Manaqib Sayyid Muhammad ibn

0
102

Arul Manaqib Sayyid Muhammad ibn Alawi Al-Maliki – 2006/10/06 20:48
Sayyid Muhammad ibn Alawi Al-Maliki – Kelemahan Islam Terdapat
pada Pertikaian para Ulamanya

Sayyid Prof. Dr. Muhammad ibn Sayyid ?Alawi ibn Sayyid ?Abbas ibn
Sayyid ?Abdul ?Aziz al-Maliki al-Hasani al-Makki al-Asy?ari
asy-Syadzili lahir di Makkah pada tahun 1365 H. Pendidikan
pertamanya adalah Madrasah Al-Falah, Makkah, dimana ayah beliau
Sayyid Alawi bin Abbas al Maliki sebagai guru agama di sekolah
tersebut yang juga merangkap sebagai pengajar di halaqah di Haram
Makki. Beliau juga belajar kepada ulama-ulama Makkah terkemuka
lainnya, seperti Sayyid Amin Kutbi, Hassan Masshat, Muhammad Nur
Sayf, Sa?id Yamani, dan lain-lain. Sayyid Muhammad memperoleh
gelar Ph.D-nya dalam Studi Hadits dengan penghargaan tertinggi
dari Jami? al-Azhar di Mesir, pada saat baru berusia dua puluh
lima tahun. Beliau kemudian melakukan perjalanan dalam rangka
mengejar studi Hadits ke Afrika Utara, Timur Tengah, Turki, Yaman,
dan juga anak benua Indo-Pakistan, dan memperoleh sertifikasi
mengajar (ijazah) dan sanad dari Imam Habib Ahmad Mashhur al
Haddad, Syaikh Hasanayn Makhluf, Ghumari bersaudara dari Marokko,
Syekh Dya?uddin Qadiri di Madinah, Maulana Zakariyya Kandihlawi,
dan banyak lainnya. Sayyid Muhammmad merupakan pendidik Ahlus
Sunnah wal Jama^ah, seorang ?alim kontemporer dalam ilmu hadits, ?
alim mufassir (penafsir) Qur?an, Fiqh, doktrin (?aqidah),
tasawwuf, dan biografi Nabawi (sirah). Sayyid Muhammad al-Makki
merupakan seorang ^aliim yang mewarisi pekerjaan dakwah ayahanda,
membina para santri dari berbagai daerah dan negara di dunia Islam
di Makkah al-Mukarromah. Ayahanda beliau adalah salah satu guru
dari ulama-ulama sepuh di Indonesia, seperti Hadratus Syaikh K.H.
Hasyim Asy^ari, KH. Abdullah Faqih Langitan, KH. Maimun Zubair dan
lain-lain. Dalam meneruskan perjuangan ayahandanya, Sayyid
Muhammad sebelumnya mendapatkan sedikit kesulitan karena beliau
merasa belum siap untuk menjadi pengganti ayahnya. Maka langkah
pertama yang diambil adalah melanjutkan studi dan ta^limnya
terlebih dahulu. Beliau berangkat ke Kairo dan Universitas
al-Azhar Assyarif merupakan pilihannya. Setelah meraih S1, S2 dan
S3 dalam fak Hadith dan Ushuluddin beliau kembali ke Makkah untuk
melanjutkan perjalanan yang telah di tempuh sang ayah. Disamping
mengajar di Masjidil Haram di halaqah, beliau diangkat sebagai
dosen di Universitas King Abdul Aziz- Jeddah dan Univesitas Ummul
Qura Makkah bagian ilmu Hadith dan Usuluddin. Cukup lama beliau
menjalankan tugasnya sebagai dosen di dua Universitas tsb, sampai
beliau memutuskan mengundurkan diri dan memilih mengajar di
Masjidil Haram sambil membuka majlis ta^lim dan pondok di rumah
beliau. Adapun pelajaran yang di berikan baik di masjidil haram
atau di rumah tidak bertumpu pada ilmu tertentu seperti di
Universitas, akan tetapi semua pelajaran yang diberikannya bisa di
terima semua masyarakat baik masyarakat awam atau terpelajar,
semua bisa menerima dan mencicipi apa yang diberikan Sayyid
Muhammad Maka dari itu beliau selalu menitik beratkan untuk
membuat rumah yang lebih besar dan bisa menampung lebih dari 500
murid per hari yang biasa dilakukan selepas sholat Maghrib sampai
Isya di rumahnya di Hay al Rashifah. Begitu pula setiap bulan
Ramadan dan hari raya, beliau selalu menerima semua tamu dan
muridnya dengan tangan terbuka tanpa memilih golongan atau
derajat. Semua di sisinya sama tamu-tamu dan murid murid, semua
mendapat penghargaan yang sama dan semua mencicipi ilmu bersama.
Dari rumah beliau telah keluar ulama-ulama yang membawa panji
Rasulallah ke suluruh pelosok permukaan bumi. Di Indonesia, India,
Pakistan, Afrika, Eropa, Amerika, apa lagi di Asia yang merupakan
sebagai orbit dakwah Sayyid Muhammad al Maliki, ribuan murid murid
beliau yang bukan hanya menjadi kyai dan ulama akan tetapi tidak
sedikit yang masuk ke dalam pemerintahan. Di samping pengajian dan
taklim yang rutin di lakukan setiap hari, beliau juga mengasuh
pondok yang jumlah santrinya tidak sedikit, semua berdatangan dari
penjuru dunia, belajar, makan, dan minum tanpa di pungut biaya
sepeser pun bahkan beliau memberikan beasiswa kepada para santri
sebagai uang saku. Setelah beberapa tahun belajar, para santri
dipulangkan ke negara-negara mereka untuk menyiarkan agama. Sayyid
Muhammad al Maliki dikenal sebagai guru, pengajar dan pendidik
yang tidak beraliran keras, tidak berlebih- lebihan, dan selalu
menerima hiwar dengan hikmah dan mauidhah hasanah. Beliau ingin
mengangkat derajat dan martabat Muslimin menjadi manusia yang
berperilaku, baik dalam muamalatnya kepada Allah dan kepada
sesama, terhormat dalam perbuatan, tindakan serta pikiran dan
perasaannya. Beliau adalah orang cerdas dan terpelajar, berani dan
jujur serta adil dan cinta kasih terhadap sesama. Itulah ajaran
utama Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki. Beliau selalu menerima
dan menghargai pendapat orang dan menghormati orang yang tidak
sealiran dengannya. Semua yang berlawanan diterima dengan sabar
dan usaha menjawab dengan hikmah dan memecahkan sesuatu masalah
dengan kenyataan dan dalil-dalil yang benar bukan dengan emosi dan
pertikaian yang tidak bermutu dan berkesudahan. Sayyid Muhammad
tahu persis bahwa kelemahan Islam terdapat pada pertikaian para
ulamanya dan ini memang yang di inginkan musuh Islam.
Sampai-sampai beliau menerima dengan rela digeser dari
kedudukannya baik di Universitas dan ta^lim beliau di masjidil
Haram. Semua ini beliau terima dengan kesabaran dan keikhlasan
bahkan beliau selalu menghormati orang orang yang tidak sependapat
dan sealiran dengannya, semasih mereka memiliki pandangan khilaf
yang bersumber dari al-Qur?an dan Sunah. Adapun ulama yang telah
mendapat gemblengan dari Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki,
mereka sangat pandai, di samping menguasai bahasa Arab, mereka
juga menguasai ilmu-ilmu agama yang cukup untuk dijadikan pegangan
dan referensi di negara-negara mereka. Pada akhir hayat beliau
saat terjadi insiden teroris di Saudi Arabia, beliau mendapatkan
undangan dari ketua umum Masjidil Haram Syekh sholeh bin
Abdurahman Alhushen untuk mengikuti “Hiwar Fikri” di Makkah yang
diadakan pada tg 5 sd 9 DhulQo^idah 1424 H dengan judul “Al-qhuluw
wal I^tidal Ruya Manhajiyyah Syamilah”, di sana beliau mendapat
kehormatan untuk mengeluarkan pendapatnya tentang thatarruf atau
yang lebih poluler disebut ajaran yang beraliran fundamentalists
atau extremist (keras). Dan dari sana beliau telah meluncurkan
sebuah buku yang sangat popular dikalangan masyarakat Saudi yang
berjudul “Alqhuluw Dairah Fil Irhab Wa Ifsad Almujtama”. Dari
situ, mulailah pandangan dan pemikiran beliau tentang da^wah
selalu mendapat sambutan dan penghargaan masyarakat luas. Pada tg
11/11/1424 H, beliau mendapat kesempatan untuk memberikan ceramah
di hadapan wakil raja Amir Abdullah bin Abdul Aziz yang isinya
beliau selalu menggaris-bawahi akan usaha menyatukan suara ulama
dan menjalin persatuan dan kesatuan da^wah. Di samping tugas
beliau sebagai da^i, pengajar, pembibing, dosen, penceramah dan
segala bentuk kegiatan yang bermanfaat bagi agama, beliau juga
seorang pujangga besar dan penulis unggul. Tidak kurang dari 100
buku yang telah dikarangnya, semuanya beredar di seluruh dunia.
Tidak sedikit dari kitab-kitab beliau yang beredar telah
diterjemahkan kedalam bahasa Inggris, Prancis, Urdu, Indonesia
dll. Mafahim Yujibu an-Tusahhah (Konsep-konsep yang perlu
diluruskan) adalah salah satu kitab karya Sayyid Muhammad, red.)
bersinar layaknya suatu kemilau mutiara. Inilah seorang manusia
yang menantang rekan-rekan senegaranya, kaum Salafi-Wahhabi, dan
membuktikan kesalahan doktrin-doktrin mereka dengan menggunakan
sumber-sumber dalil mereka. Untuk keberanian intelektualnya ini,
Sayyid Muhammad dikucilkan oleh ?rumah Najd? dan dituduh sebagai ?
seorang yang sesat?. Beliau pun dicekal dari kedudukannya sebagai
pengajar di Haram (yaitu di Masjidil Haram, Makkah, red.).
Kitab-kitab karya beliau dilarang, bahkan kedudukan beliau sebagai
professor di Umm ul-Qura pun dicabut. Beliau ditangkap dan
passport-nya ditahan. Namun, dalam menghadapi semua hal tersebut,
Sayyid Muhammad sama sekali tidak menunjukkan kepahitan dan keluh
kesah. Beliau tak pernah menggunakan akal dan intelektualitasnya
dalam amarah, melainkan menyalurkannya untuk memperkuat orang lain
dengan ilmu (pengetahuan) dan tasawwuf. Saat kaum Salafi-Wahhabi
mendiskreditkan beliau, beliau pun menulis lebih banyak buku dan
mendirikan Zawiyyah beliau sendiri yang menjadi ?United Nations?
(Perserikatan Bangsa- Bangsa) dari para ?Ulama. Akhirnya, protes
dari dunia Muslim memaksa kaum Salafi-Wahhabi untuk menghentikan
usaha mereka mem-peti es-kan sang ?alim kontemporer? yang paling
terkenal dalam mazhab Maliki ini. Beberapa di antara mereka bahkan
mulai mendukung beliau. Kedengkian mereka sebenarnya didorong oleh
fakta bahwa Sayyid Muhammad al-Maliki jauh lebih unggul untuk
dijadikan tandingan mereka. Dengan sendirian saja, beliau
mengambil Islam Sunni dari klaim tangan-tangan Neo-Khawarij
Salafi-Wahhabi dan menempatkannya kembali ke tangan mayoritas
ummat ini. Melalui berbagai karya-karyanya yang menonjol, beliau
menyuntikkan kepercayaan diri yang amat dibutuhkan dalam
perdebatan saat kaum jahil yang mengandalkan ijtihad pribadi mulai
meracuni pemikiran umat Islam. Beliau wafat hari jumat tgl 15
ramadhan 1425 H ( 2004 M) dan dimakamkan di pemakaman Al-Ma^la
disamping makam istri Rasulallah Saw. Khadijah binti Khuailid Ra.
dengan meninggalkan 6 putra, Ahmad, Abdullah, Alawi, Ali, al-
Hasan dan al-Husen dan beberapa putri-putri yang tidak bisa
disebut satu persatu disini. Dan yang menyaksikan pemakaman beliau
hampir seluruh umat muslimin yang berada di Makkah pada saat itu
termasuk para pejabat, ulama, para santri yang datang dari seluruh
pelosok negeri, baik dari luar Makkah atau dari luar negeri.
Semuanya menyaksikan hari terakhir beliau sebelum disemayamkan,
setelah disholatkan di Masjidil Haram ba^da sholat isya yang
dihadiri oleh tidak kurang dari sejuta manusia. Begitu pula selama
tiga hari tiga malam rumahnya terbuka bagi ribuan orang yang ingin
mengucapkan belasungkawa dan melakukan `aza^. Dan di hari terakhir
`Aza, wakil Raja Saudi, Amir Abdullah bin Abdul Aziz dan Amir
Sultan datang ke rumah beliau untuk memberikan sambutan
belasungkawa dan mengucapkan selamat tinggal kepada pemimpin agama
yang tidak bisa dilupakan umat. Ketika jenazah Sayyid Muhammad Al
Maliki hendak dishalatkan di Masjidil Haram, ribuan warga kota
Mekkah bergantian menggusung jenazahnya. Dikabarkan toko-toko di
sekitar Masjidil Haram yang dilewati jenazah mematikan lampu
sebagai tanda dukacita. Kebesaran keluarga Al Maliki, bukan hanya
di Indonesia, tapi juga di negara-negara Afrika, Mesir, dan Asia
Tenggara. Jadi tidak heran dengan meninggalnya Sayyid Muhammad Al
Maliki umat Islam telah kehilangan satu ulama yang telah
mengoreskan tinta sejarah perjuangan menegakkan kalimat tauhid di
muka bumi ini yang menjadi tauladan buat kita semua.

↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓

sumber
http://arsip.majelisrasulullah.org/index.php?option=com_simpleboard&Itemid=34&func=view&id=1382

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments