menyebutnya dg nama saja pun boleh, atau tak menyebut radhiyallahu ‘anhu pun boleh, namun yg jadi masalah adalah mereka yg “tak mau” atau bahkan “melarang” menyebut sayyidina pada para sahabat.

0
Sayyidina – 2007/06/24 07:24Assalamu'alaikum Wr Wb

Semoga segenap aktivitas habib ada dalam ridho dan maghfiroh Allah …

Bib, akhir-akhir ini begitu banyak saudara-saudara kita yang dengan lancang menyebut nama para shahabat atau bahkan Rasulullah SAW dengan namanya sekaligus. Bahkan tak sedikit diantara mereka yang menganggap tidak perlu menyebut sayyidina kepada para shahabat, cukup dengan menyebut namanya dengan alasan demikian pula para shahabat saling memanggil. 

Ane terkadang heran sekali, mereka menyebut nama shahabat tanpa disertai sayyidina atau radhiyallahu 'anhu/ha, sedangkan kepada atasannya, para pejabat, dosen, dll memanggil Bapak …. apa bedanya sayyidina/sayyidatina dengan bapak/ibu kepada para shahabat. 

Tak sedikit yang mengatakan hal ini adalah bid'ah dholalah. kalau ana pribadi, hanya ingin ta'diman wa takriman wa mahabbatan kepada para shahabat r.anhum sehingga selalu merasa risi akan hal tersebut.

Afwan, kiranya bisakah habib menjelaskan tentang hal ini disertai hujjah yang kuat buat ana sampaikan kepada saudara-saudara kita yang lainnya. 

afwan yaa habibiy telah merepotkan
salam ta'dim
alfaqir

  | | Silahkan login terlebih dahulu untuk bertanya

Re:Sayyidina – 2007/06/25 01:54Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,

Inayah dan kelembutan Nya swt semoga selalu tercurah pada hari hari anda,

Saudaraku yg kumuliakan,
ucapan ucapan itu boleh saja dilakukan dan boleh tidak, karena tak ada perintah dalam hadits beliau saw yg menjelaskan kita harus memanggil dg Sayyidina atau lainnya.

maka mereka menyebutnya dg nama saja pun boleh, atau tak menyebut radhiyallahu 'anhu pun boleh, namun yg jadi masalah adalah mereka yg "tak mau" atau bahkan "melarang" menyebut sayyidina pada para sahabat.

karena Rasul saw memperbolehkannya, sebagaimana sabda Beliau saw : "janganlah kalian berkata : berimakan Rabb mu, wudhu kan Rabb mu (Rabb juga bermakna pemilik, ucapan ini adalah antara budak dan tuannya dimasa jahiliyah), tapi ucapkanlah Sayyidy dan Maulay (tuanku dan Junjunganku), dan jangan pula kalian (para pemilik budak) berkata pada mereka : wahai Hambaku, tapi ucapkanlah : wahai anak, wahai pembantu" (shahih Bukhari hadits no.2414) hadits semakna dalam Shahih Muslim hadits no.2249.

maka jelaslah bla budak saja diperbolehkan mengucapkan hal itu pada tuannya, bagaimana kita kepada sahabat yg mereka itu adalah guru guru mulia seluruh muslimin, sebagaimana ucapan yg masyhur dikalangan sahabat : "aku adalah budak bagi mereka yg mengajariku satu huruf", atau hadits Nabi saw yg bersabda : "bila seseorang telah mengajarkanmu satu ayat maka engkau telah menjadi budaknya" maksudnya sepantasnya kita memuliakan guru guru kita, lebih lebih lagi para sahabat, karena par sahabat sendiri satu sama lain mengucapkan

Rasul saw bersabda dihadapan para sahabat seraya menunjuk Hasan bin Ali ra anhuma : "sungguh putraku ini (hasan bin Ali) adalah Sayyid, dan ia akan mendamaikan dua kelompok muslimin" (shahih Bukhari hadits no.3430, juga dg hadits yg semakna pada hadits no.2557)

berkata Umar bin Khattab ra kepada Abubakar shidiq ra : "aku membai'atmu, engkau adalah sayyiduna, wa khairuna, wa ahibbuna" (engkaulah pemimpin kami, yg terbaik dari kami, dan yg tercinta dari kami). (shahih Bukhari hadits no.3467)

Umar ra berkata kepada Bilal dg ucapan sayyidina. (shahih Bukhari hadits no.3544).

dan masih banyak lagi dalil dalil shahih mengenai hal ini, maka yg melarangnya adalah sebab kedangkalan pemahaman mereka terhadap syariah.

Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu,

Wallahu a’lam

sumber

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments