
atau tidak pun nampaknya perlu dikritisi. Tapi Thread ini nampaknya
bukan tempat yang tepat ana menuliskan uraiannya ..

Habib:Lalu bagaimana bila berkumpul sedemikian banyak Muhadditsin yg
menyepakati bahwa hadits riwayat muslim mansukh dengan hadits ini?,
tentunya hadits dhoif itu diperkuat oleh ayat Alqur an sebagai
penguat Nasikh nya, dan diperkuat oleh riwayat Shahih Bukhari yg
jauh lebih kuat dari Shahih Muslim, dan diperkuat oleh Ijtihad
banyak Muhadditsin dan para Imam, disertai riwayat2 lainnya.

Abu Al-Jauzaa:Muhadditsin siapa pak ? Tolong sebutkan Muhadditsin
yang mu tabar. Jangan antum menyebut yang tidak mu tabar. Kalau
antum menyebut Al-Barzanji sebagai Muhadditsin, yaw ajar kalau antum
berpendapat seperti itu. Tolong sebutkan, apakah diantara mereka
adalah Imamaani fil-Hadits : Al-Bukhari dan Muslim, Imam Ahmad bin
Hanbal, Ibnul-Jauzi, Al-Hafidh Ibnu Rajab, Al-Hafidh Ibnu Hajar,
Imam An-Nawawi, Al-Hafidh Al- Iraqi, Adz-Dzahabi, Al-Hafidh Ibnu
Abdil-Hadi, Ibnu Katsir, Al-Mizzi, atau yang semisal sehingga antum
bisa katakan : sedemikian banyak ?

Habib:Kalimat Abiy dalam ucapan Nabi saw tak bisa diterjemahkan
mutlak sebagai ayah kandung, sebagaimana firman Allah swt : Berkata
Ya kub ketika akan wafat kepada putra putranya : apa yg akan kalian
sembah setelah wafatku nanti? , mereka menjawab : Kami menyembah
Tuhanmu, dan Tuhan ayah ayah mu yaitu Ibrahim, dan Ismail dan Ishaq
.dst (QS Al Baqarah 133).

Jelas sudah bahwa ayah dari Ya qub hanyalah Ishaq, sedangkan ibrahim
adalah kakeknya dan Ismail adalah paman ya qub, namun mereka
mengatakan : ayah ayah mu namun bermakna : ayahmu, kakekmu, dan
pamanmu , Karena dalam kaidah arabiyyah sering terjadi ucapan ayah,
adalah untuk paman,

Abu Al-Jauzaa:Antum kembali mentahrif dengan makna-makna muhdats.
Jelas sekali makna hadits itu bahwa yang dimaksud adalah bapak si
Penanya dan bapak Nabi shallallaahu alaihi wasallam. Maaf, akan ana
tuliskan kembali matan hadits yang antum maksud, dan ana serahkan
kepada ikhwah semua menilai : APakah perkataan Pak Habib Munzir ini
bisa dipakai atau tidak.

عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَجُلًا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيْنَ أَبِي قَالَ فِي النَّارِ فَلَمَّا قَفَّى دَعَاهُ
فَقَالَ إِنَّ أَبِي وَأَبَاكَ فِي النَّارِ

Dari Anas radliyallaahu anhu, bahwasannya ada seorang laki-laki
bertanya kepada Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam : Wahai
Rasulullah, dimanakah tempat ayahku (yang telah meninggal) sekarang
berada ? . Beliau menjawab : Di neraka . Ketika orang tersebut
menyingkir, maka beliau memanggilnya lalu berkata : Sesungguhnya
ayahku dan ayahmu di neraka . (HR. Muslim no. 203).

Pada asalnya, sebuah perkataan itu dipahami dengan dhahirnya. Dhahir
kata abii adalah bapakku, maksudnya suami ibu. Kalau paman, dalam
bahasa Arab adalah aamy atau khaaly. Jika kita ingin merubah makna
dhahir kepada makna majaz, kita harus melalui 4 anak tangga :

1. Menjelaskan kemustahilan makna dhahir
2. Menjelaskan relevansi lafadh-lafadh tersebut terhadap makna yang
ia tunjuk, karena jika tidak maka ia telah membuat dusta atas bahasa
dan atas pembicara.
3. Menjelaskan argumentasi ditentukannya makna yang mujmal itu bila
ia memiliki beberapa arti majaz.
4. Menjawab dengan benar dalil-dalil yang mengharuskan ditetapkannya
makna dhahir.

Dalam hadits Muslim tadi, tidak ada kata tidak mungkin untuk
menetapkannya pada makna dhahir, yaitu : Bapak Rasulullah
shallallaahu alaihi wasallam. Jadi klaim pak Habib Munzir tadi
hanyalah klaim angan-angan semata tanpa hujjah. Dan perlu di catat,
hadits riwayat Muslim tadi dikuatkan oleh riwayat yang lain yang
akan ana tulis nanti

↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓

siliwangi Re:Orang tua Rasuk mati Musyrik? – 2007/07/19 19:35 Ini adalah masih
sambungannya dari Akhi Abu Al Jauzaa, mudahan dapat mengambil hikmahnya dari
semua ini.

——————————————kelanjutannya———————————————

Habib:bila siksa, keringanan dan ampunan adalah urusan Allah, dan Allah
meringankan Abu lahab, dan meringankan Abu Thalib yg jelas jelas menolak
bersyahadat, maka lebih lebih ayah Bunda Nabi saw,

Abu Al-Jauzaa :karena ini merupakan khabariyyah, antum kalau berbicara harus
disertai dalil. Kalau Abu Thalib diringankan siksanya, ini ada dalil shahihnya.
Kalau orang tua Nabi ? Ada, tapi munkar atau maudlu . Kesimpulannya, logika
antum tertolak.

Catatan : Kalau mau main logika-logika-an, banyak yang harus kita yakini tidak
masuk neraka dan diberi ampunan dimana mereka jelas-jelas kafir dari kalangan
musyrik Arab atau Yahudi yang pernah menolong beliau. Ingat akh firman Allah :

وَقَدِمْنَآ إِلَىَ مَا عَمِلُواْ مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَآءً مّنثُوراً
Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu
(bagaikan) debu yang berterbangan (QS. Al-Furqaan : 23).

Ayat ini menjelaskan segala amal baik yang dilakukan oleh orang kafir akan
dijadikan sebagai debu-debu yang berterbangan, tidak bermanfaat apa-apa. Itu
akibat kesyirikan yang mereka lakukan.

Habib:nah.. justru najisnya musyrikin itulah bukan najis tubuh, tapi najis
dengan kemurkaan Allah, pantaskan Rasulullah saw dilahirkan dari rahim manusia
yg najis dengan kemurkaan Allah?,

Abu Al-Jauzaa:Telah dikatakan di atas bahwa nasab itu tidak berbanding lurus
dengan kemuliaan dan surga. Contoh telah ana kemukakan tentang kisah Nabi
Ibrahim dan bapaknya. Nabi Nuh dan anaknya. Ah, jangan-jangan karena antum
bernama Habib yang biasanya dinisbatkan pada Ahlul-Bait ? Rasulullah
shallallaahu alaihi wasallam bersabda :

ومن بطأ به عمله لم يسرع به نسبه

Barangsiapa yang lambat amalnya, maka kemuliaan nasabnya tidak bisa
mempercepatnya (HR. Muslim Al-Arba un-Nawawiyyah hadits ke-36).

Habib :Sungguh hadits shahih Muslim: ayahku dan ayahmu di neraka adalah
hadits aahaad, yaitu hadits yg hanya diriwayatkan oleh satu periwayat, dan
riwayat aahaad bila bertentangan dengan Alqur;an atau bertentangan dengan
riwayat mutawatir, atau bertentangan dg Kaidah kaidah syariah, atau Ijma ulama
maka hadits itu ditinggalkan dhohir maknanya,

Berkata Al hafidh Jalaluddin Abdurrahman Assuyuthi dalam kitabnya Masalikul
hunafaa fi abaway mustofa, bahwa Riwayat hadits shahih muslim itu diriwayatkan
oleh hammad, dan ia adalah Muttaham (tertuduh), dan Imam Muslim tidak
meriwayatkan hadits lain darinya hanya ini, dan riwayat hadits itu (ayahku dan
ayahmu di neraka) adalah hadits riwayat Hammad sendiri, dan hammad diingkari
sebagai orang yg lemah hafalannya, dan ia terkelompok dalam hadits hadistnya
banyak diingkari, karena lemah hafalannya dan Imam Bukhari tidak menerima
Hammad, dan tak mengeluarkan satu hadits pun darinya,

Dan Imam Muslim tak punya riwayat lain dari hammad kecuali dari tsabit ra dari
riwayat ini, dan telah berbeda riwayat lain dari Muammar yg juga dari Tsabit ra
dari Anas ra dengan tidak menyebut lafadh : ayahku dan ayahmu di neraka , tapi
dikatakan padanya bila kau lewat di kubur orang orang kafir fabassyirhu binnaar
, dan riwayat ini Atsbat (lebih kuat) haytsu riwayat (dari segi riwayatnya),
karena Muammar jauh lebih kuat dari hammad, sungguh hammad telah dijelaskan
bahwa ia lemah dalam hafalannya dan pada hadits hadits nya banyak yg terkena
pengingkaran,

Berkata AL hafidh AL Imam Nawawi : ketika kabar dari aahaad bertentangan
dengan Nash Alqur an atau Ijma, maka wajib ditinggalkan dhohirnya (Syarh
Muhadzab Juz 4 hal 342)

Berkata Al Hafidh Al Imam Ibn hajar Al Atsqalaniy yg menyampaikan ucapan Al
Kirmaniy bahwa yg menjadi ketentuannya adalah Kabar Aaahaad adalah hanya pada
amal perbuatan, bukan pada I;tiqadiyyah (Fathul baari Almasyhur Juz 13 hal 231)

berkata Al hafidh Al Imam Assuyuthiy bahwa hadits shahih bila diajukan pada
hadits lain yg lebih kuat maka wajib penakwilannya dan dimajukanlah darinya
dalil yg lebih kuat sebagaimana hal itu merupakan ketetapan dalam Ushul
(Masaalikul Hunafa fii abaway Mustofa hal 66),

berkata Imam Al Hafidh Jalaluddin Abdurrahman Assuyuthiy bahwa hadits riwayat
Muslim abii wa abaaka finnaar (ayahku dan ayahmu di neraka), dan tidak
diizinkannya nabi saw untuk beristighfar bagi ibunya telah MANSUKH dg firman
Allah swt : Dan kami tak akan menyiksa suatu kaum sebelum kami membangkitkan
Rasul (QS Al Isra 15), rujuk (Masaalikul Hunafa fii abaway Mustofa hal 68) dan
(Addarajul Muniifah fii abaai Musthifa hal 5 yg juga oleh beliau).

Dikeluarkan oleh Ibn Majah dari ibrahim bin sa ad dari zuhri dari salim dari
ayahnya yg berkata :datanglah seorang dusun kepada nabi saw (ya rasulullah inna
abi kaana yasilul rraha wa kaana wa kaana..fa aina huwa?, qaala finnaar qaala
:fa kaannahu wajada mindzalik faqaala: ya rasulullah fa aina abuuk?, faqaala
saw haistu mararta fi qabr kafir fa bassyirhu binnaar, fa aslama a rabiy ba d
faqaala law qad kallafani rasulullah saw taba an, ma marartu bi qabr kafir illa
bassyartuhu binnar)

Abu Al-Jauzaa:Akan ana tuliskan sedikit uraiannya :
Dalam Shahih Muslim, rangkaian sanad hadits tersebut adalah sebagai berikut :

[أبو بكر بن أبي شيبة حدثنا عفان حدثنا حماد بن سلمة عن ثابت عن أنس]Mari kita
sedikit melihat keadaan rawi yang dijadikan sorotan oleh Pak Habib ini, yaitu
Hammad bin Salamah.

Hammad bin Salamah bin Dinar Al-Khazaaz, yang mempunyai kunyah Abu Salamah
[حماد بن سلمة بن دينار الخزاز كنيته أبو سلمة] dimasukkan oleh Ibnu Hibban
sebagai perawi yang terpercaya dalam kitabnya Ats-Tsiqaat biografi nomor 7434
(juz 6).

Imam Adz-Dzahabi menjulukinya sebagai Imamul- Ilmi. Ia merupakan perawi tsiqah,
namun sedikit adanya wahm. Imam Ahmad bin Hanbal berkata tentangnya : Ia
adalah orang yang paling mengerti tentang hadits yang diriwayatkan oleh
pamannya, Humaid Ath-Thuwail . Yahya bin Ma in berkata : Ia adalah orang yang
paling berilmu dengan tsabt . Dan berkata para imam jarh wa ta dil yang lain :
Jika engkau melihat seseorang yang mencela Hammad bin Salamah, maka ragukanlah
keimanannya . Telah berkata Al-Hakim : Imam Muslim memasukkan hadits Hammad bin
Salamah dalam Ushulnya, kecuali hadits Hammad dari Tsabit yang beliau jadikan
sebagai syawahid saja . Silakan baca secara lengkap di Mizaanul-I tidaal karya
Imam Adz-Dzahabi, biografi nomor 2251 (juz 1). Di sini ana ringkas.

Ibnu Hajar berkata tentang Hammad bin Salamah : Tsiqah, ahli ibadah, orang
yang paling tsabt di kalangan manusia, dan berubah hafalannya di akhir
hayatnya. (lihat Taqribut-Tahdzib nomor 1499).

Catatan : Walaupun di sini disebutkan bahwa Hammad bin Salamah berubah
hafalannya, namun Imam Muslim menerima hadits Hammad dari Tsabit sebelum
hafalannya berubah. Lihat uraian selengkapnya di Tahdzibut-Tahdzib juz 3
biografi nomor 14 (Hammad bin Salamah).

Intinya, Hammad bin Salamah ini tidak turun kedudukannya menjadi perawi dla if.
Silakan antum cek sendiri dalam beberapa kitab rawi. Ana sarankan minimal antum
buka : Mizaanul-I tidal, Taqribut-Tahdzib, Tahdzibut-Tahdzib, dan Ats-Tsiqaat.
Atau bisa antum tambah Tahdzibul-Kamal.

Inti yang ingin ana katakan bahwa hadits tersebut shahih tanpa keraguan. Adapun
perkataan antum bahwa hadits Hammad bin Salamah banyak diingkari, maka ini
adalah kedustaan yang nyata.

Adapun hadits yang antum anggap lebih kuat itu, mari kita cermati lebih lanjut.
Begini kira-kira haditsnya :

جاء أعرابي إلى النبي صلى الله عليه وسلم فقال : إن أبي كان يصل الرحم و كان و كان
فأين هو ? قال : في النار , فكأن الأعرابي وجد من ذلك فقال : يا رسول الله فأين
أبوك ? قال : حيثما مررت بقبر كافر فبشره بالنار

Telah datang seorang Badui kepada Nabi shallallaahu alaihi wasallam lalu
berkata : Sesungguhnya ayah saya (ketika hidup) suka menyambung silaturahmi,
suka ini, dan suka itu (dalam kebaikan). Berada dimanakah ia ? . Seakan-akan
orang Badui itu memahami sesuatu dari jawaban Nabi shallallaahu alaihi
wasallam tersebut, lantas ia bertanya : Wahai Rasulullah, lalu berada
dimanakah ayahmu ? . Maka Nabi menjawab : Dimanapun kamu melewati kuburan
orang kafir, maka khabarkanlah siksa neraka kepadanya .

Hadits ini diriwayatkan oleh Thabrani 1/19/1. Perhatikan sanadnya ! Ali bin
Abdul-Aziz telah menceritakan sebuah hadits kepada kami bahwa Muhammad bin Abu
Nu aim mengatakan bahwa Ibrahim bin Sa d telah memberitakan kepada kami, dari
Az-Zuhri, dari Amir bin sa d, dari bapaknya. Bapaknya berkata : (lalu
menyebutkan hadits di atas).
Dalam sanad ini tidak ada rawi yang bernama Hammad bin Salamah atau rawi-rawi
lain yang dibawakan oleh Imam Muslim.

Riwayat ini ada mutaba ahnya dengan sanad lain yang dikeluarkan oleh Al-Bazzar
1/64-65 dan Adl-Dliyaa Al-Maqdisi dalam Al-Mukhtarah 1/333 melalui dua jalur
riwayat yang semuanya dari Zaid bin Akhzam, ia mengatakan : Yazid bin Harun
telah memberitakan kepada kami hadits tersebut . Selanjutnya Zaid bin Akhzam
mengatakan : Ad-Daruquthni ditanya tenmtang hadits itu, ia menjawab : Hadits
ini diriwayatkan oleh oleh Muhammad bin Nu aim (Al-Wasithi) dan oleh Al-Walid
bin Atha bin Sa d. Sementara ada perawi lain meriwayatkan hadits tersebut
dari Ibrahim bin Sa d, dari Az-Zuhri secara mursal. Saya (Ibnu Akhzam) katakan
: Riwayat yang kami bawakan ini memperkuat riwayat yang sanadnya bersambung .

Ana sampai saat ini belum menemukan riwayat dari jalur Muammar yg juga dari
Tsabit ra dari Anas. Tolong bawakan kepada saya, ada di kitab hadits apa dan di
nomor berapa. Alangkah lebih baik jika antum menulis haditsnya di sini beserta
sanadnya. Ana cari di Shahih Muslim gak ketemu-ketemu.

Adapun sanad lain dari Ibnu Majah, maka ada pembicaraan di situ. Ibnu Majah
mengatakan, Muhammad bin Isma il Al-Bukhtari Al-Wasithi telah menceritakan
sebuah hadits kepada kami (ia mengatakan) : Yazid bin Harun telah menceritakan
sebuah hadits kepada kami, dari Ibrahim bin Sa d, dari Az-Zuhri, dari Salim,
dari bapaknya yang mengatakan : Telah datang seorang Badui .. (sama seperti di
atas).
Sanad Ibnu Majah tersebut keliru dengan membandingkan sanad-sanad lain
sebagaimana disebutkan. Tapi tidak usah ana perpanjang di sini karena tidak ada
relevansinya dengan pembicaraan.

Tidak ada perawi riwayat Muslim (sebagaimana yang jadi pembicaraan) yang
dipakai di sini.

Setelah melihat keseluruhan riwayat yang memakai kalimat Fabasysyirhu bin-Naar;
maka sebenarnya riwayat-riwayat tidak bisa dikatakan lebih mahfudh daripada
riwayat yang dibawakan oleh Imam Muslim yang memakai kalimat Inna abii wa abaka
fin-naar. Perawi-perawinya pun berbeda, sehingga wajar jika matannya berbeda.
Dan tentu sangat mungkin ini merupakan dua kisah yang berlainan.
Ini banyak sekali contohnya dalam kutub hadits. Silakan antum cermati

Dalam ilmu hadits, ini bukan dianggap sebagai satu pertentangan Pak Habib.
Sehingga, tidak ada riwayat yang perlu dikuatkan salah satu dan dilemahkan yang
lain. Semuanya shahih dan diterima. Ana kira, orang sepandai antum telah paham
akan ilmu hadits ini insyaAllah.

Penguat makna hadits Muslim di atas adalah apa yang diriwayatkan oleh Imam
Ahmad sebagai berikut :

عن ابن بريدة عن أبيه قال كنا مع النبي صلى الله عليه وسلم ونحن في سفر, فنزل بنا
ونحن قريب من ألف راكب, فصلى ركعتين ثم أقبل علينا بوجهه وعيناه تذرفان, فقام إليه
عمر بن الخطاب وفداه بالأب والأم وقال: يا رسول الله مالك ؟ قال «إني سألت ربي عز
وجل في الاستغفار لأمي فلم يأذن لي فدمعت عيناي رحمة لها من النار, وإني كنت
نهيتكم عن ثلاث: نهيتكم عن زيارة القبور فزوروها لتذكركم زيارتها خيراً. ونهيتكم عن
لحوم الأضاحي بعد ثلاث فكلوا وأمسكوا ما شئتم, ونهيتكم عن الأشربة في الأوعية
فاشربوا في أي وعاء شئتم ولا تشربوا مسكرا

Dari Buraidah, dari ayahnya, ia menceritakan : Kami pernah bersama Nabi
shallallaahu alaihi wasallam dan kami tengah dalam satu perjalanan. Lalu
beliau menghampiri kami dan kami berjumlah sekitar 1000 orang penunggang.
Kemudian beliau mengerjakan dua raka at shalat dan setelah itu beliau
menghadapkan wajahnya kepada kami dengan kedua mata yang berlinang. Kemudian
Umar bin Khaththab mendekati beliau serta menebusnya dengan nama bapak dan ibu
seraya berucap : Ya Rasulullah, apa yang terjadi padamu? . Beliau menjawab :
Sesungguhnya aku telah memohon kepada Rabbku agar aku diperbolehkan memohon
ampun untuk ibuku, namun Allah tidak mengijinkaku. Maka kedua air mataku
berlinang kaena merasa kasihan terhadap ibuku dari api neraka. Dan sesungguhnya
aku melarang tiga hal kepada kalian. Dulu aku pernah melarang kalian berziarah
kubur, sekarang berziarahlah kalian suapa dengan berzaiarah itu akan
mengingatkan kalian kepada kebaikan. Kemudian aku juga pernah melarang kalian
memakan daging kurban setelah tiga hari, maka sekarang makanlah, simpanlah
sekehandak hati kalian. Dan dulu aku juga pernah melarang kalian minum dari
bejana langsung, sekarang minumlah dari bejana apapun yang engkau sukai dan
janganlah kalian meminum minuman yang memabukkan .

Hadits ini shahih.

Ini jelas menunjukkan kuatnya riwayat yang mengatakan bahwa orang tua Nabi
meninggal dalam keadaan kafir (sehingga masuk neraka). Baca juga riwayat
berikut :

Qatadah menceritakan, diceritakan kepada kami bahwasannya ada beberapa orang
shahabat Nabi shallallaahu alaihi wasallam berkata : Wahai nabi Allah,
sesungguhnya di antara orang tua kami terdapat orang yang berbuat baik kepada
tetangga, menyambung silaturahmi, membantu orang yang kesusahan dan memenuhi
jaminan. Apakah kami boleh memintakan ampun bagi mereka ? . Maka Nabi
shallallaahu alaihi wasallam menjawab :

بلى والله إني لأستغفر لأبي كما استغفر إبراهيم لأبيه

Boleh, demi Allah, sesungguhnya aku pun memintakan ampun untuk ayahku,
sebagaimana Ibrahim juga memintakan ampun untuk ayahnya . Kemudian Allah
menurunkan ayat : مَا كَانَ لِلنّبِيّ وَالّذِينَ آمَنُوَاْ أَن يَسْتَغْفِرُواْ لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوَاْ أُوْلِي
قُرْبَىَ مِن بَعْدِ مَا تَبَيّنَ لَهُمْ أَنّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan
orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang
musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah
jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka
jahanam . [lihat Tafsir Ibnu Katsir QS. At-Taubah : 113].

Kita pahami, Allah menegur Rasulullah shallallaahu ^alaihi wasallam karena
mendoakan orang tua beliau yang meninggal dalam keadaan kafir.

Catatan : Asbabun-Nuzul ayat ini selain peristiwa di atas, juga diriwayatkan
secara shahih berkaitan dengan meninggalnya Abu Thalib

Ana kira ana cukupkan sampai di sini komentar ana. Walhasil, . hujjah Pak Habin
Munzir adalah lemah di tilik dari segi istidlal maupun istinbath. Beliau hanya
taqlid pada ucapan As-Suyuthi tanpa memperhatikan kaidah-kaidah ilmu hadits,
komentar para muhaqqiq atas keseluruhan riwayat hadits. Intinya, shahih tanpa
keraguan apa yang diriwayatkan oleh Imam Muslim tentang orang tua Nabi yang ada
di neraka, juga apa yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dan yang lainnya yang
tidak tersebutkan. Tidak ada pertentangan dengan Al-Qur an. Anggapan bahwa
orang tua Nabi termasuk Ahlul-Fathrah tidak bisa diterima karena masyarakat
bangsa Arab telah mengenal agama ketauhidan yang dibawa Nabi Ibrahim Al-Khalil
^alaihis-salaam. Wallaahu a lam.

Catatan : Adapun mengenai pembahasan hadits ahad, mungkin kita diskusikan lain
waktu. Tulisan antum tersebut didasari oleh penolakan hadits yang kafirnya
orang tua Nabi shallallaahu ^alaihi wasallam sehingga antum coba
bentur-benturkan dengan ayat yang menurut antum terjadi ta^arudl. Padahal tidak
ada ta^arudl.

↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓

munzir Re:Orang tua Rasuk mati Musyrik? – 2007/07/20 02:10 he..he…he…

hebat sekali anda yg dengan bersemangatnya memperjuangkan dg gigih
bahwa ayah nabi musyrik dan ibunya musyrik, kalau saya lebih senang
menuduh ayah anda dan ibu anda yg musyrik daripada ayah dan bunda
Nabi saw

nah.. nah..nah.. jangan sewot dulu, kenapa marah..?, kalau saya
mencari 1000 dalil dengan gigih berjuang menjelaskan bahwa ayah ibu
anda mati kafir dan musyrik dan di neraka,

kenapa tidak boleh..?

inilah perbuatan anda pada Nabi anda, Muhammad Rasulullah saw,

saudaraku, adakah kesibukan lain yg lebih bermanfaat dari berusaha
membuktikan nabi itu putra musyrik?

ok saya sekarang bertanya :
1. adakah satu ucapan Imam Nawawi yg mengatakan bahwa Abdullah bin
Abdul Muttalib dan Aminah adalah musyrik penyembah berhala?

tidak ada.

telah dijelaskan pula oleh AL hafidh Imam Assuyuthiy bahwa hadits
riwayat shahih Muslim telah mansukh dg ayat : “Tiadalah kami
menyiksa mereka sebelum kami membangkitkan atas mereka Rasul” (QS AL
Isra 15).

mengenai makna ayah Ibrahim disana pun ada pendapat tsiqah bahwa itu
bukan ayahnya, tapi pamannya, karena Azaar bukan ayah Ibrahim, tapi
ayah Ibrahim as adalah Tairukh

bahkan Nabi saw sendiri menjelaskan bahwa bahwa ayah ayahnya adalah
suci, sebagaimana sabda beliau saw :

أنا محمد بن عبد الله بن عبد المطلب بن هاشم بن عبد مناف بن قصي بن
كلاب بن مرة بن كعب بن لؤي بن غالب بن فهر بن مالك بن النضر بن كنانة
بن خزيمة بن مدركة بن إلياس بن مضر بن نزار وما افترق الناس فرقتين إلا
جعلني الله في خيرهما فأخرجت من بين أبوي فلم يصبني شيء من سنن
الجاهلية وخرجت من نكاح ولم أخرج من سفاح من لدن آدم حتى انتهيت إلى
أبي وأمي ا فأنا خيركم نسبا وخيركم أب أخرجه البيهقي في دلائل النبوة
والحاكم عن أنس رضي الله عنه

aku Muhammad bin Abdillah bin Abdulmuttalib, bin Hasyim, bin
Abdumanaf, bin Qushay, bin Kilaab, bin Murrah, bin Ka^b bin Lu^ay
bin Ghalib bin Fihir bin Malik bin Nadhar bin Kinaanah bin Khuzaimah
bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudharr bin Nizaar,

tiadalah terpisah manusia menjadi dua kelompok (nasab) kecuali aku
berada diantara yg terbaik dari keduanya, maka aku lahir dari ayah
ibuku dan tidaklah aku terkenai oleh ajaran jahiliyah, dan aku
terlahirkan dari nikah (yg sah), tidaklah aku dilahirkan dari orang
jahat sejak Adam sampai berakhir pada ayah dan ibuku, maka aku
adalah pemilik nasab yg terbaik diantara kalian, dan sebaik baik
ayah nasab”.

(dikeluarkan oleh Imam Baihaqi dalam dalail Nubuwwah dan Imam Hakim
dari Anas ra).

hadits ini diriwayatkan pula oleh Imam Ibn Katsir dalam tafsirnya
Juz 2 hal 404.

hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Attabari dalam tafsirnya Juz
11 hal 76

juga sabda Nabi saw : “Aku Nabi yg tak berdusta, aku adalah putra
Abdul Muttalib” (Shahih Bukhari hadits no.2709, 2719, 2772, Shahih
Muslim hadits no. 1776)

bahkan hadits ini dirwayatkan pula oleh Imam Nawawi dalam syarh
shahih muslim,

bila Abdulmuttalib kafir, maka adakah nabi akan membanggakan
kakeknya yg kafir dalam peperangan..?,

tentunya mengenai hal ini telah jelas, bahkan Paman nabi saw pun
disyafaati oleh rasul saw, demikian pula Abu Lahab sebagaimana
riwayat Shahih Bukhari.

dan makna ayah dalam hadits itu adalah paman,

kita lihat bagaimana saat saat kelahiran Nabi saw.. :
Berkata Utsman bin Abil Ash Asstaqafiy dari ibunya yg menjadi
pembantunya Aminah bunda Nabi saw, ketika Bunda Nabi saw mulai saat
saat melahirkan, ia (ibu utsman) melihat bintang bintang mendekat
hingga ia takut berjatuhan diatas kepalanya, lalu ia melihat cahaya
terang benderang keluar dari Bunda Nabi saw hingga membuat terang
benderangnya kamar dan rumah (Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal 583)

Ketika Rasul saw lahir kemuka bumi beliau langsung bersujud (Sirah
Ibn Hisyam)

Riwayat shahih oleh Ibn Hibban dan Hakim bahwa Ibunda Nabi saw saat
melahirkan Nabi saw melihat cahaya yg terang benderang hingga
pandangannya menembus dan melihat Istana Istana Romawi

inikah wanita Musyrik..?

sabda Nabi saw : “Bila berkata seseorang kepada saudaranya wahai
kafir, maka akan terkena pada salah satu dari mereka” (Shahih
Bukhari hadits no.5754)

nah.. kalau ayah bunda nabi saw banyak para Muhaddits yg sepakat
bahwa mereka bukan kafir,

namun.. tidak ada diantara muhaddits yg mengatakan anda bukan kafir
msuyrik,

maka penuduhan seseorang pada ayah dan ibu nabi sebagai kafir, lebih
tepat kembali pada diri mereka sendiri, merekalah yg kafir Musyrik
karena tak ada dalil untuk menguatkan bahwa mereka Mukmin.

bertobatlah saudaraku, semoga dalam Hidayah dan rahmat Nya swt,

wallahu a^lam

naudzubillah..

↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓

pancay Re: Tanggapan ,Orang tua Rasuk mati Musyrik? – 2007/07/20 05:39
Assalamualaikum WR WB,

InsyaAlloh Kekuatan&kesabaran Slalu Alloh Curahkan Untukmu Habibana
Munzir Al-Musawa..Amiin

Afwan Bib..

Kami Mendukungmu bib,

Memang Zaman sekarang makin banyak orang yg pinteer tapi keblinger..

Sampai2 brani berkeras kepala bahwa “Orang tua nabi…bla..bla”

NAUZUBILLAHI MIN ZALIK..

Ikutilah anjuran GURU kami”Bertobatlah saudara..”

Beliau (SAW )pasti marah mendengar ente berkeras mem..bla..bla..kan
orang tua nya.. INGET..Beliau adalah “utusan&kekasih ALLOH…”

Syukron<Wassalam.

↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓

agsnsi Re:Orang tua Rasuk mati Musyrik? – 2007/07/20 21:19 ALLOH AKBAR
salam kEPADAMU YA ROSULULLOH DAN SALAM KEIMAMAN YA HABIBINA.

Saudara ku Siliwangi Ane Menangis mendengar antum Berupaya
Mengkafirkan keluargaNabi Besar Nabi Akhir Zaman , ya ALLOH
Berikanlah HIDAYAH kepada hamba 2MU yg Hilaf .
habib Ane semua mengAMINI apa yg Habib Utarakan,Dan ALLAH MAHA TAHU
serta MAHA SEGALANYA sehingga Memberikan ABDULLOH Dan S.AMINAh
seorang Anak Yg Menjadi NABI AKHIR ZAMAN.
Dan saya Yakin Alloh Tidak akan SALAH sehinnga siliwangi Lahir Dari
Keluarga non MUKMIN.Bertobat lah anda siliwangi dan rekan2nya
Sebelum Pintu Hati anda Di tutup ALLOH.Amin Ya Robal Allamin,

↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓

Mattawaf Re:Orang tua Rasuk mati Musyrik? – 2007/07/21 07:56 Salam,
Habib yang kami cintai
Bagaimana kalau kita tinggalkan saja mereka-mereka itu yang lebih
condong
menggunakan akal ketimbang dalil.
Kalau mereka katakan haditsnya lemah, lalu mereka menyampaikan
pendapatnya
haruskah kita mengambil pendapatnya lalu meninggalkan hadits yang
dinilai lemah
kuat mana pendapat mereka atau hadits yang dinilai lemah?.

Bib, kami khawatirkan keadaan habib kesehatan, waktu dan lainnya
kami sangat yakin habib sangat sibuk banyak yang lain menunggu
jawaban.
atau persiapan lainnya.
kami rasa telah cukup jelas habib sampaikan tinggal mereka saja
apaka
masih mau menutup hati atau tidak.

Demikian bib yang kami cintai,
oh yah bib kapan ke Kalimantan timur ???

↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓

munzir Re:Orang tua Rasuk mati Musyrik? – 2007/07/21 19:42 Alaikumsalam
warahmatullah wabaraktuh,

Cahaya keberkahan Rajab dan kemuliaan malam isra wal mi raj semoga
selalu menaungi hari hari anda,

Saudaraku yg kumuliakan,
sebenarnya semua jawaban saya itu intisarinya satu saja, semua hal
itu sudah mansukh dengan firman Allah swt : “Tiadalah kami akan
menyiksa suatu kaum kecuali setelah kami membangkitkan Rasul” (QS Al
Isra 15).

para Imam semacam Imam Nawawi, Imam Ibn Katsir, dll tidak banyak
memperjelas akan hal ini karena dimasa mereka tak ada orang menuduh
demikian, dan mereka sudah sangat teramat tahu makna ayat diatas,

didukung dengan riwayat shahih Bukhari (shahih Bukhari adalah kitab
hadits terkuat dari seluruh kitab hadits) bahwa Nabi saw mensyafaati
Abu Thalib, padahal Abu Thalib itu diriwayatkan pula dalam shahih
Bukhari bahwa ia menola bersyahadat ketika ia sakratulamaut,

juga riwayat shahih Bukhari bahwa Abu Lahab teringankan siksanya
setiap hari senin karena pernah membebaskan budaknya yaitu
tsuwaibah, karena gembiranya mendengar kelahiran nabi saw.

kalau kafir musyrik yg dilaknat oleh Allah swt dua kali dalam satu
ayat ini (Celakalah kedua tangan Abu lahab dan celaka > QS Allahb 1)
masih bisa diringankan siksanya (bukan dihilangkan, dan ia tak akan
masuk sorga selamanya, namun siksanya diringankan), karena pernah
gembira atas kelahiran Nabi saw,

maka bagaimana dengan ayah bunda nabi saw sendiri?, yg jelas jelas
tak mengalami masa kenabian putra mereka?, jawabannya adalah firman
Allah swt surat Al Isra sebagaimana saya cantumkan diatas.

siksa mana yg akan diterapkan bila mereka tak tahu?, bagaimana
caranya mereka mengenal islam kalau nabi saw nya belum ada?,

mengenai hadits shahih muslim itu mengatakan ayahku dan ayahmu di
neraka, kalimat Abiy disitu bukan bermakna ayah, karena adapula
hadits nabi saw riwayat Shahih Bukhari beliau saw berteriak
menyemangati para sahabat saat di perang Hunain dengan beliau saw
berucap : “aku nabi yg tak berdusta, dan aku putra Abdulmuttalib!”,

membaca hadits ini ada dua kesimpulan :
1. mustahil nabi saw membanggakan Abdulmutalib bila Abdulmuttalib
adalah kafir, bagaimana seorang Nabi saw menyemangati para
sahabatnya muslimin dengan menyebut nama orang kafir?, walaupun itu
kakeknya sendiri.

2. kalimat ayah tapi bermakna kakek, karena beliau berkata : Aku
putra Abdulmuttalib, padahal beliau adalah cucu Abdulmuttalib.

juga firman Allah swt mengenai nabi Ya^qub as yg bertanya pada anak
anaknya : Apa yg kalian sembah setelah aku wafat?, mereka berkata :
“kami menyembah tuhanmu dan Tuhan ayah ayahmu, yaitu Ibrahim, Ismail
dan Ishak” (QS Al baqarah 133).

padahal jelas bahwa Ismail dan Ibrahim bukan ayah dari Ya^qub,
karena Ya^qub adalah putra Ishaq putra Ibrahim, sebagaimana sabda
nabi saw diriwayatkan dalam shahih Bukhari bahwa Yusuf adalah Yusuf
bin Ya^qub bin Ishaq bin Ibrahim.

maka Ibrahim bukan ayah Ishaq tapi kakeknya, dan ismail adalah
paman, namun ayat Alqur;an mengatakan : Tuhanmu dan tuhan ayah
ayahmu, padahal ada pamannya, ada kakeknya.

menjelaskan bahwa dalam bahasa Arab, juga bahasa Alqur;an dan
hadits, bahwa “ayah” bermakna ayah kandung, ayah angkat, paman,
kakek.

nah.. untuh memperkuat hadits shahih muslim bagi mereka yg ingin
menuduh ayah dan ibu nabi di neraka, dibutuhkan hadits lainnya yg
menguatkan dengan nama ayah bunda Nabi saw, atau ucapan yg lebih
jelas,

karena ini merupakan tuduhan Kufur/musyrik kepada seseorang, maka
butuh dalil yg jelas dan saling menguatkan satu sama lain, sebab
salah memberi fatwa maka kekufuran akan balik pada kita, sebagaimana
Sabda nabi saw riwayat shahih Bukhari bahwa bila seseorang menuduh
orang lainnya kufur maka akan jatuh kafir pada orang yg dituduh atau
balik pada dirinya sendiri.

tak ada ucapan Imam Nawawi yg jelas mengatakan ayah kandung nabi saw
dan ibu kandungnya adalah kafir musyrik,

pula Imam Nawawi kita mengenalnya, ia bukan wahabi, ia mengerti
syariah dan tak mau mengotori mulutnya dengan mengkafirkan sembarang
orang, apalagi yg akan dituduh kafir adalah ayah bunda nabi saw.

bukankah tuduhan itu adalah ghibah?, bukankah itu cacian dan
penghinaan pada nabi saw?

saya tak mengerti apa maksud mereka ini memperluas masalah ini..??.

kalimantan..?, Insya Allah akan terjadwalkan saya kesana,

kamis ini saya ke Pekanbaru selama 3 hari, acara di bengkalis, lalu
awal Agustus di Singapura, dan 7 Agustus saya ke Yaman, menghadap
guru mulia disana, wah… saya harus minta nasihat harus bagaimana
lagi menghadapi kelompok aneh ini,

demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu,

wallahu a^lam

↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓

siliwangi Re:Orang tua Rasuk mati Musyrik? – 2007/07/22 19:15

Re:Orang tua Rasuk mati Musyrik? – 2007/07/20 22:19
ALLOH AKBAR salam kEPADAMU YA ROSULULLOH DAN SALAM KEIMAMAN YA
HABIBINA.

Saudara ku Siliwangi Ane Menangis mendengar antum Berupaya
Mengkafirkan keluargaNabi Besar Nabi Akhir Zaman , ya ALLOH
Berikanlah HIDAYAH kepada hamba 2MU yg Hilaf .
habib Ane semua mengAMINI apa yg Habib Utarakan,Dan ALLAH MAHA TAHU
serta MAHA SEGALANYA sehingga Memberikan ABDULLOH Dan S.AMINAh
seorang Anak Yg Menjadi NABI AKHIR ZAMAN.
Dan saya Yakin Alloh Tidak akan SALAH sehinnga siliwangi Lahir Dari
Keluarga non MUKMIN.Bertobat lah anda siliwangi dan rekan2nya
Sebelum Pintu Hati anda Di tutup ALLOH.Amin Ya Robal Allamin,
target=”_blank”>agsnsi

Re:Orang tua Rasuk mati Musyrik? – 2007/07/20 22:19
ALLOH AKBAR salam kEPADAMU YA ROSULULLOH DAN SALAM KEIMAMAN YA
HABIBINA.

Saudara ku Siliwangi Ane Menangis mendengar antum Berupaya
Mengkafirkan keluargaNabi Besar Nabi Akhir Zaman , ya ALLOH
Berikanlah HIDAYAH kepada hamba 2MU yg Hilaf .
habib Ane semua mengAMINI apa yg Habib Utarakan,Dan ALLAH MAHA TAHU
serta MAHA SEGALANYA sehingga Memberikan ABDULLOH Dan S.AMINAh
seorang Anak Yg Menjadi NABI AKHIR ZAMAN.
Dan saya Yakin Alloh Tidak akan SALAH sehinnga siliwangi Lahir Dari
Keluarga non MUKMIN.Bertobat lah anda siliwangi dan rekan2nya
Sebelum Pintu Hati anda Di tutup ALLOH.Amin Ya Robal Allamin,

Antum jangan asal nuduh di alamatkan kepada ana, coba antum
perlihatkan bukti bahwa ana menuduh Mengkafirkan keluargaNabi Besar
Nabi Akhir Zaman. Antum jangan jadi Takfiri alias khawariz,
sedangkan saya tidak pernah memberikan pertanyaan seperti itu.
justru disini saya sedang belajar kepada Habib, karena tiada Ilmu
tanpa Sanad lagian saya tidak berhak berfatwa begitu. Adapun apa
yang saya tampil itu bukan dari diri saya sendiri tetapi dari teman
ana yang bermanhaj-kan Salafus sholeh walaupun saya tidak pernah
mengenalnya. Karena berawal dari keawaman dan kerisauan mengenai
perkara hal itu yang begitu ramai di dunia maya, maka saya minta
penjelasan kepada Habib yang Ilmunya insya Allah mumpuni.

↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓

moriz Re:Orang tua Rasuk mati Musyrik? – 2007/07/22 20:33 Alhamdulillah,

Tuan Habib, saya mengucapkan selamat. Semoga ilmu tuan berkah,
bertambah-tambah. Dulu, saya, sebelum bertemu dengan Guru saya juga
dibuat bingung oleh Hadis riwayat Imam Muslim ini. Tapi setelah
mengetahui penjelasan beliau yang nota bene sama dengan penjelasan
Tuan Habib, baru hati saya tenang.

Memang Rasulullah SAW berasal dari keturunan yang bersih, paling
bersih di antara semua manusia, baik lahiriah maupun ruhaniahnya
(bukan orang yang menyekutukan Tuhan), seperti diberitakan oleh
beliau sendiri ketika menyebut nasabnya.

Kata “bapak” dalam Hadis tersebut memang biasa diucapkan orang Arab
untuk menyebut pamannya.

↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓

siliwangi Re:Orang tua Rasuk mati Musyrik? – 2007/07/22 21:17
Assalammu^alaikum wr.wb.

maka saya sudahi saja mengenai perkara ini untuk menghindari fitnah,
karena saya disini sedang belajar mengenai perkara yang sama sekali
saya tidak tahu…kok malah saya di tuduh ngak-ngak. maka akan saya
kasih link pembahasan yang ramai ngebahas ini, dan saya berlepas
diri dari semua itu http://myquran.org/forum/index.php/
topic,23606.90.html

↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓

siliwangi Re:Orang tua Rasuk mati Musyrik? – 2007/07/22 23:47
Assalammu^alaikum wr.wb.

Habib saya cukupkan sekian masalah ini disini, karena saya tidak
punya kemampuan untuk hal ini. karena itu ini terakhir nukilan dari
saudara saya al Akhi Abu Al jauzaa.

Ana telah membacanya dijawaban asli Forum MajelisRasulullah. Tidak
ada hajat ana untuk menanggapi. Ketika ana ajak untuk mengembalikan
kepada matan asli dalam riwayat Abu Dawud, dengan segala kilahnya
Pak Habib Munzir ingin membawanya dengan alasan ada “satu riwayat”
yang lain. Riwayat yang mana ? Abu Dawud ? Telah ana tuliskan. Jadi
hujjah dengan menggunakan dalil yang mengatakan Rasulullaah
shallallaahu ^alaihi wasallam menerima undangan makan dari keluarga
mayit adalah gugur. Dan bahkan tertolak.

Kemudian tentang makna bid^ah makruhah atau ghairu mustahabbah; ini
juga perlu diperinci. Memang, dalam Ushul-Fiqh, salah satu definisi
dari makruh adalah sebagaimana yang dikatakan oleh Pak Habib Munzir.
Muara dari keseluruhan definisi makruh tersebut adalah perintah
untuk meninggalkannya, baik dengan larangan yang bersifat tahrim
atau makruh (tidak sampai pada derajat tahrim). Kalau kita melihat
gaya bahasa An-Nawawi dalam kitab-kitabnya (misal : Syarah Shahih
Muslim, Al-Majmu^, dan yang lainnya dari karangan beliau) akan kita
dapati bahwa beliau sering menggunakan kata ghairu mustahabbah dan
bid^ah pada perkara-perkara tercela untuk ditinggalkan. Apalagi
istilah yang lebih keras seperti milik Al-Haitsami : bid^atun
munkaratun makruhatun yang jelas-jelas menunjukkan celaan beliau
terhadap perbuatan tersebut. Namun di sini – sekali lagi – dengan
daya upayanya, Pak Habib selalu membawa pada kemubahan – walau di
sisi lain ia mengatakan makruh (bukan haram). Inilah letak
perbedaannya. Makruh versi ulama dengan makruh versi Pak Habib
Munzir.

Jarir bin Abdillah Al-Bajaly radliyallaahu anhu, ia berkata :

كنا نرى الاجتماع إلى أهل الميت وصنعة الطعام من النياحة

Kami (para shahabat) menganggap berkumpul-kumpul di rumah keluarga
mayit, serta penghidangan makanan oleh mereka (kepada para tamu)
merupakan bagian dari niyahah (meratapi mayit) (HR. Ahmad nomor
6905 dan Ibnu Majah nomor 1612).

Dari Thalhah radliyallaahu anhu, ia berkata :

قدم جرير على عمر فقال : هل يناح قبلكم على الميت. قال : لا. قال : فهل
تجتمع النسآء عنكم على الميت ويطعم. قال : نعم. فقال : تلك النياحة.

Jarir mendatangi Umar, kemudian Umar berkata : Apakah kamu
sekalian suka meratapi mayit ? . Jarir menjawab : Tidak . Umar
berkata : Apakah diantara wanita-wanita kalian semua suka berkumpul
di rumah keluarga mayit dan memakan hidangannya ? . Jarir menjawab :
Ya . Umar berkata : Hal itu sama dengan niyahah (meratapi mayit)
. (HR. Ibnu Abi Syaibah 2/487).

Dari Sa id bin Jubair radliyallaahu anhu, ia berkata :

من عمل الجاهلية : النياحة والطعام على الميت وبيتوتة المرأة ثم أهل
الميت لبست منهم

Merupakan perkara Jahiliyyah : An-Niyahah, hidangan keluarga mayit,
dan menginapnya para wanita di rumah keluarga mayit (HR.
Abdurrazzaq 3/550 dan Ibnu Abi Syaibah dengan lafadh yang berbeda).
Ketiga riwayat tersebut saling menguatkan.

Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam bersabda :

اثنتان في الناس هما بهم كفر الطعن في النسب والنياحة على الميت

Dua perkara yang dapat membuat manusia kufur : Mencela keturunan
dan meratapi mayit (an-niyahah) . (HR. Muslim nomor 67)
Ya….. riwayat-riwayat ini sepertinya dianggap angin lalu saja sama
Pak Habib. Padahal Pak Habib tidak mampu membawakan dalil sama
sekali untuk menguatkan pendapatnya, selain dari kata si Fulan
demikian dan demikian. Taruhlah apa yang dikatakan ulama tersebut
benar adanya (maksudnya : ulama yang disitir pendapatnya oleh Pak
Habib itu membolehkannya), bukankah sikap kita adalah mengedepankan
dalil dan mengesampingkan pendapat-pendapat yang menyelisihi dalil ?

Silakan ikhwah MyQ menilainya………..

NB : Pak Habib ini sering mengatakan : jumhur ulama dan muhadditsin.
Ini adalah klaim dusta mengatasnamakan ulama. Itu bila yang
dimaksudkan adalah ulama dan muhadditsin terdahulu yang mu^tabar.
Namun jika yang dimaksudkan Pak Habib adalah para ulama-ulama beliau
dari Yaman (baca : guru2 beliau), nah…. ini bari “benar”.

Dan makna makruh yang menguatkan pada hal yang ana isyaratkan
(makruh tahrim) adalah beberapa riwayat yang ana bawakan :

↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓

agsnsi Re:Orang tua Rasuk mati Musyrik? – 2007/07/23 02:02 Saudara Si;
liwangi Kalau Ane Salah Menafsirkan Antum Ane Minta Maaf, ane udah
Buka My Qur^an Yg antum Jadikan Rujukan,
Sekarang Ane Mau Tanya Apa Tujuan Antum Menayangkan perdebatan ini ,

↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓

munzir Re:Orang tua Rasul mati Musyrik? – 2007/07/23 02:08 Alaikumsalam
warahmatullah wabarakatuh,

Cahaya keridhoan Nya swt semoga selalu menerangi hari hari anda,

saudaraku yg kumuliakan,
tentunya saya bila mengatakan Jumhur Ulama, atau Mu^tamad, yg saya
maksud adalah ulama ahlussunnah waljamaah, bukan wahabi atau syiah.

sepanjang yg saya baca dari awal sampai akhir, tak ada satupun
ucapan ulama yg mengharamkan tahlilan,

barangkali saudara kita dari yg berfaham wahabi itu belum pernah
tahu apa itu itu tahlilan, coba mereka hadir dan lihat, ada apa sih
dalam tahlilan itu?,
bukan pesta dan makan makan sebagaimana yg dilakukan kaum jahiliyah
masa lalu yg dilarang para muhaddits sebagai hal yg makruh. (bukan
haram).

walaupun ada pendapat yg mengharamkan namun sebagian besar
mengatakannya Makruh, dan itu telah dijelaskan oleh jawaban beliau
itu sendiri, mereka tak mengatakannya haram mutlaqan, mereka
mengatakan makruh.
makruh sudah jelas, dan haram sudah jelas.

berbeda dengan tahlilan yg sekarang dijalankan ini, mereka hanya
menyuguhkan kopi, atau teh, dan rengginang dan kue kue murah, itupun
sering dibawa oleh tetangga.

maka tidak ada masalah dalam hal ini, apalagi setiap mereka yg
melayat bisa dipastikan sebagian besar membawa amplop kecil berisi
uang, ada yg memberikan langsung pada keluarga, ada yg disediakan
guci atau lainnya.maka ini menguntungkan dan membantu keluarga
mayyit.

lalu dimana ucapan Ittikhadzuddhiyafah…?, dimana ucapan : “Pesta
perjamuan..?”
maka hal diatas adalah mubah, dan pesta perjamuan adalah makruh,

lalu bila keluarga mayyit mau bersedekah pada yg hadir melayat
mereka maka sunnah, atau sedekah pada yg melayat dg niat pahalanya
untuk mayyit maka sunnah,.

kita ahlussunnah waljamaah mempunyai sanad, bila saya bicara fatwa
Imam Bukhari, saya mempunyai sanad guru kepada Imam Bukhari,
bila saya berbicara fatwa Imam Nawawi, saya mempunyai sanad guru
kepada Imam Nawawi, bila saya mempunyai fatwa Imam Syafii, maka saya
mempunyai sanad Guru kepada Imam Syafii.

demikianlah kita ahlussunnah waljamaah, kita tak berguru kepada
buku, karena Buku bukanlah Rawi (periwayat), buku adalah hujjah yg
dhoif karena kertas bukanlah ruwaat yg tsiqah,
bisa diciptakan kafir, bisa berubah satu huruf maka berubahlah
seluruh makna, dan tak bisa dipertanggungjawabkan apalagi
bertanggung jawab.

kita mempunyai sanad guru, boleh saja dibantu oleh Buku buku, namun
acuan utama adalah pada guru yg mempunyai sanad.

kasihan mereka mereka yg keluar dari ahlussunnah waljamaah karena
berimamkan buku.
agama mereka sebatas buku buku, iman mereka tergantung buku, dan
akidah mereka adalah pada buku buku.
jauh berbeda dengan ahlussunnah waljamaah, kita tahu siapa Imam
Nawawi, Imam Nawawi bertawassul pada nabi saw, Imam nawawi
mengagungkan Rasul saw, beliau membuat shalawat yg dipenuhi salam
pada nabi Muhammad saw,
ia memperbolehkan tabarruk dan ziarah kubur, demikianlah para ulama
ahlussunnah waljamaah.

demikianlah hal yg saya jelaskan, mengenai saudara saudara kita yg
ber imamkan buku buku, dan bertahan dg kejahilan dan kedangkalan
pemahaman terhadap syariah, dan tetap bersikeras bahwa yg makruh
adalah haram,

mereka terkena Hadits Rasul saw :

إن أعظم المسلمين في المسلمين جرما من سأل عن شيء لم يحرم على المسلمين
فحرم عليهم من أجل مسألته

Sabda Rasulullah saw : Sungguh sebesar besar kejahatan muslimin
pada muslimin lainnya, adalah yg bertanya tentang hal yg tidak
diharamkan atas muslimin, menjadi diharamkan atas mereka karena
pertanyaannya (shahih Muslim hadits no.2358)

↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓

munzir Re:Orang tua Rasul mati Musyrik? – 2007/07/23 03:01 saya telah
menjelaskan dengan hujjah aqlan wa syar^an,

hujjah saya adalah, Guru besar kita Al Musnid Al hafidh Al Habib
Umar bin Hafidh, mengakui bahwa ayah bunda nabi bukan musyrik, dan
ayah dan nasab nabi saw hingga Adam as dan segenap ayah ayah para
Nabi adalah bukan musyrik, tapi suci dalam tauhid dan bimbingan para
nabi sebelumnya.

demikian pula pendapat guru beliau, demikian sanad berlanjut hingga
Rasulullah saw dengan sanad Muttashil dari para guru yg tsiqah.

maka bagi yg akan meneruskan bantahan atas pembahasan ini agar
menyebutkan sanadnya kepada periwayat, bila disebut fatwa Imam
Nawawi maka sebutkan sanad gurunya kepada Imam Nawawi, bila menyebut
fatwa Imam Muslim maka sebutkan sanadnya pada Imam Muslim, bila
menyebut fatwa Imam Baihaqi maka sebutkan sanadnya pada Imam
baihaqi, bila menyebut fatwa Imam Imam lainnya silahkan sebutkan
sanadnya kepada Imam Imam tersebut.

Alhamdulillah saya mempunyai sanad kepada Imam Imam kutubussittah
(Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasai, Ibn Majah, Abu Dawud), juga
kepada Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Syafii, Imam Malik, Imam Hanafi,
Imam baihaqi, Imam Hakim, Imam Ibn katsir, dan banyak lagi para
Muhadditsin,

dan sanad kepada Rasulullah saw.

dan pembahasan ini saya tutup bagi yg membantah namun tak bisa
menyebutkan sanadnya,
karena mereka yg tak memiliki sanad kepada Imam Imam itu maka
hujjahnya Maqtu^, sanadnya terputus, dan fatwanya tidak diakui dalam
syariah islam,

maka ketika dua pendapat berselisih, yg lebih tsiqah dan Kuat adalah
yg mempunyai sanad kepada Imam imam tersebut.

wallahu a^lam

↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓

alwibinahmad Re:Orang tua Rasul mati Musyrik? – 2007/07/27 16:34
Na^udzubillah…

Lha koq ada ya orang yang mempunyai pemahaman seperti ini. Ga
takut sama api neraka kali ya? Atau sudah ketemu dalil untuk tidak
usah takut dengan api neraka? Tsumma na^udzubillah…

Inilah pemahaman dajjal, yang dhallun mudhallun, sesat lagi amat
menyesatkan. Lha koq nekat dan ngotot bilang kalau Nabi
orangtuanya itu musyrik?
Pakai aja deh, logika yang pualing GUOBLOK…jika saya menyatakan
seseorang itu orangtuanya kafir musyrik, padahal saya mempunyai
bukti-bukti kuat akan hal itu. Bukankah anak itu sudah jelas dan
pasti akan membenci saya? Pastinya dan mendengar nama saya saja
sudah pasti akan menyakitkan hatinya. Boro-boro meminta tolong,
menemui sayapun pastinya dia akan enggan. Bagaimana jika anda
melakukan hal itu terhadap Sang Pembawa Syafaat? Hehehe…bahkan
ditilik pun tidak.

Bisanya gitu lho menyibukkan dirinya mencari dalil-dalil untuk
MEMBUKTIKAN NABI BERORANGTUAKAN MUSYRIKIN. Laa haula walaa quwwata
illa billah.

Makanya,…yuk rame-rame kita hafalin 10 ayat pertama Surat
Al-Kahfi, supaya terhindar dari fitnah keji seperti ini,
Sabda Rasulullah saw : Barangsiapa yg menghafal 10 ayat pertama
pada surat Alkahfi maka ia aman dari fitnah Dajjal , riwayat lain
mengatakannya adalah 10 ayat terakhir surat Alkahfi. (Shahih
Muslim hadits no.809)

Siapa hayoo yang mau nolongin kita nanti selain Rasulullah? Emang
cukup apa ibadah saja, emang cukup apa cuma menjelangkan waktu
dengan mencari-cari hadits untuk berhujjah, WALLAHI…ITU TIDAK
CUKUP. Sebab syurga itu bukan tempat bagi orang yang ahli ibadah,
bukan pula tempat bagi orang yang pintar, meskipun pintar dalam
hal mencari dan memahami dalil. Camkanlah! Bahwa syurga itu adalah
tempat bagi mereka yang berakhlak, bagi sesama kita saja
diWAJIBKAN kita berakhlak, terlebih kepada Rasulullah.

Wahai orang yang berilmu dan pintar, wahai mereka yang
menghabiskan waktunya untuk mencari bukti musyriknya orangtua
Rasulullah, wahai mereka pandai berhujjah dan licik memelintirkan
penafsiran, wahai yang berlidah bathil…MANA AKHLAKMU KEPADA
NABIMU, ATAU ENTAH MUHAMMAD RASULLULLAH ITU TIDAK KAU ANGGAP
SEBAGAI NABIMU?

Apakah engkau merasa aman-aman saja setelah engkau membuat risalah
KEJI demikian, setelah memusyrikkan orangtua Nabiku yang sungguh
kucintai dan yang kuberharap syafaat darinya? Hai…lidah api
neraka menantimu, bahkan adzab qubur pun tidak sabar lagi menunggu
kehadiranmu di perutnya. Sungguh telah runtuh aqidahmu, telah
hilang dan rontok imanmu kepada Nabimu. Maka dengan ini saya
memberikan salam indah kepada anda wahai pengumpat orangtua
Nabi…Salaamun ^alaa manittaba^al huda.

Akan keluar dari arah timur segolongan manusia yang membaca
Al-Quran namun tidak sampai melewati kerongkongan mereka (tidak
sampai ke hati), mereka keluar dari agama seperti anak panah
keluar dari busurnya, mereka tidak akan bisa kembali seperti anak
panah yang tak akan kembali ketempatnya, tanda-tanda mereka ialah
bercukur (Gundul).(HR Bukhaari no 7123, Juz 6 hal 20748). Hadis
ini juga diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Majah, Abu Daud, dan Ibnu
Hibban
Hehe….mungkin dia-dia ini gundul kali ya…n_n

Hati-hati dalam berkalam…malaikat pencatat tidak pernah tidur
dan lalai akan apa yang anda lakukan, dan bahkan tangan anda kelak
akan bersaksi bahwa anda pernah menggunakan tangan anda dan
bercapek-capek dengan tangan anda mengetik risalah hanya untuk
memusyrikkan orang tua Nabi Muhammad. Na^udzubillah…

Tidakkah cukup mencaci maki muslimin dengan hal-hal bid^ah?
Tidakkah cukup anda meremehkan para Muhadditsin yang mulia?
Apalagi menganggap musyrik pada orangtua NABI? Senantiasa kami
sampaikan dan kami tegaskan bahwa mencintai Nabi Muhammad SAAW
adalah tindakan terpuji bahkan teramat mulia untuk sebuah ibadah
dan sama sekali tiada akan menyeret kita ke liang kesesatan. Oleh
karena itu kenapa selalu ada saja orang selalu tidak senang
melihat kita mencintai seseorang mulia ini SAAW, aneh sungguh
aneh…adakah anda mencintai Nabi anda Sayyidina Muhammad? Atau
cuma sekedar lisan saja, tidak dengan hati? Cintai Nabi dengan
sesungguh cinta. Kalau saya mencintai seseorang, sudah pasti saya
akan mati-matian berusaha untuk mencintai orangtuanya. Aneh khan
kalau ada orang yang mengaku lebih paham akan kecintaan kepada
Nabi, namun malah mati-matian memusyrikkan orangtua Nabi.

Nastaghfirullahal azhiim wa natuubu ilaih, ga ada
bosan-bosannya…seseorang dengan gampangnya bermodal dalil-dalil
lantas menetapkan bahwa orangtua Nabi itu MUSYRIK?

-berkata,^ Semestinya ia melihat argumentasi (dalil)
pendapat-pendapat itu sesuai kemampuannya.^
——————–
Agama ini bukan argumen, bukan pula pendapat. Iman yang menjadi
tolak ukur, dan akhlak yang menjadi hasil. Lantas dikemanakan
dalill AQLI? Bukankah kita diperintahkan untuk berakal dengan
hati? Inilah akhlak. Hati yang bersih adalah cerminan akhlak.

-Habib, jangan sampai matahari yang menyinari bumi terang
benderang menjadi gelap dan tertutup oleh bulan yang sedikit
sinarnya. dibawah ini sanggahan dari teman saya bermanhaj-kan
Salafus sholeh berbentuk tanya jawab….Ini adalah masih
sambungannya dari Akhi Abu Al Jauzaa, mudahan dapat mengambil
hikmahnya dari semua ini. ….Saudara saya akhi Abu Al-Jauza…..
——————–
Iya…hikmahnya adalah, kita jadi semakin tahu bahwa betapa jahat
dan sesatnya pemahaman seperti ini, bagaikan musuh dalam selimut,
menggunting dalam lipatan, menohok kawan seiring. Virus seperti
inilah yang akan menggerogoti iman kita orang Islam, sekilas
seperti sepemahaman, sejalan. Dan, bagi anda yang mencari hikmah,
ana ingatan saja bahwasanya bulan tidak akan pernah memiliki
sinar. Artinya jangan sampai anda mencari paku hilang kampak. Dan
inilah kebenaran ucapan Nabi, jika berteman dengan tukang minyak
wangi pasti akan kebagian wanginya, begitupun jika berteman dengan
tukang api besi, yang akan membuat baju kita bolong-blong terkena
percikan api. Khan begitu? Jika anda belajar dengan Habibana
Mundzir, tinggalkan mereka yang menyesatkan anda, karena sifat
mereka itu muta^anid, menularkan kesesatan. Nah…dijadikan teman
bergaul saja berbahaya apalagi dijadikan saudara?

-Kalau Pak Habib mengatakan bahwa orang tua nabi tidak meninggal
dalam keadaan kafir/musyrik, tentu ini sangat bertentangan dengan
penjelasan Imam Nawawi sendiri. Apalagi jika kita mau mencermati
Shahh Muslim; maka kita akan tahu pemahaman yang ingin diambil
dari hadits tersebut. Imam Muslim memasukkan hadits tersebut
Penjelasan bahwasannya siapa saja meninggal dalam kekafiran maka
ia berada di neraka dan ia akan memperoleh syafa at dan tidak
bermanfaat baginya hubungan kekerabatan . Nah, ini semakin jelas
bahwa Imam Muslim memahami orang tua Nabi mati dalam keadaan
kafir. Dan penjelasan Imam An-Nawawi yang tidak kalah jelas itu
juga sebenarnya menjabarkan pemahaman dari Imam Muslim terhadap
hadits tersebut.
+Siapa yang menerima hadits dla if munkar (atau bahkan maudlu ) ?
Kalau antum menyebut Imam As-Suyuthi dalam kitabnya
Masaalikul-Hunafaa fii Waalidayyal-Musthafaa; maka kita tahu bahwa
beliau adalah seorang ulama yang terkenal mudah sekali mengambil
hadits-hadits yang tidak shahih.
———————–
Menuduh seorang Imam besar turut mengkafirkan orangtua Nabi?
hehehe rasanya susah membayangkan betapa banyak dan besarnya dosa
seorang pemfitnah Imam besar seperti Imam Muslim dan Imam Nawawi.
Ditambah lagi menuduh seorang alim besar seperti Imam Suyuthi,
anda tahu ada riwayat yang menjelaskan bahwa beliau Imam Suyuthi
ini, jika datang padanya hadits yang meragukan, dhoif atau
tidaknya. Maka beliau akan masuk ke dalam mihrabnya (kamarnya) dan
beliau bertemu Nabi dalam keadaan yaqzhah (sadar/tidak tidur) dan
langsung menanyakan apakah hadits ini benar ucapan beliau SAW.
Silahkan banyak berburuk sangka kepada riwayat-riwayat mulia ini,
jika memang anda tidak mempunyai sopan santun.

-berkata lagi,^Ini adalah logika-logika bathil yang dibangun atas
dasar asumsi.^
——————–
Logika bathil? Hai…inilah akhlak, dan bukan berdasarkan asumsi
tapi dengan iman.

-Dan perlu dicatat bahwa hadits yang menerangkan status orang tua
Nabi shallallaahu alaihi wasallam bukan yang diriwayatkan oleh
Muslim saja. (Nanti akan ana tuliskan)
——————–
Semangat dalam mencari dalil untuk mengkafirkan Nabi ini, kelak
akan berbalik menjadi saksi yang akan menghinakan.

-Metode istidlal macam apa yang telah diperbuat oleh Pak Habib ?
Hadits yang antum sebut itu adalah dla if bima na munkar !! Di
sini antum mengingkari hadits shahih namun malah menerima hadits
dla if sebagai penjelas ayat Al-Qur an. Metode semacam ini tidak
dikenal di kalangan ahlul- ilmi. Ingat Pak Habib dalam ilmu
musthalah hadits tentang definisi Hadits Munkar. Ana ingatkan jika
antum memang lupa. Hadits Munkar (secara ringkas) adalah hadits
dla if yang menyelisihi/bertentangan dengan hadits shahih. Kedla
ifan hadits munkar ini merupakan tingkat kedla ifan yang sangat
berat. Tidak bisa terangkat menjadi kuat karena qarinah selainnya.
——————–
Walaupun ada pendapat yg mengatakan hadits ini dhoif, hadits itu
dhoif, akan tetapi adalah merupakan ucapan KUFUR jika ia
mengatakan hadits ini dusta/palsu/munkar, karena orang yg
mendustakan apa apa yg diucapkan Rasul saw maka dia kufur. Tak ada
seorang muhaddits besar terdahuu yang berani menafikan hadits
dhoif menjadi hadits munkar terlebih hadits palsu atau dusta.
Eh…muncul nih pasukan Dajjal yg berkedok ulama hadits yg
bermunculan di akhir zaman ini yg berani menafikan hadits Rasul
saw, mereka bukan pakar hadits. Belajar untuk berprasangka
baiklah…! Dikemanakan akhlak anda kepada Rasulullah? Nah…kalau
misalnya nanti di akhirat Nabi memberikan kesaksian bahwa apa yang
anda anggap hadits dhoif itu ternyata adalah ucapannya, bagaimana?
Barangsiapa yg mendustakan ucapanku maka hendaknya ia bersiap
mengambil tempatnya di neraka (shahih Bukhari). So prepare your
self on it!

-Dan jika Nabi shallallaahu alaihi wasallam mengatakan bahwa
kedua orang tua beliau meninggal dalam keadaan kafir, maka kita
terima dan imani itu. Itulah konsekuensi dari khabar-khabar yang
dibawa Nabi shallallaahu alaihi wasallam.
——————–
Maka jelas iman seperti ini bukanlah iman pecinta Rasulullah,
pecinta mana yang akan mengGHIBAH orangtuanya orang yang
dicintainya? Dan anda pun akan dan PASTI menerima konsekuensi atas
pernyataan mengkafirkan orangtua Nabi yang anda terima dan yang
anda imani. Na^udzubillah…

-Di sini antum kelihatan gigih sekali membela hadits munkar/palsu
dan meninggalkan hadits shahih. Aneh. Sekali lagi, hadits dla if
tidak bisa memansukh hadits shahih Pak !! Kalau antum menemukan
kaidah dalam Ulumul-Hadits seperti itu, tolong deh jelaskan pada
kami . Mungkin ana bisa mengambil manfaat dari penjelasan antum.
Namun jika kaidah itu tidak ada, jangan lupa katakan kepada kami
bahwa memang itu tidak ada.
Sebagai tambahan saja Pak Habib, dalam ilmu hadits, kalaupun ada
dua hadits shahih yang mungkin dianggap berlainan matan (bahasa
haditsnya : Maqbul Mukhtalaf); tidak serta merta kita katakan
bahwa hadits A menasakh hadits B. Tidak seperti itu !! Harus ada
qarinah yang kuat yang mengindikasikan bahwa hadits itu
benar-benar dinasakh. Karena pada asalnya, ketika kita katakan
hadits A menasakh hadits B, ada kemungkinan pula justru hadits B
yang menasakh hadits A. Para ulama telah menjelaskan bahwa jika
ada dua hadits shahih yang kelihatan bertentangan (mukhtalaf),
maka ditempuh dua jalan:
1. Thariqatul-Jam i
2. Thariqatut-Tarjih (yang di dalamnya ada pembahasan
nasikh-mansukh).
——————–
Inilah yang ditakutkan, mereka yang berilmu dan mengaku lebih
memahami hadits koq malah menyeret kita untuk memahami betul bahwa
orangtua Nabi kafir. Habibana Mundzir memuliakan orangtua Nabi,
lantas dia? Coba bayangkan dengan sekedar saja, mana yang kelak
akan ditolong oleh Nabi Sang Pembawa Syafa^at?

-Muhadditsin siapa pak ? Tolong sebutkan Muhadditsin yang mu
tabar. Jangan antum menyebut yang tidak mu tabar
——————–
Yang jelas ruuh para Muhadditsin pun tidak akan rela jika difitnah
telah menuduh mengkafirkan orangtua Nabi SAW. Muhadditsin itu
adalah orang yang suci dan mulia, bahkan Habibana Mundzir
meriwayatkan akhlak Imam Bukhari dengan riwayat yang kuat dan
memang beliau memiliki sanad yang jelas kepada Imam Bukhari. Bahwa
beliau jika ingin menulis satu hadits saja untuk dibukukan, maka
beliau akan mandi dan berwudhu mensucikan diri, tidak hanya itu,
beliau shalat sunnah wudhu dahulu, kemudian dalam keadaan memakai
sifat dan senantiasa bersiwak, barulah beliau menuliskan SATU
HADITS SAJA, itupun selalu di tempat yang sama, Raudhah Asy-Syarif
Masjid Nabawi. Betapa beliau begitu berakhlak dan begitu
memuliakan kalam (hadits) Rasulullah. Betapa bagaimana mungkin
beliau berkeyakinan dengan keyakinan yang sangat tidak menunjukkan
AKHLAK KEPADA NABI dengan mengumpat orangtua beliau SAW?

– Ya….. riwayat-riwayat ini sepertinya dianggap angin lalu saja
sama Pak Habib. Padahal Pak Habib tidak mampu membawakan dalil
sama sekali untuk menguatkan pendapatnya, selain dari kata si
Fulan demikian dan demikian. Taruhlah apa yang dikatakan ulama
tersebut benar adanya (maksudnya : ulama yang disitir pendapatnya
oleh Pak Habib itu membolehkannya), bukankah sikap kita adalah
mengedepankan dalil dan mengesampingkan pendapat-pendapat yang
menyelisihi dalil ?
——————–
Ucapan musang berbulu domba yang hanya melulu soal dalil, kelak
dalil-dalil yang mereka kemukakan akan menggugat mereka dengan
segala kepedihan.

-NB : Pak Habib ini sering mengatakan : jumhur ulama dan
muhadditsin. Ini adalah klaim dusta mengatasnamakan ulama. Itu
bila yang dimaksudkan adalah ulama dan muhadditsin terdahulu yang
mu^tabar. Namun jika yang dimaksudkan Pak Habib adalah para
ulama-ulama beliau dari Yaman (baca : guru2 beliau), nah…. ini
bari “benar”.
——————–
Kesombongan yang menyakitkan dan malahan akan menjatuhkan anda
sendiri, beginilah jika anda hanya belajar lewat buku-buku dan
buku, juga dengan guru yang belajar hanya dengan buku dan dengan
guru yang belajar lagi lewat buku, yang tak akan pernah ada
habisnya. Dan tentunya tak akan pernah sampai keilmuannya kepada
batas pantasnya seseorang itu disebut berilmu, karena hakikatnya
ilmu itu ialah dengan sanad! Habibana adalah seorang guru yang
berilmu dan bersanad, ilmunya itu terbimbing dan terpelihara oleh
sanad mulia, sehingga beliau tsiqah dalam hal ini. Tidak seperti
halnya anda yang hanya bermodalkan pintar berbahasa arab, pintar
memelintir dalil, pintar berdebat, namun tidak jauh dari makna
kebodohan yang hanya akan membawa anda kepada kekufuran.

Mereka memang tidak pernah bersopan santun atau memang tidak
memiliki sopan santun kepada seseorang yang lebih mulia dari pada
mereka. Jika anda main kerumah saya, tentu anda akan berusaha
bersopan santun dengan orangtua saya, kecuali jika memang anda
tidak memiliki adab…Semoga Allah Ta^ala merahmati mereka yang
dengan gigihnya memperjuangkan bahwa ayah dan ibu dari Rasulullah
adalah seorang kafir, sehingga mereka dapat mengungkapkan
kecintaannya kepadaMu dan RasulMu sebelum ajal menjemput
mereka….

Akhlak Mulia adalah menghormati Nabi Muhammad SAAW dan
keluarganya, terlebih kepada KEDUA ORANGTUANYA.

Saya katakan disini, mereka yang selalu menjadikan yang haq itu
batil, dan yang batil adalah haq. Orang seperti ini durhaka
terhadap Rasulullah SAAW, tidak mempunyai adab terhadap
junjungannya SAAW yang rela menumpahkan darah hanya demi ummatnya,
rela dicaci, difitnah, bahkan dianiaya.. demi ummatnya. Koq ada
yang ngaku ummatnya Nabi tapi bersikap sungguh tidak sopan kepada
Nabi dengan menuduh orangtuanya Nabi musyrik. Ga akan ada
bosan-bosannya pecinta Rasulullah membela kehormatan Nabi SAW. Dan
kelak panji Pecinta Rasulullah akan menenggelamkan pemahaman jahat
ini.

Wahai para pecinta Rasulullah, eratkan barisan, bersama usung
panji suci nan luhur ini. Dukung dan bela kita punya guru! Betapa
hati ini tidak rela dan ridha atas pernyataan yang menyebut-nyebut
bahwa Guru Mulia Habibana Mundzir mengingkari bahkan meninggalkan
hadits shahih? Lantas mengkaitkan Habibana dengan kata pepatah :
Bila seseorang bicara di luar bidang keahliannya, maka ia datang
dengan membawa keajaiban-keajaiban. Menuduh Habibana bermain-main
dengan logikanya? Menuduh Habibana berdusta? Kaifa hadza? Kemana
akhlak mereka para WAHABI / SALAFI terhadap guru mulia?

Sungguh guruku dan kalian telah mengajari dan membimbing kita
untuk mencintai Nabi Muhammad. Haqqan Billah. Untaian indah dari
kalam penuh kemuliaan dari seorang mulia yang mengajarkan untuk
mencintai dan menghormati kita punya Nabi, inilah miftahul jannah,
kunci dari segala kebahagiaan yang kelak akan kita dapatkan para
pecinta Rasulullah SAW. Yakinkan, bahwa kelak kita akan diingatkan
oleh Allah bahwa disaat kita pernah menerima dan menjalankan
petuah beliau, maka pada saat itu kita akan mengucapkan syukur
yang tiada berbulir akhir. Bersyukur bahwa kita telah dituntun dan
dibimbing pada jalan yang haq, yakni memuliakan Nabi Muhammad
SAAW.

Walillahit taufiq wal ^inayah…

↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓

<< Awal < Sebelum 1 2 Berikut > Akhir >>

sumber
http://arsip.majelisrasulullah.org/index.php?option=com_simpleboard&Itemid=34&func=view&id=5466

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments