Bagaimana cara Memakai Jilbab/ berkerudung yang benar. apakah berjilbab Wajib? adakah Habib Mempunyai Hukum2 Memakai Jilbab?

0
94

BETI Berjilbab/ Berkerudung yang benar – 2007/10/19 22:36
Assalamu^alaikum Wr, Wb

Bagaimana cara Memakai Jilbab/ berkerudung yang benar. apakah
berjilbab Wajib? adakah Habib Mempunyai Hukum2 Memakai Jilbab??
Do^akan Beti Agar dapat mengunakan Jilbab yang benar dan baik

Wassalam

↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓

admin Re:Berjilbab/ Berkerudung yang benar – 2007/10/20 02:44
Walaikumsalam wr wb,

Mengenai jilbab sudah pernah dibahas sebelumnya diforum ini oleh
Habib Munzir, berikut kutipannya:
Alaikumsalam warahmatullah wabarakaatuh

1. Hijab secara bahasa : adalah penutup/ penghalang/ pembatas
Secara Syari?ah : penutup aurat berupa kain atau benda apapun yg
menghalangi terlihatnya warna kulit (tidak transparan seperti
plastik, kaca dlsb) bagi pria menurut Madzhab Syafi?I adalah
antara Lutut dan pusar, bagi budak adalah dua kemaluannya,

dan bagi wanita adalah seluruh tubuhnya dalam madzhab syafi?I.,
dan pendapat lain mengatakan seluruh tubuhnya kecuali wajah. Dan
bagi kita untuk sedikit demi sedikit merangkak pada syari?ah,
kalau ia wanita yg biasa membuka auratnya, maka baiknya ia memulai
dengan menggunakan pakaian panjang, atau celana panjang, lalu
mulai mengenakan jilbab ringkas, lalu berjalan waktu dengan
kemuliaan yg ada pd Imannya untuk menggunakan jilbab yg lebih
menutup seluruh rambut dan lehernya, lalu kemudian ia meningkat
kpd hal yg lebih mulia, yaitu meninggalkan pakaian2 ketatnya
menuju kepada kesempurnaan puncak, yaitu sempurnanya Syariah atas
mereka, yaitu menutup seluruh tubuhnya dan menggunakan pakaian yg
longgar

Ada hadits, bahwa Rasul saw bertanya pada para sahabat, : ?wanita
manakah yg paling sempurna??. Maka semua sahabat terdiam, dan saat
itu diantara mereka adalah Sayyidina Ali kw, yg kemudian bertanya
pd Istrinya (Fathimah Puteri Rasul saw), maka Fathimah Azzahra
Radhiyallah ?anha (beliau digelari Sayyidatunnisa?il?alamin :
pemimpin wanita seluruh alam) menjawab : ?wanita yg tak melihat
lelaki dan tak terlihat oleh kaum lelaki?. Maka ketika ucapan ini
disampaikan pd Rasul saw maka Rasul saw berkata : ?tepat..!?.

Dalil atas hijab ini sudah jelas dalam Alqur?an pun dijelaskan
dengan jelas, pada surat Annuur ayat 31 : ?KATAKANLAH PADA WANITA
WANITA BERIMAN (mukminat : orang beriman dari kaum wanita) AGAR
MENUNDUKKAN PANDANGANNYA DARI MELIHAT KAUM LELAKI DAN MENJAGA
KEMALUANNYA DARI HAL YG DIHARAMKAN, DAN JANGAN PULA MEMPERLIHATKAN
PERHIASANNYA (kalung dlsb), KECUALI YG TERLIHAT DIPAKAIANNYA, DAN
AGAR MENUTUPKAN CADARNYA DIATAS WAJAHNYA DAN DADA SERTA LEHERNYA,
DAN JANGANLAH MEMPERLIHATKAN PERHIASANNYA (dan membuka jilbabnya)
KECUALI PADA SUAMINYA, ATAU AYAH MEREKA, ATAU AYAH DARI SUAMI
MEREKA (mertua), ATAU ANAK LELAKI MEREKA (anak kandung atau anak
suson), ATAU ANAK SUAMI MEREKA (anak tiri mereka), ATAU SAUDARA
SAUDARA MEREKA (adik/kakak secara keturunan dan suson), ATAU ANAK
SAUDARA MEREKA (keponakan), ATAU WANITA LAINNYA (wanita muslimah
lainnya, dan aurat harus tertutup pula bila berhadapan dg wanita
non muslim), ATAU BUDAK WANITA MEREKA?..hingga akhir ayat? (Annur
31).
(rujuk Tafsir Ibn Abbas surat Annuur)

Namun pendapat yg kedua berpendapat bahwa hal ini (menutup seluruh
tubuh dengan serapat2nya hingga tak terlihat oleh kaum lelaki)
adalah hanya pd istri istri Rasul saw, namun pendapat pertama yg
lebih Arjah (lebih kuat), demikian dalam madzhab syafi^i, namun
ada perbedaan pd madzhab yg lain, wallahu a^lam

ada pula keringanan bagi wanita yg bekerja, untuk membuka
wajahnya, demikian dalam kitab Syarh Baijuri Syarh Abi Syuja^ alaa
Madzhab Syafi;i, bab Ahkam Shalat.Maka jelaslah sudah bahwa
kesimpulannya puncak kehormatan wanita adalah menutupi dirinya
hingga tak terlihat oleh kaum lelaki. (wanita yg berjilbab dan
berpakaian agak ketat, masih akan terlihat lekukan dan bagian
tubuh yg menonjol di bagian dada dan belakangnya). Inilah puncak
kesempurnaan wanita.

dan masih banyak lagi dari hal hal yg diperintahkan Allah yg
mungkin belum mampu kita jalankan secara keseluruhan, seperti
membicarakan aib orang lain misalnya, merupakan dosa besar,
demikian pula mengumpat dll, namun ini semua tak akan kita mampu
menghindarinya kecuali dg Tadriij (bertingkat tingkat dan
selangkah demi selangkah). Dan setiap usaha untuk mencapai suatu
perintah Allah, merupakan pahala, sebagaimana saya jelaskan
diatas, maka wanita yg menyadari bahwa menutup seluruh tubuhnya
adalah wajib, lalu ia mulai berusaha menutup auratnya sedikit demi
sedikit, maka saat saat waktu berjalan itu ia tertulis sebagai
wanita yg menuju kesempurnaan, contoh :
Dua orang wanita sama sama mengenakan pakaian ketat, kita sebutlah
rani dan rena.
Rena memang sejak dewasa sudah asyik dg celana ketat, dan tak
pernah perduli dg perintah Allah swt walaupun ia seorang muslim,
namun Rani pada awalnya adalah wanita yg suka memakai celana
pendek didepan umum, namun ia kemudian mengetahui bahwa setiap
wanita harus menutup auratnya, rani pun menyesali dosanya, ia
membatin?? aduh.. aku belum mampu tuh kalau harus pakai tutupan
lengkap.., tapi kalau aku gini ya aku dosa.. ah.. biar deh.. aku
akan coba perlahan lahan, supaya ngga nyolok juga, dan aku bercita
cita akan sampai pada kesempurnaan kaum wanita dan kehormatan
tertinggi..?. maka ia membeli celana ketat untuk menggantikan
celana pendeknya.. dan ia sudah melirik lirik jilbab ketat yg akan
ia gunakan dalam waktu dekat, dan ia telah memesan pakaian daster
longgar dengan warna yg indah walau ia masih ragu kapan akan mampu
menggunakannya.
Wah? alangkah tingginya derajat Rani diatas Rena, bukankah sama
sama menggunakan pakaian ketat?, yah.., namun sanubari yg
menyimpan Niat mulia, berbeda dengan sanubari yg kosong dari Niat
Mulia, sebagaimana Berlian dan Batu kali, sama sama berasal dari
bebatuan dan namanya pun tetap batu, namun? jauh berbeda
kehormatannya di mata orang, lalu bagaimana kalau kehormatannya
jauh berbeda bukan dimata orang, tapi dimata Allah..?

Wanita menggunakan hijab karena menjalankan perintah yg Maha
Menciptakannya dari ketiadaan, sebagaimana lelakipun diperintahkan
menutupi auratnya, sebagaimana kita mematuhi aturan rt, rw, aturan
lalu lintas, sabuk pengaman, helm dlsb, mungkin kita akan
melanggar bila kita yakin akan bisa terhindar dari denda atau
hukuman,
namun kita akan patuh dengan santai menggunakan helm dan atau
sabuk pengaman atau mematuhi aturan lalu lintas, bila dengan
setiap kepatuhan itu kita dibayar dengan kwitansi mendapatkan
sebuah Rumah Istana yg Maha Megah dengan segala keindahan dan
kemewahannya, dan kita takut pula melanggarnya karena pasti
dicengkeram dalam siksaan penjara super kejam ribuan tahun?,
bukankah demikian?, ya.. demikianlah orang orang yg berakal.
Dan bagaimana mereka yg menolaknya?, bukankah mereka orang yg
merugi?,
Ya? mereka orang orang yg merugi.
Namun diatas itu semua, Allah tak akan memaksa lebih dari
kemampuan kita, maka janganlah gusar dengan perintahnya, karena
gusar dan penentangan akan membuka gerbang kemarahan Nya semakin
membesar, namun tunduk dan pasreah lah pada Nya, mengadulah bahwa
kita masih sangat lemah untuk mengamalkan beberapa perintahnya,
wahai penduduk Bumi, jauh berbeda antara orang yg ketika
diperintah Raja, lalu ia mengatakan pada Raja : ?aku tak mau..!!,
aku menolak dan benci..!?, atau orang yg berkata pd Rajanya : ?
maafkan kelemahanku.., aku tak mampu..kasihanilah kelemahanku..?.

Wallahu a?lam

berikut linknya:
Itemid=&func=view&catid=8&id=142&lang=en#142

salam..
-admin-

↓ =ARSIP-nickname=topick=date→importby:carauntuk.com→for-educational-purpose= ↓

sumber
http://arsip.majelisrasulullah.org/index.php?option=com_simpleboard&Itemid=34&func=view&id=8703

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments